Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips Berteman dengan Orang Kaya, Jangan Menjilat!

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Oană Andrei)

Berteman dengan orang kaya kelihatannya gampang dan menyenangkan. Namun, bisa juga gak semudah itu jika kita berpandangan dangkal terkait status sosial ekonomi dia dan keluarganya.

Sekalipun ia sebenarnya sosok yang rendah hati, kekeliruan sikap kita sendiri dapat membuat pertemanan urung terjalin. Pahami tujuh tips di bawah ini biar kita luwes berteman dengan siapa saja, termasuk ia yang datang dari keluarga kaya.

1. Jangan otomatis menyebutnya manja

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Picas Joe)

Manja atau tidaknya seseorang tergantung dari cara orangtua dalam membesarkannya. Anak yang besar di keluarga sederhana juga bisa manja luar biasa. Itu terjadi bila dia gak pernah diajari kemandirian.

Sebaliknya, orang yang lahir dan tumbuh dengan materi berlebih malah dapat sangat mandiri. Orangtua yang paham betul perjalanan menuju sukses mendidiknya untuk tetap sederhana dan mandiri sejak kecil.

2. Hindari pandangan bahwa hidupnya selalu enak

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Los Muertos Crew)

Enak atau tidaknya suatu pengalaman hidup tentu sangat subjektif. Kita tak perlu masuk terlalu dalam dan sibuk menilai kehidupan orang lain. Percaya saja bahwa orang kaya maupun miskin sama-sama memiliki ujian masing-masing.

Walau kehidupan teman kelihatannya penuh kenikmatan, aslinya cuma dia yang tahu. Boleh jadi ada hal-hal dari kehidupan kita yang membuatnya iri. Cuma ia tak pernah mengatakannya sehingga kita berpikir segala tentangnya berjalan lancar dan menyenangkan.

3. Boleh minta bantuan tapi gak usah diikuti dengan, "Orangtuamu, kan, kaya."

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Oană Andrei)

Orang dengan kondisi ekonomi lebih baik dari orang-orang di sekitarnya umumnya juga mengerti bahwa ia menjadi tumpuan harapan. Terutama, ketika temannya mengalami kesulitan finansial atau ada acara bersama yang perlu didanai.

Namun ingat, kita harus menyampaikan permintaan bantuan dengan sopan dan memikirkan perasaannya. Gak usah bawa-bawa orangtuanya yang kaya. Bukankah, kita tengah berhadapan dengan anaknya? Kecuali, kita berani minta tolong langsung pada orangtuanya.

4. Saat sikapnya kurang berempati, tegur dan nasihati pelan-pelan

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Ivan Samkov)

Tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain, teman yang kaya sejak lahir mungkin kurang memahami kehidupan yang begitu berbeda darinya. Misalnya, dia terkaget-kaget mendengar zaman sekarang masih ada rumah yang tidak punya toilet.

Sebab di rumahnya kamar mandi saja lebih dari satu. Setelah sepi, kita dapat menegur dan menasihatinya pelan-pelan. Jelaskan bahwa keberuntungan memang mendatangi orang di waktu dan dalam bentuk yang berbeda-beda.

5. Jangan menerimanya sebagai teman hanya karena kekayaannya

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Ron Lach)

Siapa pun pasti mengharapkan penerimaan yang tulus. Teman yang kaya akan merasa tersisih atau hanya dimanfaatkan apabila kita menerimanya sebagai kawan cuma karena pertimbangan materi.

Bukankah roda kehidupan selalu berputar? Dia menjadi resah. Jangan-jangan, sikap kita padanya bakal berubah total kalau ia dan keluarganya gak kaya lagi. Dia bukan tak bangga pada hartanya, tetapi diterima dengan apa adanya tentu lebih melegakan hati.

6. Gak boleh mematahkan usahanya untuk merendah

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Orang kaya yang berusaha merendah gak boleh dipandang sebagai bukti kemunafikan atau cuma mau mencari muka. Kita mesti memandangnya dari sisi yang positif. Yaitu, ia berusaha menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitarnya.

Dia juga berharap dirinya lebih diterima dalam pergaulan dengan tidak menonjolkan kepemilikannya. Seharusnya kita mengapresiasi sikapnya ini. Bukankah menyebalkan sekali jika orang suka menyombongkan kekayaannya?

7. Bedakan kekayaan dari orangtua dengan hasil kerja kerasnya

ilustrasi pertemanan (pexels.com/cottonbro studio)

Sekalipun kita mengenal teman berasal dari keluarga kaya, jangan sampai kita gagal menghargai hasil kerja kerasnya. Kita selalu berpikir semua itu bagian dari pemberian orangtua. Atau, mereka yang mengatur segala hal dan anak tinggal ikut menikmati.

Pandangan seperti ini sangat menyakitkan baginya. Rasanya, setiap usahanya sendiri menjadi sia-sia. Nama dan keberhasilan orangtua selalu disangkutpautkan. 

Dalam pertemanan, soal kekayaan sebaiknya gak menjadi fokus kita. Kita berteman dengan semua orang yang berpengaruh baik untuk diri kita. Tak perlu memusingkan dia orang kaya atau miskin.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us