Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Efek Negatif Maladaptive Daydreaming yang Ganggu Kesehatan Mentalmu!

potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming
potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming (pexels.com/Bruno Cervera)
Intinya sih...
  • Maladaptive daydreaming memperparah kesepian dan ketidakpuasan terhadap dunia nyata.
  • Kebiasaan ini menurunkan konsentrasi, produktivitas, dan memicu isolasi sosial.
  • Menghambat perkembangan diri dan berisiko meningkatkan gangguan mental lainnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu pernah nggak, lagi melamun dan sampai lupa waktu dan sulit membedakan antara dunia nyata dan imajinasi? Jika iya, bisa jadi kamu lagi mengalami maladaptive daydreaming. Maladaptive daydreaming adalah sebuah kondisi di mana seseorang terlalu larut dalam dunia khayalan yang dia ciptakan sendiri. 

Sekilas memang tampak tidak berbahaya, karena hampir semua orang suka melamun, bahkan bagi beberapa orang, melamun terasa menyenangkan karena dunia imajinasi sering menjadi tempat pelarian dari stres dan kesepian. Akan tetapi, melamun secara berlebihan rupanya bisa berbahaya dan berdampak serius terhadap kondisi mentalmu, lho. Berikut, lima efek negatif jika kamu mengalami maladaptive daydreaming.

1. Memperparah rasa kesepian dan ketidakpuasanmu terhadap dunia nyata

potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming
potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming (pexels.com/ Pavel Danilyuk)

Semakin sering kamu larut dalam maladaptive daydreaming, semakin jauh pula kamu dari kenyataan. Karena dunia imajinasi yang kamu ciptakan terasa begitu sempurna, penuh kendali, indah, dan tanpa masalah. Sementara itu, kehidupan nyata tampak membosankan, sulit ditebak, dan sering kali mengecewakan. Karena perbedaan ini, kamu mulai merasa tidak nyaman dengan dunia di sekitarmu.

Kamu jadi merasa seperti orang asing di lingkunganmu sendiri. Hubunganmu dengan orang lain pun menjadi asing dan sulit dipertahankan. Kemudian, rasa terasing itu berubah menjadi kesepian yang menyakitkan, membuatmu semakin ingin bersembunyi di dunia khayalan. Jika hal ini kamu biarkan, ketidakpuasanmu terhadap kehidupan nyata ini bisa memperburuk kesehatan mental dan menghalangimu untuk merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, lho.

2. Menurunkan konsentrasi dan produktivitasmu

potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming
potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Kamu juga akan sering kali kesulitan untuk fokus pada tugas-tugas nyata karena pikiranmu terus teralihkan oleh dunia khayalan yang kamu ciptakan sendiri. Akibatnya, pekerjaanmu, studi, maupun tanggung jawabmu sehari-hari menjadi terbengkalai dan tidak terselesaikan dengan baik. Bahkan ketika kamu mencoba kembali fokus, otakmu membutuhkan waktu lebih lama untuk benar-benar keluar dari lamunan dan menyesuaikan diri dengan kenyataan. Kondisi ini bisa membuat produktivitasmu menurun dan kemampuan berpikir jernihmu semakin sulit dipertahankan, lho. 

Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat menurunkan performa akademik maupun profesionalmu secara signifikan. Tidak jarang, kamu akan merasa terjebak dalam siklus antara ingin berhenti berkhayal namun terus melakukannya tanpa sadar. Hal tersebut memunculkan rasa frustrasi yang mendalam dan perasaan bersalah karena kamu merasa tidak mampu mengontrol dirimu sendiri. Kumpulan emosi negatif ini kemudian bisa memperburuk kondisi mentalmu dan membuatmu semakin sulit keluar dari lingkaran maladaptive daydreaming.

3. Memicu isolasi sosial

potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming
potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming (pexels.com/ Alina Matveycheva)

Orang dengan maladaptive daydreaming bisa kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Baginya, dunia khayalan yang terasa sempurna itu membuat interaksi nyata terasa membosankan atau bahkan menegangkan. Tanpa sadar, kebiasaan ini membuat kamu mulai menjauh dari teman, keluarga, dan lingkungan sosialmu yang seharusnya bisa menjadi sumber dukunganmu. Kamu lebih memilih tenggelam dalam imajinasimu daripada menghadapi kenyataan yang kamu anggap tidak menarik.

