Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal yang Harus Diperhatikan jika Ikut No Buy Challenge 2025

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Dario Solano)

Awal 2025 diawali dengan maraknya ajakan untuk mengikuti no buy challenge. Kalau diartikan kata per kata, artinya memang tantangan untuk tidak membeli atau berbelanja. Namun, mengingat manusia tak mungkin memproduksi segala barang sendiri maka didefinisikan sebagai mengurangi pembelian hingga seminimal mungkin.

Tantangan ini ada sisi positifnya, yaitu mendorong masyarakat buat gak memboroskan uangnya. Kebiasaan konsumtif masyarakat modern sering kali berakibat buruk untuk kondisi keuangan keluarga. Belanja berlebihan pun berujung pada menumpuknya sampah dari barang-barang yang dengan sangat cepat gak terpakai lagi.

Juga eksploitasi sumber daya alam untuk terus memproduksinya. Meski didorong oleh semangat yang positif, jangan sembarangan dalam mengikuti no buy challenge 2025. Alih-alih FOMO, pahami dulu enam hal berikut. Kamu harus tahu batas aman dalam berbelanja. 

1. Kebutuhan tetap dipenuhi

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Gustavo Fring)

Seperti disinggung dalam pembuka artikel, no buy challenge 2025 bukan tantangan untukmu sama sekali gak berbelanja. Jika kamu tidak membeli apa pun sepanjang tahun, bagaimana kebutuhan-kebutuhanmu dapat terpenuhi? Padahal terpenuhi atau gaknya kebutuhan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidupmu.

Bahkan jika itu bukan termasuk kebutuhan pangan, misalnya. Dirimu tak bisa menemui klien dengan pakaian yang sudah robek di sana sini atau warnanya begitu pudar. Maka awali no buy challenge 2025 dengan kesadaran penuh mengenai perbedaan kebutuhan dengan keinginan.

Pemenuhan keinginan paling bisa ditunda bahkan dibatalkan kalau harganya terlalu tinggi atau kamu sudah punya di rumah. Sementara itu, kebutuhan tetap harus dipenuhi. Strategi penghematan yang bisa diterapkan hanyalah menghitung ulang jumlah setiap kebutuhan agar tidak mubazir.

Contohnya, jika dalam sebulan keluargamu cukup dengan 20 kilogram beras, kenapa membeli langsung 50 kilogram? Meski harga 1 karung beras dengan bobot 50 kilogram lebih murah daripada diecer 20 kilogram, apabila sisanya menjadi berkutu lalu dibuang tentu pemborosan. Dirimu juga dapat berhemat dengan beralih ke merek produk lainnya.

2. Anti belanja online juga gak bijak

ilustrasi belanjaan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Aplikasi belanja online kerap begitu ditakuti oleh orang yang ingin berhemat. Padahal, masalah belanja berlebih sebenarnya bisa terjadi baik ketika kamu belanja daring maupun langsung datang ke toko. Hanya menginstal aplikasi marketplace saat dirimu butuh membeli sesuatu dapat dilakukan.

Namun, gak usah sampai menolak sama sekali menggunakan aplikasi tersebut. Sebab faktanya, belanja secara online bisa membantumu mendapatkan produk dengan harga lebih miring. Bukan aplikasi belanja yang kudu dimusnahkan dari gadgetmu.

Kamu yang harus mendidik diri sendiri sampai bisa mengontrol kebiasaan berbelanja. Agar ketika dirimu dihadapkan pada berbagai penawaran produk baik melalui media sosial,  marketplace, maupun langsung di toko gak gampang tergoda. Jika kamu punya pengendalian diri yang baik, membuka aplikasi belanja setiap hari pun tak berarti belanja melulu. Dirimu mampu sekadar cuci mata atau menyeleksi produk yang akan dibeli di tanggal kembar.

3. Pahami kemampuan finansialmu sebagai dasar penghematan

ilustrasi paket belanja (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Kalau no buy challenge 2025 dilakukan dengan jorjoran, roda perekonomian dapat berhenti berputar. Penghematan besar-besaran semua orang berakibat banyak produk gak terserap pasar. Pengusaha terus merugi, melakukan perampingan karyawan, sampai benar-benar bangkrut. 

Jika kamu ingin mengikuti tantangan ini, pahami dulu batas kemampuan finansialmu. Orang kaya raya hendaknya tak melakukan penghematan seketat masyarakat dengan tingkat penghasilan lebih rendah. Belanjamu penting gak hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga memastikan semua orang masih bisa makan.

