- "What Is Avoidant Attachment?" WebMD. Diakses pada Oktober 2025 
- "Understanding Avoidant Attachment in Relationships" Very Well Mind. Diakses pada Oktober 2025 
- "#133 4 Common Misconceptions About Avoidant Attachment" OA. Diakses pada Oktober 2025 
- "The #1 Myth About Avoidant Partners!" Fruitful Seedz. Diakses pada Oktober 2025 
Mengapa Banyak Orang Salah Paham soal Avoidant? Ini Akar Masalahnya

- Banyak orang salah paham, dikiranya cuma sikap dingin
- Media sosial bikin avoidant jadi tren emosional
- Pola asuh jadi akar masalah, bukan pilihan yang mereka ambil
Istilah avoidant sekarang sering muncul di linimasa media sosial, terutama saat orang membahas hubungan yang rasanya sudah mentok. Banyak yang memakai istilah avoidant untuk menyebut orang yang susah terbuka, suka menarik diri, atau tiba-tiba menjauh tanpa alasan jelas. Padahal, tak semua perilaku menjauh bisa langsung disebut avoidant. Kadang orang memang lagi butuh me time saja.
Masalahnya, istilah ini sering dipakai asal-asalan sampai kehilangan makna sebenarnya. Belakangan, makna avoidant malah berubah jadi label untuk orang yang dingin atau susah didekati. Supaya gak salah kaprah terus, penting untuk tahu kenapa orang bisa salah paham soal avoidant.
Pembahasan dalam artikel ini bersifat umum dan ditujukan untuk membantu memahami istilah avoidant yang sering berseliweran di media sosial. Istilah ini bukan diagnosis resmi dan tidak bisa dipakai untuk menilai kondisi psikologis seseorang secara pasti. Jika kamu atau orang terdekatmu merasa kesulitan dalam hubungan atau regulasi emosi, konsultasi dengan profesional kesehatan mental tetap jadi langkah yang paling tepat.
1. Banyak orang salah paham, dikiranya cuma sikap dingin

Kebanyakan orang mengira avoidant itu berarti gak punya empati. Padahal, bukan begitu. Orang dengan kecenderungan avoidant biasanya menahan diri karena takut kecewa atau ditolak. Mereka terbiasa menyimpan perasaan, bukan karena gak peduli, tapi karena dulu pernah belajar bahwa terlalu terbuka bisa bikin sakit hati. Jadi waktu mereka terlihat menjauh, sebenarnya bukan karena mereka cuek, tapi cara mereka melindungi diri.
Masalahnya, orang lain sering menilai dari tampilan luar saja. Kalau seseorang terlihat tenang, jarang curhat, atau gak reaktif, langsung dianggap dingin. Padahal di balik itu bisa saja ada rasa cemas dan takut dianggap lemah. Pola seperti ini bikin istilah avoidant sering disalahpahami. Orang lebih cepat menilai daripada mencoba paham kenapa seseorang memilih menarik diri.
2. Media sosial bikin avoidant jadi tren emosional

Media sosial punya andil besar dalam menyebarkan salah paham soal avoidant. Di platform TikTok, X, atau Instagram, istilah ini sering muncul dalam bentuk meme dan thread berisi orang curhat. Orang yang lagi capek menanggapi sesuatu kadang sering bilang “aku avoidant,” padahal mungkin cuma lagi pengin istirahat berinteraksi dengan individu lain. Lama-lama, kata ini berubah jadi semacam tren yang seolah ingin terlihat cool karena gak gampang dekat sama orang.
Masalahnya, kebiasaan itu bikin makna psikologinya kabur. Banyak yang melabeli diri atau orang lain tanpa paham konteksnya. Padahal avoidant bukan sekadar “aku butuh ruang,” tapi pola kelekatan yang kebentuk dari pengalaman masa kecil. Ketika istilah psikologi dijadikan tren, orang malah sibuk mencari label diri, bukan solusi.
3. Pola asuh jadi akar masalah, bukan pilihan yang mereka ambil

Kecenderungan avoidant gak muncul tiba-tiba. Biasanya berawal dari masa kecil yang penuh tuntutan tanpa ruang bagi mereka untuk menunjukkan emosi. Anak yang sering diabaikan saat sedih atau diminta kuat terus menerus akhirnya belajar menekan perasaannya sendiri. Mereka tumbuh dengan anggapan bahwa terlalu terbuka justru bikin terluka. Pola ini akan terus melekat sampai dewasa dan memengaruhi cara mereka menjalin hubungan.
Masalahnya, masyarakat sering menilai bahwa orang semacam itu adalah sosok yang kuat. Padahal bisa jadi itu bentuk pertahanan diri. Mereka sebenarnya ingin dekat, tapi gak tahu gimana caranya tanpa merasa canggung atau takut disalahpahami. Jadi, saat seseorang terlihat menjauh, belum tentu karena gak peduli mungkin karena mereka belum pernah merasa aman untuk benar-benar terbuka.
4. Sikap avoidant sering disangka self-control

Orang dengan kecenderungan avoidant sering terlihat sangat tenang. Mereka jarang marah, gak banyak curhat, dan selalu tampak rasional. Sekilas itu kelihatan seperti sosok yang dewasa secara emosional, padahal bisa jadi itu hasil dari kebiasaan menahan perasaan. Mereka terbiasa menghindari situasi yang bikin rentan karena takut kehilangan kendali atas diri sendiri.
Ketika mereka menghindari konflik atau diskusi dalam hubungan, orang lain mengira mereka gak peduli. Padahal, itu hanya salah satu cara mereka untuk bertahan. Sayangnya, sikap ini sering bikin hubungan terasa sepihak, karena satu pihak ingin dekat sementara pihak lain sibuk menjaga jarak
5. Label avoidant sering jadi alat untuk menyalahkan orang

Kesalahan terbesar dari tren ini adalah menjadikan label avoidant sebagai senjata. Misalnya, ada teman yang jarang balas chat atau butuh waktu sendiri, langsung dibilang avoidant. Padahal, bisa saja dia cuma lagi capek atau pengin tenang dulu. Saat label dipakai sembarangan, maknanya jadi hilang dan malah menimbulkan jarak baru antara kamu dan mereka.
Lebih buruk lagi, ada yang menempelkan label itu pada diri sendiri lalu merasa gak bisa berubah. Padahal, avoidant bukan vonis permanen. Sikap semacam itu bisa berubah seiring pengalaman dan pemahaman diri. Bukannya malah menyalahkan orang lain atau berlindung di balik istilah avoidant, tapi lebih sehat kalau belajar mengenali perasaan sendiri dan berani untuk komunikasi.
Istilah avoidant seharusnya membantu kita memahami cara seseorang menjalin kedekatan, bukan jadi alasan untuk menilai apalagi jadi judgemental ke orang lain. Padahal, setiap orang punya cara berbeda dalam menghadapi hubungan dan rasa takutnya sendiri. Daripada sibuk melabeli diri atau orang lain, mungkin lebih penting belajar memahami boundaries dan kebutuhan emosional masing-masing.
Referensi:



















