7 Perubahan Perilaku yang Menjadi Awal Hidup Bebas dari Overthinking

- Membiasakan hidup pada saat ini untuk mengurangi overthinking
- Mengurangi kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain
- Membatasi paparan informasi yang berlebihan untuk menghindari overthinking
Hidup sering kali dipenuhi dengan berbagai tekanan, entah dari pekerjaan, hubungan sosial, atau tanggung jawab pribadi. Dalam kondisi tersebut, banyak orang terjebak dalam lingkaran overthinking, yakni kebiasaan berpikir berlebihan yang membuat pikiran terus berputar tanpa henti. Kebiasaan ini tidak hanya menguras energi mental, tetapi juga berpengaruh pada kesehatan fisik, seperti sulit tidur, kelelahan, bahkan berkurangnya fokus dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Mengurangi overthinking bukanlah sesuatu yang terjadi secara instan. Diperlukan usaha yang konsisten untuk mengubah pola pikir dan perilaku agar tidak terus terjebak dalam lingkaran itu. Setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk menemukan ketenangan batin, namun ada langkah umum yang bisa dilakukan untuk menciptakan kebiasaan hidup lebih tenang. Satu di antaranya adalah dengan menyadari perilaku sehari-hari yang bisa menjadi awal terbebas dari overthinking.
Biar kamu tidak semakin penasaran, yuk, simak ketujuh perubahan perilaku yang menjadi awal hidup bebas dari overthinking berikut ini. Keep scrolling!
1. Membiasakan diri hidup pada saat ini

Pemicu overthinking adalah kebiasaan pikiran yang terlalu sering melompat ke masa depan atau kembali ke masa lalu. Pikiran yang terus mengulang kesalahan lama atau mengkhawatirkan hal yang belum terjadi hanya akan menimbulkan perasaan cemas. Untuk mengubahnya, kebiasaan hidup pada saat ini atau living in the moment perlu dilatih. Fokus pada apa yang sedang dilakukan saat ini akan membuat hati lebih tenang.
Dengan melatih kebiasaan ini, seseorang akan lebih mudah mengurangi pikiran yang berlebihan. Saat otak terbiasa untuk kembali ke momen sekarang, ruang bagi kekhawatiran yang tidak perlu akan semakin menyempit. Hidup pada saat ini juga memberikan kesempatan untuk lebih mensyukuri hal-hal kecil yang sering terlewat karena pikiran terlalu sibuk. Seiring waktu, ketenangan akan tumbuh, dan overthinking tidak lagi mendominasi pola pikir sehari-hari.
2. Mengurangi kebiasaan membandingkan diri

Membandingkan diri dengan orang lain menjadi pemicu terbesar munculnya overthinking. Perkembangan teknologi dan media sosial membuat setiap orang mudah terjebak dalam jebakan perbandingan, melihat kehidupan orang lain yang terlihat sempurna. Pikiran pun menjadi penuh pertanyaan mengenai pencapaian diri, bahkan merasa tertinggal dari orang lain. Hal ini tidak hanya membuat cemas, tetapi juga menimbulkan rasa tidak percaya diri.
Untuk mengurangi kebiasaan tersebut, penting membangun kesadaran bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Fokus pada perjalanan pribadi akan membuat hidup terasa lebih tenang. Menyadari bahwa kebahagiaan tidak bisa diukur dari standar orang lain membantu mengurangi beban pikiran. Dengan berhenti membandingkan, energi dapat digunakan untuk mengembangkan potensi diri dan menjalani hidup sesuai dengan kemampuan serta tujuan yang dimiliki.
3. Membatasi paparan informasi yang berlebihan

Paparan informasi yang terlalu banyak dapat memicu overthinking. Di era digital, arus informasi datang tanpa henti dari berbagai sumber, mulai dari berita, media sosial, hingga percakapan daring. Jika tidak dikelola, hal ini membuat pikiran kewalahan dan sulit membedakan informasi yang penting dengan yang hanya menambah beban. Kebiasaan membaca terlalu banyak berita negatif, misalnya, dapat meningkatkan rasa cemas dan membuat pikiran penuh ketakutan.
Membatasi paparan informasi berarti memilih dengan bijak apa yang perlu dikonsumsi. Menetapkan waktu khusus untuk membuka media sosial atau membaca berita dapat membantu mengurangi kecemasan. Selain itu, lebih baik memilih informasi yang bermanfaat bagi perkembangan diri. Dengan demikian, pikiran menjadi lebih ringan dan tidak terbebani oleh hal-hal yang sebenarnya tidak relevan dengan kehidupan pribadi.
4. Menerapkan rutinitas relaksasi

