5 Alasan Beralih ke Kompor Induksi, Ramah Lingkungan lho!

Di masa kini, penggunaan kompor tanpa api atau lebih dikenal sebagai kompor listrik sedang ngehits terutama di kalangan milenial. Ada dua jenis yang telah tersedia di pasaran, yakni elektrik dan induksi. Sama-sama menggunakan listrik dengan bentuk serupa, masih banyak masyarakat Indonesia menganggap keduanya sama.
Padahal, dua jenis kompor dengan teknologi paling modern dan canggih di abad ke-21 ini memiliki perbedaan cukup signifikan, lho. Salah satu yang paling mencolok adalah dari segi suhu. Kendati kompor elektrik memiliki suhu lebih tinggi, kompor induksi dibekali beberapa keunggulan yang bisa membuatmu langsung jatuh hati.
Memaksimalkan electrifying lifestyle di zaman sekarang yang serba mengandalkan teknologi kelistrikan, berikut alasan untuk mulai beralih dari kompor konvensional ke kompor induksi!
1.Lebih hemat daripada kompor konvensional

Kompor listrik ternyata lebih hemat daripada kompor konvensional. Kendati harus merogoh kocek lebih dalam saat pembelian awal, kompor ini terlebih induksi dapat menekan biaya pemakaian per bulannya. Pada jenis induksi, penyebaran panas lebih merata, langsung, serta konstan dihantarkan ke alat masak melalui reaksi elektromagnetik.
Dengan kinerja tersebut, alat masak pastinya lebih mudah panas. Waktu memasak pun menjadi lebih cepat. Dari hasil uji coba yang dikemukakan PT PLN (Persero), kompor induksi berdaya 1.200 watt dapat memanaskan satu liter air dengan biaya hanya Rp158. Sementara, kompor konvensional berbahan bakar gas membutuhkan sekitar Rp176.
Ada harga tentu ada kualitas. Kompor induksi nyatanya lebih awet karena menggunakan teknologi terbaik dan tercanggih masa kini. Dari sisi perawatan, ia pun lebih mudah dibersihkan. Hal ini berkat permukaannya datar dan tidak cepat panas sehingga makanan yang jatuh berceceran tidak akan gosong ataupun berkerak.
2.Aman dari kebocoran, ledakan, dan kebakaran

Kompor induksi hanya menghantarkan panas bila ada peralatan masak khusus bermagnetis diletakkan di atasnya. Cara kerjanya adalah mengalirkan arus listrik bolak-balik melalui kawat tembaga yang berada di bawah permukaan kompor. Saat bersentuhan dengan alat masak, arus tersebut menimbulkan reaksi elektromagnetik yang menghasilkan panas.
Tak seperti kompor elektrik dengan bara cahaya yang terasa panas saat disentuh, permukaan kompor ini tidak membara dan tetap dingin. Saat tidak digunakan atau alat masak dilepas, peralihan dari panas ke dingin hanya menelan waktu singkat. Fakta tersebut menjadikannya aman banget digunakan bahkan bersama anak-anak sekalipun.
Dengan tidak memancarkan api, kompor induksi pun bebas dari kebocoran bahkan ledakan yang biasa terjadi pada kompor gas konvensional. Hal itu tentu dapat meminimalkan risiko kebakaran. Performanya semakin aman dan keren karena dibekali beragam fitur otomatis canggih. Di antaranya pengaturan suhu, durasi memasak, dan timer mati.
3.Lebih efisien dalam penggunaan energi

