Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kondisi yang Kerap Membuatmu Putus Asa dengan Diri Sendiri

ilustrasi merasa putus asa (pexels.com/Polina Zimmerman)
ilustrasi merasa putus asa (pexels.com/Polina Zimmerman)

Rasa putus asa dengan diri sendiri adalah pengalaman yang wajar dialami oleh siapa saja, terutama saat menghadapi tantangan hidup yang berat. Perasaan demikian kerap muncul ketika kita merasa tidak cukup baik dalam mencapai sesuatu. Meskipun perasaan tersebut wajar, penting untuk mengenali penyebabnya agar kita dapat menghadapinya dengan respons yang tepat.

Ada banyak kondisi yang dapat membuat seseorang merasa putus asa, mulai dari kegagalan yang berulang hingga kebiasaan membandingkan diri. Setiap individu mungkin memiliki pengalaman unik yang mengarah pada perasaan tersebut. Sehingga berikut akan dijelaskan lima kondisi yang kerap menyebabkan seseorang merasa putus asa dengan dirinya sendiri.

1. Mengalami kegagalan yang berulang

ilustrasi merasa gagal (pexels.com/Liza Summer)

Mengalami kegagalan yang berulang dapat menciptakan perasaan putus asa yang mendalam. Setiap kali mengalami kegagalan, kita mungkin meragukan kemampuan dan nilai diri sendiri. Rasa frusrasi itu bisa mengarah pada sikap pesimis yang menghalangi kemajuan di masa depan.

Kegagalan yang terus-menerus juga dapat membuat kita merasa terjebak dalam siklus negatif. Tanpa adanya keberhasilan kecil untuk membangun kepercayaan diri, motivasi bisa menurun drastis. Sehingga penting untuk mengambil pelajaran dari setiap kegagalan dan mencoba lagi dengan cara yang baru.

2. Terjebak dalam situasi membandingkan diri

ilustrasi membandingkan diri dengan orang lain (pexels.com/Rafa Barros)

Perbandingan diri dengan orang lain kerap menjadi penyebab rasa putus asa. Ketika kita melihat pencapaian orang lain yang tampak lebih baik, kita bisa merasa kurang berharga atau gagal. Kondisi tersebut dapat menyebabkan tekanan eemosional yang mengganggu rasa percaya diri.

Selain itu, membandingkan diri dapat mengalihkan fokus kita dari kemajuan yang telah dicapai. Alih-alih mengapresiasi, kita justru terjebak dalam perasaan tidak cukup baik. Menghargai perjalanan pribadi dan menyadari keunikan diri sendiri adalah langkah penting untuk menghindari rasa putus asa.

3. Memasang ekspektasi yang terlalu tinggi

ilustrasi perempuan murung (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ekspektasi yang terlalu tinggi dapat menciptakan tekanan yang berat dan menyebabkan kekecewaan. Ketika kita menetapkan standar yang tidak realistis, hasil yang jauh dari harapan dapat memicu perasaan gagal. Hal itu menciptakan siklus di mana kita merasa tidak pernah cukup baik.

Perasaan demikian juga dapat merusak rasa percaya diri. Setiap kali kita gagal mencapai sesuatu, kita bisa merasa putus asa dan kehilangan motivasi. Penting bagi kita untuk menetapkan tujuan yang realistis dan fleksibel agar lebih mudah menghargai diri sendiri.

4. Terlalu banyak tanggung jawab tanpa adanya dukungan

ilustrasi lelah secara mental (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Memikul terlalu banyak tanggung jawab tanpa dukungan dapat membuat seseorang merasa putus asa. Ketika kita merasa sendirian dalam menjalani semua beban, hal itu bisa menimbulkan perasaan tidak berdaya. Tanpa adanya bantuan atau dukungan, tanggung jawab tersebut dapat menjadi beban yang bertambah.

Ketidakmampuan untuk mengelola semua tanggung jawab dapat mengarah pada penurunan kualitas hidup. Tekanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional. Mengidentifikasi sumber dukungan dan belajar untuk meminta bantuan menjadi langkah penting untuk mengurangi perasaan putus asa.

5. Terjebak dalam kebiasaan buruk

ilustrasi merasa ingin menyerah (pexels.com/cottonbro studio)

Kebiasaan buruk dapat menciptakan siklus yang sulit untuk diputuskan dan mengarah pada rasa putus asa. Ketika kita menyadari bahwa perilaku tertentu menghambat kemajuan, perasaan bersalah dan frustrasi bisa muncul. Kebiasaan tersrbut kerap mengalihkan perhatian kita dari tujuan yang lebih positif.

Menghadapi perasaan putus asa bukanlah hal yang mudah, namun kita dapat mengubah cara pandang terhadap diri sendiri. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan rasa putus asa memungkinkan kita untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam menghadapinya. Ingat, bahwa kita tidak sendirian dan ada cara untuk menemukan harapan kembali.

Kondisi-kondisi yang membuat kita putus asa seharusnya tidak menjadi penghalang untuk terus melangkah. Dengan mencari dukungan dari orang terdekat dan melakukan refleksi diri, kita bisa menemukan kekuatan untuk bangkit. Hidup adalah perjalanan, dan setiap tantangan yang dihadapi adalah kesempatan untuk belajar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izah Cahya
EditorIzah Cahya
Follow Us