Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Snob Effect di Balik Fenomena Liburan ke Cappadocia

ilustrasi menikmati liburan mewah Cappadocia (pexels.com/Taryn Elliott)
ilustrasi menikmati liburan mewah Cappadocia (pexels.com/Taryn Elliott)

Cappadocia, destinasi wisata unik di Turki, yang menjadi impian Kinan (Putri Marino) dalam serial Layangan Putus berujung viral. Cantiknya bukit bebatuan ditemani langit nan indah berhias balon udara di Cappadocia tentu memiliki pesona tersendiri. Jika diperkirakan, berapa biaya liburan ke luar negeri? Pastinya memakan biaya yang tidak sedikit. Artinya tidak banyak orang memiliki kesempatan berlibur ke luar negeri, termasuk ke Cappadocia.

Beberapa artis tanah air diketahui menghabiskan waktu untuk berlibur ke kota bersejarah di Turki ini, entah karena penasaran akan keunikannya atau mungkin saja dikarenakan gengsi. Dalam istilah ekonomi, efek gengsi disebut sebagai snob effect.

Untuk memahami snob effect lebih lanjut, yuk simak penjelasan berikut.

1. Snob effect mendatangkan prestise

ilustrasi seorang wanita bersantai di Cappadocia (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi seorang wanita bersantai di Cappadocia (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Snob effect adalah di saat kita berkeinginan untuk memiliki "barang bergengsi" (luxury goods) yakni barang bersifat eksklusif atau unik. Semakin sedikit orang yang memilikinya, maka kita akan semakin menginginkan barang tersebut. Contoh barang bergengsi adalah karya seni langka, mobil sport yang didesain khusus, jam tangan mewah, termasuk tiket perjalanan ke Cappadocia yang mewah dan mendunia.

Dengan memiliki barang bergengsi, seseorang mendapatkan nilai berupa prestise (wibawa), status dan eksklusivitas, karena hanya sedikit orang yang memilikinya. Mengapa seseorang menginginkan prestise? Paul Kleinman dalam buku Psych101 menyebutkan bahwa individu membutuhkan pengakuan publik. Status sosial, pernikahan, prestasi, kepribadian, bahkan orang yang kita cintai dinilai berdasarkan prestise.

2. Snob effect dalam kacamata Mikroekonomi

ilustrasi wisatawan melihat objek dengan teropong (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi wisatawan melihat objek dengan teropong (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Nah, bersumber dari Robert S. Pyndik dan Daniel L. Rubinfeld dalam Mikroekonomi (Edisi 8, 2014), snob effect merupakan eksternalitas jaringan negatif di mana kuantitas barang yang diminta konsumen menurun saat merespons pertumbuhan pembelian barang tersebut oleh konsumen lain. Karena itu, kondisi pasar jadi kurang elastis, perubahan harga kurang berpengaruh terhadap perubahan permintaan.

Snob effect mengarahkan persepsi kita pada sifat eksklusivitas dari barang bergengsi. Apabila orang yang memiliki barang bertambah banyak, maka eksklusivitas barang tersebut semakin berkurang, sehingga kuantitas permintaan kita terhadap barang tersebut akan menurun. Bayangkan jika harga paket wisata menurun drastis sehingga semua orang bisa liburan ke Cappadocia. Maka Cappadocia akan menjadi destinasi wisata yang biasa dan kurang bergengsi. Dalam snob effect, permintaan tiket akan menurun.

3. Hasil studi tentang Snob effect

ilustrasi pamer barang bergengsi di kehidupan sosial (pexels.com/Picjumbo.com)
ilustrasi pamer barang bergengsi di kehidupan sosial (pexels.com/Picjumbo.com)

Snob effect menjadi perhatian peneliti dunia. Berikut beberapa studi tentang snob effect :

  • Harvey Leibenstein (1950) mengemukakan bahwa snob effect menjadikan seseorang eksklusif dan berbeda dari kelompoknya.
  • Menurut Rowe (1990), orang dengan snob effect akan membeli barang yang di luar kemampuannya agar status sosialnya meningkat, bahkan rela jika harus berada di bawah tekanan.
  • Ergin Uzgören dan Taner Güney, dalam studi The Snop Effect in the Consumption of Luxury Goods (2012), berpendapat bahwa snob effect juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
  • Kutlu Ergün, dalam studi Snob Effect, Bandwagon Effect and Financial Behavior: A Comparative Study among Spanish and Turkish Students (2021), menemukan bahwa orang yang terlalu menghormati posisi sosial yang tinggi memiliki tingkat perilaku keuangan yang rendah.

4. Pengecualian dalam Snob effect

ilustrasi orang yang nyaman di keramaian (pexels.com/Leah Kelley)
ilustrasi orang yang nyaman di keramaian (pexels.com/Leah Kelley)

Snob effect tidak berlaku bagi sebagian orang karena adanya perbedaan selera. Contohnya, ketika seseorang sangat menyukai keramaian, maka ia akan senang jika berlibur ke tempat yang ramai pengunjung. Tempat yang ramai pengunjung cenderung adalah tempat yang murah (kurang eksklusif). Jika kamu termasuk orang yang menyukai keramaian, mungkin saja kamu akan menganggap nilai sebuah tiket ke Cappadocia akan semakin meningkat ketika banyak orang yang mampu membeli tiketnya. 

5. Snob effect punya dampak positif dan negatif

ilustrasi wisatawan yang berlibur dengan pertimbangan matang (pexels.com/Lad Fury)
ilustrasi wisatawan yang berlibur dengan pertimbangan matang (pexels.com/Lad Fury)

Snob effect mempunyai dampak positif bagi perusahaan. Ya, perusahaan yang memiliki biaya marjinal produk baru yang tinggi dapat memperoleh keuntungan dengan menjual barang tersebut kepada konsumen snob effect. Betul saja, snob effect membuat seseorang menilai barang dari segi eksklusivitasnya. Di sisi lain, hasil penelitian Kutlu Ergün yakni snob effect berpengaruh negatif terhadap perilaku finansial seseorang.

Apa kamu pernah mengalami snob effect? Semua hal ada baik dan buruknya, pilihan kembali ke diri kita masing-masing. Jika sudah dipertimbangkan dengan matang, go for it. You know yourself better than anyone does. Liburan ke Cappadocia, gengsi atau it's my dream? Jangan sampai efek gengsi membuat kita menghalalkan segala cara. Yuk, bijak dalam mengambil keputusan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us