Akibatnya, rasa sepi yang kamu rasakan akan meningkat dan memperparah kondisi mentalmu yang awalnya sudah rapuh. Perasaan terasing ini menumbuhkan kecemasan dan rasa tidak berdayamu yang semakin sulit diatasi. Hubungan sosialmu pun merenggang karena tidak ada lagi koneksi emosional yang sehat dengan orang lain. Lingkaran isolasi ini pun memperkuat kecenderunganmu untuk kembali melamun, sehingga menciptakan siklus yang sulit diputus.

4. Menghambat perkembangan dirimu

potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming
potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming (pexels.com/Liza Summer)

Maladaptive daydreaming membuat kamu hidup dalam zona nyaman yang tidak nyata, sehingga kamu kehilangan motivasi untuk berkembang. Tujuan hidup pun menjadi tidak jels karena kamu terlalu banyak menghabiskan waktu untuk membayangkan versi ideal dirimu sendiri daripada berusaha mencapainya. Akibatnya, kesempatan untuk belajar, bekerja, atau membangun relasi yang sehat sering terlewat begitu saja. Bagimu, dunia nyata terasa semakin jauh karena pikiranmu terus terjebak dalam khayalan yang menenangkan, tetapi menyesatkan.

Kalau kamu terlalu bergantung pada dunia khayalan, kamu juga bisa kehilangan kepercayaan dirimu untuk menghadapi kenyataan, lho. Kamu mulai ragu akan kemampuanmu, seolah hanya versi dirimu dalam lamunan yang pantas sukses dan bahagia. Padahal, kenyataan itu tidak akan berubah hanya dengan berandai-andai tanpa tindakan yang nyata. Kalau kamu ingin berkembang, kamu harus berani keluar dari dunia imajinasimu dan menghadapi kehidupan ini apa adanya, dengan segala tantangan yang menyertainya.

5. Berisiko meningkatkan gangguan mental lainnya

potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming
potret seseorang mengalami maladaptive daydreaming (pexels.com/cottonbro studio)

Maladaptive daydreaming bisa menjadi gejala maupun pemicu gangguan mental lainnya seperti depresi, dissociative disorder, atau gangguan obsesif-kompulsif. Ketika kamu terlalu tenggelam dalam dunia lamunanmu, kamu cenderung kehilangan kendali atas pikiran dan emosi yang sebenarnya perlu kamu hadapi secara sehat. Kondisi ini membuat kamu sulit membedakan antara imajinasi dan realitas, sehingga kamu bisa terjebak dalam siklus melamun yang sulit dihentikan. Jika tidak segera ditangani, maladaptive daydreaming berisiko memperburuk gejala mental yang sudah ada atau bahkan memunculkan gangguan baru.

Beberapa penderita juga mengalami rasa hampa dan kehilangan makna ketika tidak sedang melamun, seolah dunia nyata terasa membosankan dan tidak bernilai. Ketergantungan pada lamunan ini sering membuat kamu tidak tertarik memiliki hubungan sosial dengan orang lain. Dalam jangka panjang, hal tersebut dapat menurunkan kualitas hidupmu dan membuatmu nyaman terisolasi. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk menyadari tanda-tandanya sejak dini dan mencari bantuan profesional agar kondisi ini tidak berkembang menjadi gangguan yang lebih serius.

Melamun sebenarnya hal yang manusiawi kok, tetapi ketika imajinasi itu berubah menjadi pelarian yang terus-menerus, kesehatan mentalmu bisa terancam. Mengenali batas antara lamunan normal dan maladaptive daydreaming adalah langkah pertama untuk melindungi dirimu.

Jika kamu merasa sulit mengendalikannya, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog atau terapis, ya. Agar kamu bisa kembali sehat dan tidak terjebak dengan khayalanmu yang semu. Semoga artikel ini bermanfaat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

Ramalan Shio 20 Oktober 2025, Beberapa Shio Ini Bakal Hoki!

19 Okt 2025, 23:25 WIBLife