5 Penyebab Kembali Bergunjing setelah Lebaran, Cegah, ya!

Selama bulan Ramadan dan kamu berpuasa, mengendalikan hawa nafsu serta keinginan berbuat buruk terasa lebih mudah. Setiap hendak bergunjing, dirimu segera ingat sedang berpuasa. Meski bergosip tidak membatalkan puasa, tetapi mengurangi pahalanya.
Maka kamu mengurungkan niat bergunjing. Namun, bagaimana dengan setelah Lebaran nanti? Boleh jadi kebiasaan buruk dalam 11 bulan akan muncul kembali. Sebulan tanpa bergosip belum mampu membentuk kebiasaan baru yang lebih positif.
Kamu wajib mewaspadainya bila ingin menjadi pribadi yang lebih baik selepas Ramadan dan Lebaran. Ketahui lima penyebab kembali bergunjung setelah Lebaran agar kamu bisa menghindarinya. Kendali diri mesti diperkuat!
1. Tak takut mengurangi pahala puasa

Karena dirimu tidak sedang berpuasa, maka kamu juga tak mengkhawatirkan tentang berkurangnya pahala berpuasa. Namun, tentu seharusnya dirimu gak lantas berbuat dosa dengan terus menggunjingkan orang lain. Mendapatkan dosa lantaran perbuatan buruk lebih berat daripada sekadar tak memperoleh pahala.
Semua perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Maka dirimu jangan hanya memikirkan ada atau tidaknya pahala yang menjadi berkurang. Tapi juga kemungkinan tindakanmu berbuah dosa. Jika pahala diibaratkan dengan hadiah indah, maka dosa seperti kerugian.
Bila kamu belum bisa mendapatkan hadiah yang indah, minimal dirimu tidak menanggung kerugian. Untuk menahan dirimu kembali ke kebiasaan bergunjing, ingat baik-baik hal tersebut. Kamu juga dapat merutinkan puasa sunah agar lebih mudah mengendalikan diri saat Ramadan lagi masih jauh.
2. Gak ganti circle pertemanan

Bergunjing tidak mungkin dilakukan sendirian. Kamu butuh teman untuk membicarakan orang lain. Makin parah kegemaranmu bergosip, makin banyak temanmu yang mempunyai kesukaan serupa. Oleh sebab itu, dirimu dapat sampai gak sadar telah bergunjing di sebagian besar waktumu setiap hari.
Bila kesenangan bergosip sukar dihentikan, mau tidak mau kamu memang harus ganti lingkaran pertemanan. Dirimu mesti berani memilih antara mempertahankan kawan-kawan lama yang punya kebiasaan buruk atau kamu fokus membentuk kebiasaan baik buat diri sendiri. Walaupun dirimu memiliki keinginan agar dapat mengubah kebiasaan negatif mereka juga, nanti dulu.
Apabila kamu memperbaiki diri sendiri saja belum bisa, mengubah kebiasaan buruk orang lain juga tidak mungkin. Apalagi kamu melawan lebih banyak orang. Mending dirimu keluar dari grup bergunjing tersebut dan biarkan kelak mereka melihat perubahanmu. Siapa tahu tanpa kamu memberikan nasihat pun, beberapa dari mereka terinspirasi untuk mengikutimu berhenti bergunjing.
3. Tidak belajar mengubah pandanganmu tentang orang lain

Hati-hati dengan pandanganmu terhadap orang lain. Sekalipun rasanya penilaianmu amat tepat, sesungguhnya itu dapat sangat keliru dan menjebakmu. Ketika pandanganmu terhadap seseorang selalu negatif, hal itu akan mengisi pembicaraanmu dengan siapa pun.
Cobalah untuk memikirkan hal-hal yang berlawanan dengan isi pikiranmu tentang seseorang. Misalnya, kamu selalu menganggap seseorang gemar pamer dan tidak mau menolong orang lain. Boleh jadi apa yang dianggap pamer sebetulnya lahir dari rasa dengkimu.
Orang mengunggah foto di medsos semata-mata dengan niat mendokumentasikan pengalamannya. Akan tetapi, dirimu terlampau yakin niatnya adalah pamer. Lantas penilaianmu padanya sebagai orang yang tak mau menolong mungkin saja karena kamu tidak mempertimbangkan kemampuannya pada saat itu.
4. Banyak waktu luang

Waktu luang sebetulnya tidak bersalah. Kalau dimanfaatkan dengan baik, waktu luang juga bisa membuatmu tetap produktif. Atau, kamu memaksimalkannya untuk menyegarkan diri dari kepenatan sehari-hari. Namun, waktu senggang yang tidak diisi dengan kegiatan yang jelas rawan disalahgunakan buat keburukan.
Termasuk bergunjing yang ketika kamu melakukannya terasa seperti obrolan biasa dengan orang lain. Mengobrol tidak salah sebagai pengisi waktu luang. Akan tetapi, gak usah sibuk membicarakan orang lain apalagi menjelek-jelekkannya. Bedakan antara sekadar mengobrol dengan bergunjing.
Jika kamu punya waktu luang, jangan buru-buru mendatangi orang lain. Nanti keinginan bergunjing pasti muncul. Pakai waktu tersebut buat beristirahat di rumah atau melakukan hobi sendirian. Kalau waktu luangmu cukup banyak, ambil pekerjaan sampingan atau kursus-kursus yang meningkatkan keterampilanmu.
5. Energi besar, salah penyaluran

Dibandingkan dengan saat kamu berpuasa, energimu setelah Idulfitri memang jauh lebih besar. Makan dan minum tanpa batasan membuat tubuh lebih terjaga kebugarannya. Sementara itu, puasa cenderung bikin tubuh lemas. Mulut pun terasa kering sehingga tidak nyaman buat banyak bicara.
Namun, energi yang berlimpah hendaknya tak digunakan buat hal-hal yang negatif. Daripada sibuk membicarakan orang lain, kamu bisa memakai energi itu guna meningkatkan produktivitas. Atau, salurkan energimu buat berolahraga agar tubuh lebih sehat.
Banyaknya energi dapat menjadi positif atau negatif tergantung dari caramu memanfaatkannya. Jangan memakainya untuk bergunjing meski rasanya kegiatan ini amat menyenangkan dan gak bikin dirimu merasa capek. Lebih baik energimu dihabiskan untuk aktivitas lain yang lebih bermanfaat sampai kamu lelah dan hanya ingin beristirahat.
Kalau sudah mengetahui penyebab kembali bergunjing setelah Lebaran, sayang sekali jika puasa sebulan penuh belum berhasil membuatmu menjadi pribadi lebih baik. Berusahalah lebih keras untuk seakan-akan berpuasa selamanya dari kebiasaan buruk, termasuk bergunjing. Sebab bergosip di bulan apa pun tetap bukan perbuatan yang terpuji.




















