6 Alasan Tak Perlu Iri pada Teman yang Masih Dapat Uang Saku dari Ortu

Bagaimana perasaanmu saat tahu teman yang sama-sama telah bekerja masih mendapatkan uang saku dari orangtuanya? Jumlahnya bisa berapa saja. Namun, yang pasti kamu gak memperolehnya dari orangtua. Perasaaanmu mungkin tambah tak keruan apabila nominal uang sakunya cukup besar.
Menurut cerita kawan, orangtua tetap memberi uang bulanan karena gajinya masih kecil. Padahal, penghasilan kalian sama atau mendekati. Contohnya, pendapatannya Rp2 juta dan orangtua menambahnya dengan uang saku Rp1,5 juta. Berarti total dia memegang Rp3,5 juta di awal bulan.
Sementara itu, kamu mesti putar otak buat mencukupkan nilai gaji yang sama yaitu Rp2 juta buat sebulan. Gak ada lagi tambahan uang sepeser pun dari orangtua. Hatimu terasa nyeri saking sedih dan iri pada keberuntungan kawan. Rasa iri ini meski normal sebaiknya jangan dibiarkan lama bertahan. Mulai dari sekarang, kamu tak perlu iri pada teman yang masih dapat uang saku dari orangtuanya, ya. Dapatkan kembali rasa nyamanmu dengan enam cara berikut.
1. Kondisi kehidupan setiap orang berbeda-beda

Jangan menyamakan kondisi keluargamu dengan keluarganya. Kalau keadaan ekonomi kalian berbeda, tentu tak adil buat membandingkan nasibmu dengannya. Sebagai contoh, orangtuanya masih memiliki pendapatan rutin yang cukup besar. Sementara itu, orangtuamu sudah gak bekerja atau hanya mengandalkan uang pensiun yang tidak seberapa.
Tanggungan orangtua kawan juga tak sebanyak orangtuamu. Dia mungkin anak bungsu atau tunggal. Sementara kamu masih punya beberapa adik yang mesti dibiayai. Bila orangtua kudu memberimu uang bulanan juga, bebannya menjadi berat sekali.
Justru harapan mereka adalah dengan dirimu telah bekerja, keduanya dapat ganti fokus membiayai adik-adikmu. Memahami perbedaan kondisi hidup masing-masing membuatmu lebih mampu menerima kenyataan. Gak usah ingin bertukar posisi dengan temanmu. Boleh jadi kamu punya aspek lain dalam kehidupan yang lebih beruntung darinya.
2. Toh, kamu juga tetap survive dengan pendapatan sendiri

Walaupun uang yang dipegang lebih sedikit daripada milik teman, kenyataannya kamu masih bisa hidup. Tentu dengan segala keterbatasannya selagi kawanmu dapat lebih leluasa membelanjakan uangnya. Perbedaan ini jangan melulu dipandang sebagai masalah.
Itu tak perlu menjadi persoalan selama pada dasarnya kalian sama-sama masih bisa menghidupi diri. Gak apa-apa pilihan hiburan kalian menjadi berbeda karena bujet yang tersedia juga tak sama. Atau, dia sering jajan sedangkan dirimu mesti makan bekal buatan sendiri. Ia juga bisa membeli barang-barang bermerek.
Sementara itu, kamu mencari barang-barang murah serta menunggu ada diskon ongkir dan voucher. Kalau mau lebih diperinci lagi tentu masih banyak sekali perbedaan dalam cara kalian membelanjakan uang. Kamu cukup menggarisbawahi bahwa tanpa tambahan uang dari orangtua pun, sebetulnya hidupmu baik-baik saja.
3. Kemampuanmu mengatur keuangan cenderung lebih tinggi

Uang yang terbatas memang menguji kemampuanmu dalam mengelolanya. Sedikit saja kamu kurang bijak dalam memakainya berakibat uang habis sebelum waktu gajian tiba. Padahal, dirimu tidak bisa meminta bantuan uang dari keluarga. Kalau berutang pada siapa pun, artinya kamu punya beban untuk melunasinya.
Sebaliknya, makin banyak uang yang dipegang, soal pengelolaannya menjadi kurang menantang. Ini yang rentan membuat orang tidak berhati-hati memakai uangnya. Saat nasibnya berubah seperti orangtua menghentikan sokongan atau gajinya turun, ia belum tentu mampu menyesuaikan diri dengan cepat.
Sedang kamu yang dituntut mencukupkan diri hanya dengan pendapatan sendiri lebih jago dalam mengatur uang. Kelak penghasilanmu bertambah, kamu sudah terbiasa mengelolanya dengan pembagian yang baik. Dirimu memang perlu meningkatkan taraf hidup dengan makan lebih bergizi dan tampil lebih menarik. Namun, pos tabungan pasti juga ikut bertambah. Hari ini kamu belum bisa berinvestasi. Suatu saat nanti impian itu bakal terwujud.
4. Lain orangtua lain pula caranya mendidik

