Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Kamu Bukan Orang Jahat, Berusaha Bertahan dari Trauma

Ilustrasi bertahan dari trauma(pexel.com/Jan Kopriva)

Terkadang, kita bisa salah paham dengan diri sendiri. Merasa bahwa perilaku atau respons emosional yang kita berikan terkesan kasar atau egois. Namun, pada kenyataannya, reaksi tersebut bisa jadi merupakan bentuk pertahanan diri akibat trauma masa lalu.

Trauma dapat memengaruhi cara kita berpikir, merasakan, dan berperilaku, sehingga bukan hal yang aneh jika kita bertindak dengan cara yang berbeda dari biasanya. Berikut ini adalah lima tanda bahwa kamu bukan orang jahat, melainkan hanya seseorang yang sedang berusaha bertahan dari trauma.

1. Emosimu terkadang terlihat tidak stabil

Ilustrasi bertahan dari trauma(pexel.com/FOERDER ZONE)

Trauma bisa menyebabkan seseorang mengalami perubahan emosi yang tiba-tiba, dari merasa sangat bahagia menjadi sangat sedih atau marah. Perubahan suasana hati ini sering kali bukan tanda dari ketidakstabilan kepribadian, melainkan akibat dari luka batin yang belum sepenuhnya sembuh.

Jika kamu merasa emosimu sulit dikendalikan, itu bukan berarti kamu jahat atau tidak mampu mengontrol diri. Ini adalah tanda bahwa ada rasa sakit di dalam dirimu yang butuh perhatian dan penyembuhan. Mengakui perasaan tersebut dan mencari bantuan adalah langkah awal menuju pemulihan.

2. Mudah merasa cemas dalam situasi sosial

Ilustrasi bertahan dari trauma(pexel.com/Kaboompics.com)

Ketika kamu mengalami trauma, terutama terkait dengan hubungan antarpribadi, rasa cemas dalam situasi sosial bisa muncul tanpa disadari. Hal ini sering terjadi karena kamu pernah merasa dikhianati atau disakiti, sehingga insting bertahanmu membuatmu waspada terhadap orang lain.

Bukannya ingin menghindar atau menjadi tidak ramah, kecemasan ini muncul sebagai bentuk perlindungan. Kamu hanya butuh waktu dan tempat yang aman untuk merasa nyaman berinteraksi kembali. Perlahan, dengan pemahaman dan dukungan yang tepat, rasa cemas ini bisa berkurang seiring berjalannya waktu.

3. Kamu lebih sering menyendiri

Ilustrasi bertahan dari trauma(pexel.com/Angelica Reyn)

Seseorang yang pernah mengalami trauma sering kali merasa lebih nyaman berada dalam kesendirian. Ini bukan tanda bahwa kamu tidak suka bersosialisasi, tetapi mungkin kamu merasa bahwa dunia luar terlalu berisiko dan penuh dengan hal-hal yang tidak bisa diprediksi.

Menyendiri bisa menjadi cara tubuh dan pikiranmu untuk mengatur emosi dan menenangkan diri. Jangan merasa bersalah atas hal ini, tetapi ingatlah bahwa pada akhirnya, kamu tetap memerlukan dukungan dari orang-orang terdekat untuk membantu menyembuhkan luka batin.

4. Sulit percaya pada orang lain

Ilustrasi bertahan dari trauma(pexel.com/George Shervashidze)

Rasa tidak percaya terhadap orang lain sering kali muncul akibat trauma pengkhianatan atau luka batin yang mendalam. Jika kamu merasa sulit untuk mempercayai orang lain, itu bukan berarti kamu adalah orang yang sinis atau penuh curiga. Sebaliknya, ini adalah cara pikiranmu melindungi diri dari potensi rasa sakit yang sama.

Kepercayaan adalah sesuatu yang bisa dipulihkan, meskipun butuh waktu. Dengan perlahan membangun kembali hubungan yang aman dan penuh dukungan, kamu akan menemukan bahwa tidak semua orang akan menyakitimu seperti yang pernah terjadi.

5. Sering terlihat dingin atau jaga jarak

Ilustrasi bertahan dari trauma(pexel.com/Bruno Maceiras)

Jika kamu sering merasa perlu menjaga jarak dari orang lain, bisa jadi ini adalah cara tubuh dan pikiranmu melindungi diri dari rasa sakit yang pernah dialami. Menjaga jarak emosional dari orang lain bisa menjadi mekanisme bertahan untuk menghindari kekecewaan atau penolakan yang pernah kamu rasakan di masa lalu.

Ini bukan berarti kamu tidak peduli atau tidak mampu mencintai, melainkan cara kamu untuk mencegah rasa sakit yang sama terulang. Dengan kesadaran akan hal ini, kamu bisa mulai membangun hubungan yang lebih sehat dengan perlahan, tanpa harus terus-menerus merasa khawatir akan terluka lagi.

Trauma bisa memengaruhi cara kita berinteraksi dengan dunia, dan terkadang kita merasa bahwa diri kita adalah orang yang buruk. Namun, penting untuk diingat bahwa respons kita terhadap trauma adalah bentuk perlindungan diri. Kamu bukan orang jahat, hanya seseorang yang sedang berusaha bertahan dari rasa sakit masa lalu. Memberi ruang bagi diri sendiri untuk sembuh dan mencari dukungan dari orang yang peduli adalah langkah penting untuk menemukan kedamaian. Percayalah, seiring berjalannya waktu, kamu akan menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Afifah
EditorAfifah
Follow Us