Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Menerapkan Slow Living di Tengah Hiruk Pikuk Kehidupan Kota

ilustrasi sedang tersenyum
ilustrasi sedang tersenyum (pexels.com/Blue Bird)
Intinya sih...
  • Atur prioritas waktu dengan bijak, pilih yang penting dan buat jadwal realistis.
  • Kurangi intensitas penggunaan teknologi, tetapkan jam tanpa gadget untuk hadir seutuhnya.
  • Nikmati udara segar dari alam sekitar, temukan "charging station" pikiran di taman kota atau balkon.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hidup di kota besar kadang kayak main game level hard terus gak ada tombol pause-nya. Jalanan macet, kerjaan numpuk, notifikasi HP bunyi terus, sampai-sampai kamu lupa rasanya duduk tenang tanpa mikirin apa-apa. Ironisnya, makin sibuk makin banyak juga hal yang terasa “kosong.” Nah, dari sinilah konsep slow living masuk, bukan buat bikin kamu males-malesan, tapi ngajarin cara ngatur ritme hidup biar tetap produktif tanpa bikin kepala meledak.

Slow living bukan tren aesthetic ala Instagram semata, tapi sebenernya lebih ke pilihan sadar buat hidup dengan tempo yang manusiawi. Pertanyaannya simpel, kamu mau jadi mesin yang dipaksa lari tanpa henti, atau manusia yang tahu kapan harus ngebut dan kapan harus narik napas panjang? Kalau jawabannya yang kedua, yuk coba kenalan sama cara slow living di tengah hiruk pikuk kota. Siapa tau, ini jadi tiket buat kamu nemuin lagi rasa tenang yang udah lama hilang.

1. Atur prioritas waktu dengan bijak

ilustrasi sedang membaca buku
ilustrasi sedang membaca buku (pexels.com/SHVETS production)

Di kota besar, waktu tuh rasanya kayak emas. Bahkan mungkin lebih mahal dari emas ya? Saking sibuknya, kamu bisa aja kejebak rutinitas harian yang muter kayak roda hamster, lari terus tapi kok kayaknya gak nyampe-nyampe tujuan. Nah, slow living ngajarin kita buat lebih selektif. Pilih mana yang beneran penting dan mana yang cuma sekadar formalitas.

Bikin jadwal yang realistis, jangan sampai kamu sendiri jadi korban ambisi yang kebanyakan. Kadang malah lebih produktif kalau ada waktu jeda buat ngopi atau sekedar bengong. Percaya deh, hidup itu gak selalu harus ngebut kayak mobil F1.

2. Kurangi intensitas penggunaan teknologi

ilustrasi sedang menyiram tanaman
ilustrasi sedang menyiram tanaman (pexels.com/SHVETS production)

Coba jujur, kamu termasuk tim “cek HP tiap lima menit” gak? Kalau iya, hati-hati, ya. Notifikasi medsos bisa jadi biang kerok kenapa kepala kamu gak pernah sepi. Slow living itu salah satunya belajar buat narik rem darurat dari dunia digital.

Misalnya, coba tetapkan jam tertentu tanpa gadget. Lagi makan? Ya udah fokus ke makanannya, bukan scroll timeline. Malam hari? Taruh HP jauh-jauh biar gak kebawa mimpi lagi debat sama netizen. Bonusnya, hubungan sama orang sekitar jadi lebih hangat karena kamu hadir seutuhnya, bukan setengah hati.

3. Nikmati udara segar dari alam sekitar

ilustrasi sedang berbaring di atas rerumputan
ilustrasi sedang berbaring di atas rerumputan (pexels.com/Marina Abrosinova)

Meski kota penuh beton dan klakson, bukan berarti gak ada ruang buat tarik napas lega. Taman kota, jalan kecil rindang, atau sekadar duduk di balkon bisa jadi “charging station” buat pikiran. Kadang kamu cuma butuh jalan kaki 10 menit buat sadar, “Oh, ternyata hidup gak segelap itu ya.”

Alam itu kayak sahabat lama yang selalu ada. Gak ribet, gak minta apa-apa, tapi efeknya bisa bikin hati adem. Jadi, kapan terakhir kamu sengaja keluar rumah cuma buat nikmatin angin sore?

4. Praktikkan mindfulness setiap hari

ilustrasi sedang menghias kue
ilustrasi sedang menghias kue (pexels.com/Tim Douglas)

Mindfulness itu kedengarannya ribet, padahal sebenarnya simpel, yaitu hadir di momen sekarang. Lagi makan, ya rasain beneran rasanya. Lagi ngobrol, ya dengerin tanpa mikirin balasannya. Tapi jujur aja, siapa yang sering pura-pura dengerin padahal otaknya lagi mikirin cicilan?

Dengan latihan mindfulness, kamu bisa lebih santai menghadapi hidup. Gak kebanyakan mikir masa lalu, gak juga panik soal masa depan. Jadi kayak punya remote control buat pikiran sendiri. Enak kan kalau bisa pencet tombol “pause” kapan aja?

5. Ciptakan ruang hidup yang rapi dan tenang

ilustrasi sedang merapihkan tempat tidur
ilustrasi sedang merapihkan tempat tidur (pexels.com/cottonbro studio)

Coba bayangin kamu pulang kerja, capek banget, terus disambut rumah yang kayak kapal pecah. Mood langsung turun, kan? Itulah kenapa rumah yang rapi dan nyaman penting banget. Bukan cuma soal gaya hidup minimalis yang lagi hits, tapi karena ruang itu cermin pikiran kita.

Gak perlu rumah gede atau ala-ala Pinterest. Cukup buang barang yang gak perlu, atur sesuai kebutuhan, dan jaga kebersihan. Percayalah, duduk di ruang yang rapi itu rasanya kayak minum teh hangat setelah hujan.

6. Luangkan waktu untuk beristirahat

ilustrasi sedang duduk
ilustrasi sedang duduk (pexels.com/Teona Swift)

Ini yang sering dilupain, istirahat. Di kota sibuk, tidur cukup kadang dianggap “kemewahan.” Padahal, slow living ngajarin kalau istirahat itu kebutuhan pokok, sama pentingnya kayak makan nasi.

Tidur yang nyenyak, rebahan tanpa rasa bersalah, atau sekadar santai tanpa mikirin kerjaan itu bikin otak kamu lebih waras. So, jangan gengsi kalau kamu memang perlu istirahat. Ingat, kamu manusia bukan robot yang bisa di charge semalaman lalu bisa beroperasi tanpa henti.

Menjalani slow living di kota besar memang gak gampang, tapi bukan berarti mustahil juga. Pelan-pelan aja, ingat, kecepatan tidak selalu identik dengan keberhasilan. Nikmati kehidupan dengan tenang, agar ia benar-benar menjadi ‘hidup’. Jadi, pertanyaannya sekarang, kamu mau terus jadi penumpang kereta ekspres yang gak sempat lihat apa-apa, atau pilih turun sebentar, hirup udara segar, dan sadar kalau perjalanan itu juga bagian dari hidup?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us

Latest in Life

See More

[MADING] Sebuah Langkah di Antara Polusi dan Sampah

18 Sep 2025, 15:44 WIBLife