Setiap orangtua punya alasan di balik cara mereka dalam mendidik anak. Walaupun orangtuamu mampu secara finansial, boleh jadi mereka sengaja gak kasih kamu uang saku lagi. Tujuannya, supaya dirimu belajar mencukupi kebutuhan dengan berapa pun uang yang diperoleh dari bekerja.
Jika mereka tetap menyokongmu, sampai kapan pun gajimu bisa terasa kurang. Akibatnya, kamu senantiasa mengharapkan pemberian orangtua. Mereka ingin dirimu sungguh-sungguh mandiri sebagai individu dewasa. Mumpung mereka masih dapat mengawasi dan melatihmu dalam mengatur keuangan.
Sebaliknya, orangtua temanmu yang rutin kasih uang jajan juga bukannya bermaksud buruk pada anak. Jangan sinis pada sikap orangtua teman seolah-olah mereka pasti cuma mau memanjakannya. Pertimbangan keduanya barangkali supaya anak tetap bisa menabung walaupun gajinya pas-pasan.
Tabungan itu nantinya dapat digunakan untuk DP rumah atau persiapan menikah. Mereka juga pernah merasakan awal bekerja yang berat karena minimnya gaji. Kalau mereka dapat membantu meringankan beban anak, kenapa tidak? Jangan sampai orangtua cukup berada, tetapi anak tampak sengsara berjuang bertahan hidup.
5. Tak ada orangtua yang bisa terus menyokong anak

Kemampuan orangtua dalam mendukung anak ada batasnya. Apalagi kaitannya dengan materi. Cepat atau lambat mereka akan berpulang. Ketika itu terjadi, anak yang biasa dibantu secara finansial bisa kesulitan untuk berdiri di atas kedua kakinya.
Jika pun dia punya beberapa kakak, belum tentu mereka mau atau mampu memberikan bantuan dana. Mereka sama-sama punya kebutuhan. Terlebih bagi saudara yang sudah berkeluarga. Pertanyaannya, apakah dirimu ingin mengalami nasib seperti itu?
Walau awalnya terasa enak karena sokongan orangtua bikin kamu merasa lebih kaya, malah repot di akhir. Lebih baik sejak sekarang dirimu latihan mandiri biar gak kaget di kemudian hari. Kasih sayang orangtua memang sepanjang masa. Akan tetapi, bantuan finansial tetap tidak bisa selamanya.
6. Iri terus cuma bikin fokus kerja dan rasa syukur berkurang

Perasaan iri pada siapa pun paling bikin konsentrasi pecah. Kamu yang seharusnya hanya memikirkan rutinitas sendiri malah menjadi terus kepikiran soal banyaknya isi dompet teman. Dirimu hendak mengerjakan apa saja rasanya malas. Kalian capeknya sama, tetapi mengantongi jumlah uang yang berbeda.
Sekalipun sebagian uangnya bukan pemberian kantor, tetap saja bagimu terasa sangat tidak adil. Pikirmu seandainya orangtuanya gak menyokong, kondisi finansial kalian seharusnya setara. Lantaran sekarang keadaan kalian tampak jomplang, kamu pun kesulitan untuk bersyukur.
Dirimu sebal pada teman dan orangtuanya. Bahkan ada saja pikiran buat menyalahkan pekerjaan. Kamu menuntut kantor untuk menaikkan gaji hanya lantaran iri pada kawan yang uangnya lebih banyak. Walau tidak mudah, dirimu mesti menghilangkan rasa iri supaya tenang dalam bekerja dan tetap mensyukuri hasil jerih payahmu.
Setiap makhluk memiliki rezeki masing-masing. Untuk manusia, rezeki berupa uang tak hanya diperoleh dengan cara bekerja. Uang juga bisa didapatkan dari pemberian, termasuk dari orangtua. Kamu tak perlu iri pada teman yang masih dapat uang saku dari orangtua, rasa irimu inilah yang malah wajib diatasi.