Perbandingan suhu dua jenis kompor listrik memang cukup signifikan. Untuk elektrik rata-rata memiliki suhu maksimum mencapai 393 derajat Celsius, sementara induksi sebesar 351 derajat Celsius. Meski bersuhu lebih rendah, fakta kompor induksi yang menghantarkan panas secara langsung ke alat masak tentu lebih efisien dari segi energi.
Karena tidak menghantarkan panas secara langsung ke alat masak, kompor elektrik memiliki efisiensi energi kurang lebih 70 persen. Sementara kompor induksi mampu menyalurkan panas sebanyak 80 hingga 90 persen. Sistem pemanasan serta efisiensi energi ini membuat kompor induksi lebih unggul daripada kompor elektrik.
Dengan kinerja itu, maka tak heran masakan lebih cepat matang dalam durasi relatif singkat. Kamu dapat menghemat banyak waktu memasak di dapur dan menggunakannya untuk kegiatan bermanfaat lain. Selain efisiensi energi dan waktu, kompor induksi bisa sekaligus menghemat biaya pengeluaran karena tidak memakai daya listrik berlama-lama.
4.Ramah lingkungan

Konversi kompor konvensional ke induksi gencar digaungkan pemerintah bersama PT PLN (Persero). Telah diketahui, perusahaan kelistrikan negara ini menjadi pilihan nomor satu pelanggan untuk Solusi Energi. Karena kepercayaan besar itu, PLN selalu bergerak, berinovasi, serta berkomitmen untuk terus menerangi dan menggerakkan negeri.
Demi menjalankan misi selaras kebutuhan masyarakat dan bumi, PLN mengusung agenda Transformasi dengan aspirasi Green, Lean, Innovative, dan Customer Focused demi menghadirkan listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik. Bentuk nyata PLN mewujudkannya adalah menggagas penggunaan kompor induksi untuk masyarakat. Seperti diketahui, peralatan serba elektrik sangat ramah lingkungan dan bebas emisi karena penggunaannya tidak menghasilkan polusi atau asap berupa karbon dioksida.
Sebagai penyedia sekaligus pengelola energi listrik negara, PLN mengembangkan transisi energi ramah lingkungan berupa Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk menuju Net Zero Emmission 2060. Melalui event Lombok Writers Festival 2022 beberapa waktu lalu, Gregorius Adi Trianto selaku Vice President Komunikasi Korporat PLN mengajak masyarakat terutama Millennial dan Gen Z untuk turut serta mendukung gerakan #PLNTerdepanMenujuEBT. Salah satunya dengan mulai menggunakan kompor induksi.
5.Si sytlist yang praktis

Selain bebas efek rumah kaca yang berbahaya bagi bumi dan lapisan ozon, kompor induksi semakin diminati terutama di kalangan anak muda karena bentuknya modern nan stylist. Penggunaannya juga sangat praktis karena hanya perlu mencolokkan steker ke sumber listrik. Kamu pun bisa memasak makanan favoritmu di dapur dengan gaya, deh!
Dengan beralih ke kompor induksi dan tidak terlalu bergantung pada kompor konvensional, secara tak langsung kamu ikut mendukung energi bersih untuk menyelamatkan keberlangsungan bumi. Sebagai agen perubahan yang melek isu lingkungan, kamu gak perlu ragu lagi untuk menggunakan sekaligus merekomendasikannya kepada keluarga dan sahabat. Sebab, cara masak hemat nan stylist ini ramah lingkungan banget!
Tenang, kamu gak berjuang menyelamatkan bumi sendirian, kok. Bersama PLN, komitmen #PLNTerdepanMenujuEBT diwujudkan dengan mencanangkan Program Tranformasi sejak tahun 2020. Transisi energi bersih serta pembangunan ekosistem energi bersih diupayakan melalui berbagai cara. Salah satunya mengembangkan pembangkit berbasis EBT yang menggunakan energi air, angin, dan tenaga surya atau matahari secara berkala.
Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar fosil, PLN mencanangkan program co-firing. Batu bara mulai disubtitusikan sebagian dengan energi hijau. Seperti limbah perkebunan dan pertanian serta pelet sampah.
Demi menuju Net Zero Emission 2060, PLN menargetkan porsi konversi pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 23 persen pada 2025, lalu menjadi 29 persen di tahun 2030. Bagaimana, siapkah kamu ikut mendukung Energi Baru Terbarukan dengan mulai beralih ke kompor induksi?