Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Bentuk Kebosanan Akibat Terjebak Hiruk-pikuk Kehidupan Sosial

ilustrasi lingkungan toksik (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi lingkungan toksik (pexels.com/Antoni Shkraba)

Kehidupan sosial selalu diisi oleh interaksi orang-orang di dalamnya. Entah untuk mendiskusikan topik yang benar-benar penting. Atau interaksi sosial sekadar untuk berbasa-basi. Jika kamu berpikir kehidupan di lingkungan sosial selalu menyenangkan, mindset ini harus diluruskan.

Saat kita terjebak hiruk-pikuk kehidupan sosial, ternyata juga bisa mengalami kebosanan. Dalam menjalanui hidup cenderung tidak bersemangat. Sampai-sampai kehilangan alur kehidupan yang berkesan. Untuk kamu yang sedang menghadapi tujuh kebosanan ini, segera sadari.

1. Merasa lelah dengan tuntutan lingkungan sekitar

ilustrasi bullying (pexels.com/Mikhail Nilov)

Membahas lingkungan sosial, pasti berkaitan erat dengan pola interaksi banyak orang. Pada situasi tertentu kita harus terjebak di tengah keramaian. Ternyata menghadapi hiruk-pikuk kehidupan sosial bukan hal yang mudah. Bisa saja seseorang mengalami kebosanan.

Perlu diketahui, seseorang yang terjebak hiruk-pikuk kehidupan sosial merasa lelah dengan tuntutan lingkungan sekitar. Ia keberatan mengikuti berbagai standar yang ditetapkan. Bahkan merasa semakin jauh dari prinsip dan tujuan hidup sendiri.

2. Keinginan untuk bersikap individualis

ilustrasi individualis (pixabay.com/pexels)
ilustrasi individualis (pixabay.com/pexels)

Seringkali kita memaksa diri agar terlibat aktif dalam kehidupan sosial. Namun mengabaikan mental dan pikiran yang sudah merasa jenuh. Karena saat seseorang bertahan dalam situasi yang sama, maka antusias dan semangat cenderung mengalami penurunan.

Diantara bentuk kebosanan tersebut yakni keinginan bersikap individualis. Kita tidak mau lagi terhubung dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Seolah ingin menjauh dari lingkungan secara total. Padahal, menutup diri juga bukan langkah yang tepat untuk menjaga keseimbangan hidup.

3. Kehilangan alur kehidupan yang bermakna

ilustrasi kehilangan peluang berharga (pexels.com/Liza Summer)

Dengan memiliki kehidupan yang bermakna, kita bisa lebih mudah merasakan kebahagiaan. Seolah sadar bahwa kehidupan yang dijalani merupakan anugerah berharga. Namun demikian, menghabiskan terlalu banyak waktu di lingkungan sosial justru menimbulkan kebosanan.

Ketika terjebak hiruk-pikuk kehidupan sosial, kita kehilangan alur kehidupan yang bermakna. Interaksi dengan orang-orang di tidak menghadirkan suasana menyenangkan. Sebaliknya, justru kita sibuk dengan pengaruh buruk yang terdapat di lingkungan sekitar.

4. Rasa jenuh dengan kegiatan sosial

ilustrasi berkumpul teman (pexels.com/Afta Putta Gunawan)
ilustrasi berkumpul teman (pexels.com/Afta Putta Gunawan)

Kehidupan sosial di lingkungan masyarakat turut diisi dengan berbagai macam kegiatan. Mulai dari daftar kegiatan yang bersifat sederhana. Sampai dengan yang membutuhkan kekompakan dan solidaritas tinggi.

Tapi hiruk-pikuk di lingkungan sosial tidak jarang justru menimbulkan kebosanan. Kita merasa bahwa kegiatan tersebut tidak membawa manfaat apapun. Kehidupan tetap berjalan monoton dan melelahkan. Bahkan berpikir untuk lari dan menjauh dari padatnya kegiatan di lingkungan masyarakat.

5. Merasa energi terkuras di tengah keramaian

ilustrasi dikelilingi orang toksik (pexels.com/Cottonbro studio)

Kita sering menganggap jika hiruk-pikuk kehidupan sosial merupakan hal yang menyenangkan. Di antaranya bisa berinteraksi dengan banyak orang. Atau bertukar pikiran untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Tapi sayangnya, kehidupan di lingkungan sosial tidak selalu berjalan mulus.

Terlalu lama terjebak dalam hiruk-pikuk kehidupan sosial justru memicu kebosanan. Di tengah keramaian, kita tidak menemukan kebahagiaan apapun. Sebaliknya, energi positif dalam diri terkuras habis. Kehidupan berjalan tanpa adanya fokus dan konsentrasi.

6. Cenderung tidak bersemangat dalam menjalani rutinitas

ilustrasi bosan bekerja (pexels.com/Anna Tarazevich)

Hiruk-pikuk kehidupan sosial memang menjadi hiburan tersendiri. Kita memperoleh alur kehidupan yang berkesan. Namun berbeda jadinya saat kita mendedikasikan waktu secara total untuk kehidupan sosial.

Terjebak dalam hiruk-pikuk di lingkungan masyarakat, kita justru mengalami kebosanan. Dalam menjalani rutinitas sehari-hari  tidak bersemangat. Karena saat seseorang terjebak rasa bosan, suasana hati dan pikiran juga turut terganggu sehingga tidak bisa fokus.

7. Merasa terpaksa dalam berinteraksi

ilustrasi saling mengobrol (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi saling mengobrol (pexels.com/SHVETS production)

Hiruk-pikuk yang terdapat di lingkungan sosial memang bisa membawa dampak positif. Kita tidak akan kesepian dalam menjalani lika-liku kehidupan. Meskipun begitu, melibatkan diri secara penuh dalam hiruk-pikuk juga memiliki konsekuensi tersendiri.

Tanpa disadari kita akan terjebak dalam kebosanan. Saat berinteraksi dengan orang-orang sekitar cenderung merasa terpaksa. Kita merasa bahwa topik yang sedang dibicarakan bersifat monoton. Interaksi sosial tidak membawa kebahagiaan atau kepuasan.

Kehidupan sosial pasti diwarnai dengan hiruk-pikuk di dalamnya. Di satu sisi, hal ini bisa mengisi kekosongan dan kesepian. Tapi jika terlalu berlebihan, tidak menutup kemungkinan kita menghadapi kebosanan. Menjadi orang yang terlibat aktif dalam hiruk-pikuk kehidupan sosial, pernahkah kamu merasakan kebosanan tersebut?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mutiatuz Zahro
EditorMutiatuz Zahro
Follow Us