Relaksasi adalah cara paling efektif untuk mengurangi overthinking. Pikiran yang terus berputar sering kali membuat tubuh merasa tegang tanpa disadari. Dengan meluangkan waktu untuk relaksasi, baik melalui olahraga ringan, meditasi, yoga, atau sekadar berjalan santai, tubuh dan pikiran dapat kembali seimbang. Aktivitas relaksasi membantu menurunkan hormon stres, sehingga otak memiliki ruang untuk lebih tenang.
Membiasakan rutinitas relaksasi juga membuat hidup terasa lebih teratur. Melakukan meditasi singkat setiap pagi, misalnya, dapat menjadi awal yang menenangkan sebelum memulai aktivitas. Saat tubuh dan pikiran terbiasa mendapatkan ruang untuk beristirahat, overthinking akan berkurang secara perlahan. Relaksasi bukan hanya tentang menenangkan diri, melainkan juga langkah menjaga kesehatan mental agar tetap stabil dalam menghadapi berbagai situasi.
5. Belajar menerima ketidakpastian

Banyak orang terjebak dalam overthinking karena berusaha mengendalikan hal-hal di luar jangkauan. Padahal, hidup penuh dengan ketidakpastian yang tidak bisa diprediksi sepenuhnya. Berusaha mengendalikan segalanya hanya akan menambah beban pikiran. Oleh sebab itu, belajar menerima ketidakpastian adalah langkah penting untuk terbebas dari kebiasaan berpikir berlebihan.
Menerima ketidakpastian bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan menyadari bahwa tidak semua hal bisa diatur sesuai keinginan. Dengan pola pikir ini, seseorang akan lebih fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan, seperti usaha pribadi, sikap, dan reaksi terhadap keadaan. Saat kesadaran ini tumbuh, overthinking perlahan memudar, digantikan dengan ketenangan dalam menghadapi berbagai kemungkinan hidup.
6. Mengelola waktu dengan lebih baik

Kurangnya pengelolaan waktu sering menjadi pemicu overthinking. Ketika banyak tugas menumpuk dan tidak ada perencanaan yang jelas, pikiran akan dipenuhi kekhawatiran mengenai hal-hal yang belum terselesaikan. Perasaan terburu-buru dan cemas akan memperburuk keadaan, membuat energi terkuras hanya untuk memikirkan apa yang seharusnya dikerjakan.
Mengatur jadwal dengan lebih terencana bisa menjadi solusi. Menyusun daftar prioritas dan mengerjakan tugas sesuai urutan kepentingan akan membuat pikiran lebih terarah. Dengan manajemen waktu yang baik, perasaan tenang akan lebih mudah diperoleh. Pikiran pun tidak lagi dipenuhi oleh rasa bersalah karena menunda pekerjaan atau takut tidak mampu menyelesaikan tugas.
7. Menjaga kesehatan fisik secara konsisten

Kesehatan fisik sangat berhubungan dengan kondisi mental. Kurang tidur, pola makan tidak seimbang, dan minimnya aktivitas fisik bisa membuat tubuh lemah, sehingga pikiran lebih mudah dikuasai oleh kecemasan. Kebiasaan buruk ini memicu overthinking karena tubuh tidak memiliki energi yang cukup untuk menghadapi tekanan sehari-hari.
Menjaga kesehatan fisik melalui tidur yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, dan berolahraga secara rutin dapat membantu menyeimbangkan kondisi mental. Saat tubuh berada dalam keadaan sehat, otak lebih mudah fokus dan tenang. Perilaku sederhana seperti berjalan kaki 30 menit setiap hari atau mengurangi konsumsi makanan cepat saji dapat membawa perubahan besar. Dengan tubuh yang bugar, pikiran pun lebih mudah terhindar dari lingkaran overthinking.
Hidup tanpa overthinking bukan berarti tanpa masalah, melainkan kemampuan mengelola pikiran agar tidak terjebak dalam kecemasan berlebihan. Dengan latihan yang konsisten, perubahan positif dapat menjadi bagian dari keseharian.