Kisah Eri dan Inovasi Mie Ayam Frozen yang Bantu UMKM Tetap Bertahan

Awal tahun 2020 menjadi masa yang sangat berat bagi hampir semua sektor ketika pandemi melanda dunia. Dampaknya terasa paling besar pada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Di berbagai daerah, termasuk Yogyakarta, banyak toko mendadak sepi, jalur distribusi terputus, dan harapan para pengusaha kecil perlahan meredup. Di tengah situasi penuh kegelisahan itu, lahirlah sebuah gerakan berbasis empati bernama Yuk Tukoni.
Didirikan oleh Eri Kuncoro dan rekannya, Yuk Tukoni yang dalam bahasa Jawa berarti “Ayo Beli” hadir bukan sebagai marketplace biasa, melainkan sebagai social enterprise dengan semangat gotong royong. Melalui platform ini, Eri menghadirkan berbagai solusi bagi UMKM, termasuk inovasi mengolah makanan tradisional menjadi produk frozen food, salah satunya mie ayam frozen. Inovasi ini menjadi penyelamat bagi banyak usaha kuliner yang sebelumnya hanya mengandalkan penjualan offline.
1. Berawal dari kegelisahan melihat UMKM mulai tumbang

Eri menceritakan bahwa dorongan membangun Yuk Tukoni muncul dari curhatan langsung teman-temannya. Mereka mengeluhkan penghasilan yang turun drastis.
“Teman-teman pada curhat ke saya, makanan mereka nggak laku. Nggak ada akses ke pembeli. Dari kegelisahan itu, saya sama Mas Revo akhirnya bikin gerakan Yuk Tukoni.” tutur Eri saat menjadi pembicara spesial dengan IDN Times Community pada Rabu (8/10/2025).
Masalah besar pada saat pandemi itu masyarakat takut untuk keluar rumah sehingga UMKM sepi pembeli. Masyarakat juga khawatir membeli makanan dari luar yang tidak higienis. Di sisi lain, layanan pengiriman pada masa itu belum sepenuhnya siap menangani produk kuliner yang mudah rusak.
Oleh karena itu, Yuk Tukoni mencoba mencari cara agar produk UMKM tetap bisa sampai ke tangan pelanggan dengan aman dan layak di masak di rumah. Solusinya adalah mengubah makanan siap santap menjadi frozen food, sehingga lebih tahan lama dan bisa dikirim ke mana saja.
2. Lahirnya ide mie ayam frozen sebagai solusi UMKM

Salah satu kisah paling ikonik dari inovasi Yuk Tukoni adalah transformasi Mie Ayam Pak Amin. Pak Amin, penjual mie ayam langganan Eri, sempat frustrasi dan berniat pulang kampung karena tidak ada pembeli sama sekali. Namun, Eri tidak melihat kondisi itu sebagai akhir. Baginya, ini justru titik awal untuk mencari cara baru agar usaha Pak Amin bisa tetap bertahan.
Alih-alih membeli produk jadi, Yuk Tukoni membantu merekonstruksi ulang model bisnis Pak Amin. Mie ayam yang sebelumnya hanya bisa dinikmati langsung di tempat dipelajari ulang prosesnya, mulai dari bahan mentah hingga penyajiannya.
Yuk Tukoni kemudian meminta Pak Amin melakukan breakdown terhadap produknya. Mie mentah, kuah, bumbu, dan topping ayam dipisahkan lalu dikemas ulang agar lebih higienis dan dapat dibekukan. Dengan metode ini, mie ayam bisa disimpan lebih lama tanpa mengurangi kualitasnya.
Setelah proses standarisasi selesai, Yuk Tukoni membagikan mie ayam frozen tersebut kepada banyak orang untuk dicoba. Tujuannya bukan sekadar promosi, tetapi memastikan bahwa rasa mie ayam tetap konsisten. Pendekatan ini mengubah mie ayam Pak Amin dari produk yang sebelumnya hanya bisa dinikmati di tempat menjadi produk siap masak di rumah.
3. Dampak nyata dari sebuah inovasi sederhana

Ketika mie ayam frozen mulai dipasarkan, dampaknya langsung terasa. Penjual yang sebelumnya kehilangan pembeli kini kembali mendapatkan pesanan. Pak Amin pun merasakan manfaatnya secara langsung.
“Saya jadi nggak pulang kampung, karena ada pesanan terus. Saya merasa semangat lagi dan bisa jualan lagi,” ujar Pak Amin kepada Eri.
Kisah Eri mendirikan Yuk Tukoni hingga akhirnya terpilih sebagai pemenang SATU Indonesia Awards Astra 2020 di bidang kewirausahaan menjadi bukti nyata bahwa gerakan yang lahir dari empati dapat membawa perubahan besar. Melalui Yuk Tukoni, ia bukan hanya membantu UMKM bertahan, tetapi juga membuka lapangan kerja baru bagi banyak orang.
Menurut Eri, kunci dari semua ini bukan sekadar teknologi atau strategi, melainkan niat tulus untuk membawa perubahan.
“Pesan saya sebenarnya sederhana, jangan mulai dari ingin menang, tapi mulailah dari ingin berdampak,” tutup Eri.
Dengan ketulusan hati untuk membantu, Eri berhasil menghidupkan kembali harapan banyak UMKM yang hampir menyerah. Inovasi yang ia mulai dari ide sederhana kini menjadi gerakan yang terus hidup hingga hari ini. Melalui Yuk Tukoni, Eri membuktikan bahwa dampak besar tidak selalu lahir dari langkah besar, tetapi dari kepedulian kecil yang dikerjakan dengan konsisten.
Di tengah tantangan yang terus berubah, kisah Eri menjadi pengingat bahwa selama masih ada niat baik dan keberanian untuk berinovasi, UMKM Indonesia akan selalu punya ruang untuk bertahan dan tumbuh.



