Jangan sampai sembrono mengikuti tantangan ini berakibat pada perekonomian yang kian lesu. Terpenting kamu gak lagi berbelanja melampui kemampuan keuanganmu. Pos-pos lainnya masih aman. Selalu ada uang buat ditabung serta diinvestasikan. Hidup ini tentang keseimbangan, termasuk dalam pengaturan keuangan. Bukan sekadar siapa yang paling tahan tidak mengeluarkan uang.

4. Bijak dalam berbelanja lebih tepat dan mencegah kesalahpahaman

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Helena Lopes)

Bila no buy challenge 2025  membuatmu bingung tentang batasan yang sehat dalam berbelanja, pakai saja istilah yang lebih familier. Yaitu, berbelanja dengan bijaksana. Artinya, silakan kamu berbelanja asalkan apa-apa yang dibeli telah terlebih dahulu dipikirkan.

Bukan sekadar dirimu membeli secara impulsif. Ketika kamu hendak menularkan semangat yang sama pada anggota keluarga, bijak dalam berbelanja juga lebih mudah diterima oleh mereka. Jika dirimu bilang no buy challenge, belum apa-apa barangkali sudah ditentang. Mereka berpikir buat apa capek-capek bekerja mencari uang bila gak dipakai buat membeli sesuatu?

Pengelolaan keuangan memang butuh kedisiplinan. Akan tetapi, banyak orang langsung kurang senang apabila cara yang ditawarkan terdengar tidak masuk akal. Jika mereka hanya dihimbau untuk lebih bijaksana dalam berbelanja, mereka malah mau memeriksa kembali kebiasaan belanjanya yang sudah gak sehat.

5. No buy challenge 2025 gak boleh merugikan orang lain

ilustrasi berbelanja (pexels.com/かわい サムライ)

Inti dari tantangan ini ialah berhemat. Meski demikian, penghematanmu tidak boleh sampai merugikan orang-orang. Contohnya, kamu berhenti membeli camilan. Namun, sebagai gantinya dirimu justru memintanya terus dari orang-orang di sekitarmu. Setiap hari kamu kenyang dengan segenggam keripik, semangkuk kacang, dan beberapa potong kue dari teman kos.

Atau, dirimu sama sekali gak mau membeli pakaian baru. Sampai tak ada pakaian yang pantas buat berbagai acara. Tiap ada undangan, kamu menghubungi orang-orang dan mencari pinjaman pakaian. Kebiasaan seperti ini bikin orang-orang risi. Mereka merasa tidak enak kalau tak memberi atau meminjamimu sesuatu.

Akan tetapi, boleh jadi mereka sebetulnya lebih perlu berhemat daripada dirimu. Semangatmu untuk mengikuti no buy challenge 2025 sama sekali bukan urusan mereka. Orang-orang di sekitarmu cuma tak mau terus direpotkan olehmu. Lakukan tantangan ini sambil tetap memastikan kamu gak kehilangan kemandirian lalu menjadi benalu dalam kehidupan orang lain.

6. Pengendalian belanja baik diterapkan di tahun berapa pun

ilustrasi belanja pakaian (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Gak cuma di tahun 2025, mengendalikan kebiasaan berbelanja penting untuk dilakukan secara konsisten. Apalagi ke depan sangat mungkin biaya hidup makin tinggi. Kamu juga bakal menua dan perlu menyiapkan dana yang tidak sedikit buat masa tua serta kesehatan.

Saat anak-anakmu berkuliah belum tentu dirimu masih bekerja dan memperoleh pendapatan. Oleh sebab itu, sikap bijak dalam berbelanja jangan hanya mengikuti tren. Tahun depan tak ada lagi tantangan seperti ini, kamu mesti bisa mempertahankannya.

Percuma bila dirimu hanya berhemat dalam setahun lalu tahun-tahun selanjutnya malah boros terus. Uang yang berhasil dihemat selama 2025 gak ada apa-apanya dibandingkan uang yang dihabiskan dalam banyak tahun. Bahkan bila tahun-tahun mendatang perekonomianmu jauh lebih baik, kontrol diri ketika berbelanja tetap wajib dimiliki.

No buy challenge 2025 menarik untuk diikuti di tengah menurunnya daya beli masyarakat. Buatmu yang selama ini mengalami masalah dalam pengaturan keuangan gara-gara belanja melulu, ambil tantangannya. Semoga setahun latihan membuatmu terbiasa berbelanja secukupnya saja. Jangan lupa dengan enam tips di atas supaya mengikuti challenge ini tidak terasa terlalu menyiksamu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us