Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Mengatasi Interaksi Negatif dengan Orang Asing, Tetap Tenang!

ilustrasi dua perempuan menggunakan vest  (pexels.com/darinabelonogova)
ilustrasi dua perempuan menggunakan vest (pexels.com/darinabelonogova)

Pernah merasa kesal setelah bertemu orang asing yang bersikap tidak menyenangkan? Entah itu tatapan sinis di angkutan umum atau komentar sarkastik saat antre, interaksi negatif memang bisa merusak suasana hati seharian. Meski terlihat sepele, cara kamu merespons momen seperti ini bisa berdampak besar pada kesehatan mental dan emosionalmu.

Berikut beberapa strategi yang bisa kamu terapkan untuk tetap tenang dan tidak terbawa emosi saat menghadapi interaksi yang kurang menyenangkan dengan orang asing. Yuk, langsung scroll!

1. Tetap tenang dan sadari reaksi tubuh

ilustrasi wanita berada dalam ruangan dipenuhi tanaman (pexels.com/shkrabaanthony)
ilustrasi wanita berada dalam ruangan dipenuhi tanaman (pexels.com/shkrabaanthony)

Ketika menghadapi sikap kasar dari orang asing, tubuhmu bisa langsung bereaksi secara fisik, seperti jantung berdebar cepat dan napas menjadi berat. Ini terjadi karena tubuh masuk ke mode “fight or flight”, yakni respons alami saat merasa terancam. Dalam mode ini, tubuh bersiap untuk menghadapi bahaya, baik dengan melawan atau segera menghindar.

Menenangkan tubuh secara fisik bisa menjadi cara untuk mencegah kamu merespons secara impulsif dan memperburuk situasi. Cobalah fokus pada napas atau hal-hal di sekitarmu untuk menenangkan pikiran. Jika kamu terlihat tenang, biasanya lawan bicaramu juga akan meredakan ketegangan.

“Menarik napas dalam atau merilekskan bagian tubuh seperti rahang dan tangan bisa membantu tubuh merasa lebih tenang. Gerakan sederhana ini memberi sinyal bahwa kamu berada dalam kondisi aman,” kata Cheryl Groskopf, terapis dari Evolution to Healing Psychotherapy, dilansir Verywell Mind.

2. Evaluasi situasi sebelum bereaksi

ilustrasi wanita memijat kepala (pexels.com/mikaelblomkvist)
ilustrasi wanita memijat kepala (pexels.com/mikaelblomkvist)

Tidak semua sikap menyebalkan layak mendapatkan tanggapan. Kadang kita salah paham karena lelah, stres, atau emosi yang belum stabil. Groskopf menyarankan, alih-alih langsung tersinggung, ubah sudut pandangmu jadi penasaran. Coba pahami kenapa orang itu bersikap seperti itu.

Langkah ini membantumu menilai apakah situasi benar-benar berbahaya atau sekadar kesalahpahaman biasa. Bila kamu merasa situasi berpotensi memburuk, lebih baik jaga jarak atau tinggalkan tempat tersebut. Ingat, keselamatanmu tetap prioritas utama.

3. Gunakan cara komunikasi yang bisa meredakan konflik

ilustrasi wanita sedang menyimak dalam rapat (pexels.com/divinetechygirl)
ilustrasi wanita sedang menyimak dalam rapat (pexels.com/divinetechygirl)

Jika kamu harus merespons, lakukan dengan nada tenang dan bahasa tubuh yang terbuka. Dilansir Verywell Mind, menurut Dr. Noah Kass, terapis asal New York, ekspresi wajah dan bahasa tubuh bisa lebih kuat daripada kata-kata.

“Bicara perlahan, tunjukkan empati, jaga bahasa tubuh terbuka,” kata Groskopf. “Semakin tenang kamu, semakin tenang juga orang lain,” tambahnya.

Gunakan nada bicara pelan, hindari kalimat menyalahkan, dan jaga kontak mata secara sopan. Teknik ini bisa menurunkan emosi baik dari dirimu maupun lawan bicara. Dengan begitu, potensi konflik bisa diredam sebelum membesar.

4. Kelola emosi setelah interaksi

ilustrasi wanita fokus depan laptop (pexels.com/yankrukov)
ilustrasi wanita fokus depan laptop (pexels.com/yankrukov)

Setelah interaksi negatif, wajar jika kamu merasakan marah, kesal, atau cemas. Mengakui perasaan tersebut adalah langkah pertama yang penting agar emosi tidak terpendam dan malah membebani pikiran. Memberi nama pada emosi yang kamu rasakan, seperti marah, kecewa, atau tersinggung, bisa membantu menurunkan intensitasnya dan membuatmu lebih tenang.

Selain itu, Groskopf menyarankan agar menggunakan teknik grounding, seperti fokus pada napas atau menyadari apa yang ada di sekitarmu, untuk menenangkan tubuh secara fisik. Selain itu, cobalah refleksi tanpa menghakimi apa yang sebenarnya memicumu dan bagaimana kamu bisa merespons lebih baik di lain waktu.

5. Bangun ketahanan emosional

ilustrasi wanita memakai beanie (unsplash.com/kellysikkema)
ilustrasi wanita memakai beanie (unsplash.com/kellysikkema)

Meningkatkan ketahanan emosi membantumu bangkit lebih cepat dari situasi yang tidak menyenangkan. Fokus pada hal-hal positif, latih diri untuk bersikap welas asih kepada diri sendiri, dan cari aktivitas yang menenangkan. Coba jalan kaki, mendengarkan musik, atau ngobrol dengan teman dekat.

Dengan rutin merawat kesehatan mental, kamu akan punya fondasi kuat saat menghadapi gangguan emosional dari luar. Ini bukan berarti kamu kebal terhadap emosi negatif, tapi kamu lebih siap mengelolanya dengan tenang. Semakin kuat fondasimu, semakin kecil kemungkinan interaksi negatif membuatmu terpuruk.

Interaksi negatif dengan orang asing mungkin tak terelakkan, tapi kamu tetap punya kendali atas cara meresponsnya. Bersikap tenang, berpikir jernih, dan menunjukkan empati bisa membantumu menjaga suasana hati sekaligus merawat kesehatan mental dalam jangka panjang. Jika situasi terasa terlalu membebani, tak ada salahnya mencari dukungan dari terapis atau orang yang kamu percaya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima
EditorPinka Wima
Follow Us