5 Kesalahan dalam Menghadapi Insecurity yang Justru Memperparah

Insecure itu manusiawi. Kamu gak sendirian saat merasa ragu, takut gagal, atau minder dibanding orang lain. Tapi masalahnya, sering kali kamu malah menanggapi rasa itu dengan cara yang salah. Bukannya membaik, kamu justru makin tenggelam dalam pikiran negatif yang menyakitkan diri sendiri.
Menangani insecurity itu gak bisa asal-asalan. Ada sikap dan kebiasaan yang terlihat seperti solusi, tapi nyatanya justru memperparah keadaan. Supaya kamu gak terjebak di dalam lingkaran itu terus-menerus, mari kenali lima kesalahan umum yang sering dilakukan saat menghadapi rasa insecure.
1. Menyembunyikan rasa insecure seolah semuanya baik-baik saja

Kamu mungkin mikir, “Gak apa-apa, aku kuat kok,” padahal dalam hati kamu sedang berantakan. Menutupi perasaan insecure dengan senyuman palsu atau sikap acuh tak acuh bukanlah tanda kekuatan, tapi bentuk penyangkalan yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Semakin kamu memendam, semakin besar tekanan di dalam dirimu. Kamu jadi terbiasa berpura-pura baik, sampai lupa caranya jujur dengan diri sendiri. Rasa insecure gak akan hilang kalau terus disimpan sendiri. Namun, kamu butuh ruang untuk mengakuinya dan pelan-pelan menyembuhkannya.
2. Berusaha terlalu keras menjadi orang lain

Kamu mengubah gaya bicara, penampilan, atau bahkan hobi, hanya supaya bisa diterima. Kamu merasa kalau jadi diri sendiri itu gak cukup. Jadi kamu meniru mereka yang kamu anggap “lebih hebat,” berharap bisa ikut merasa percaya diri.
Tapi masalahnya, semakin kamu jauh dari versi aslimu, semakin kamu kehilangan arah. Kamu hidup dalam topeng yang cepat atau lambat akan terasa sesak. Kepercayaan diri gak dibangun dari meniru orang lain, tapi dari mengenali dan menerima siapa dirimu sebenarnya.
3. Terlalu keras mengkritik diri sendiri

Saat kamu gagal atau melakukan kesalahan kecil, kamu langsung menghujat diri sendiri. Kamu bilang, “Aku emang gak bisa apa-apa,” atau “Pantas aja aku gak dihargai.” Kritik seperti ini kamu anggap sebagai dorongan untuk jadi lebih baik, padahal itu bentuk kekerasan terhadap diri sendiri.
Daripada berkembang, kamu malah makin takut untuk mencoba. Kamu jadi musuh terbesarmu sendiri, padahal seharusnya kamu jadi pendukung terkuat. Belajar memaafkan diri sendiri itu bukan kelemahan, tapi itu adalah bentuk cinta yang kamu butuhkan untuk bisa bertumbuh.
4. Terlalu bergantung pada validasi dari luar

Kamu merasa tenang hanya kalau ada yang bilang kamu hebat. Tapi begitu pujian berhenti, kamu langsung merasa gak berarti. Kamu mengukur nilai dirimu dari respons orang lain, bukan dari pemahaman yang kamu miliki tentang dirimu sendiri.
Ini berbahaya karena kamu jadi kehilangan kendali atas kebahagiaanmu. Rasa percaya diri yang bergantung pada luar akan selalu rapuh. Mulailah membangun nilai dari dalam, seperti melalui usaha, proses, dan kejujuranmu sendiri dalam menjalani hidup.
5. Menghindari tantangan karena takut gagal

Kamu selalu bilang “belum siap” atau “bukan bidangku” padahal dalam hati kamu tertarik. Kamu membatasi diri karena takut hasilnya gak sesuai harapan. Kamu pikir lebih baik gak mencoba daripada gagal dan makin merasa buruk.
Tapi sebenarnya, kegagalan adalah bagian penting dalam proses belajar. Menghindari tantangan hanya akan memperkuat rasa insecure yang kamu rasakan. Justru dengan mencoba, kamu akan belajar bahwa kamu jauh lebih kuat daripada yang kamu kira.
Menghadapi insecure butuh keberanian, bukan sekadar pura-pura kuat atau terus menyalahkan diri. Kamu gak harus sempurna untuk merasa cukup. Yang penting adalah kamu sadar, belajar, dan mau berubah sedikit demi sedikit.
Jangan biarkan kesalahan-kesalahan kecil memperparah keadaan, tapi mulailah dari hal-hal sederhana, seperti jujur pada diri sendiri, dan kasih dirimu ruang untuk tumbuh.