Kisah Melisa Irene: 3 Tahun Lulus, Jadi Petinggi Perusahaan Investasi

Nama Melisa Irene barangkali belum terlalu familiar untuk banyak orang. Tapi untuk pegiat startup, nama ini bisa jadi bukanlah baru. Sosoknya bagaikan Srikandi bagi seluruh perusahaan besutan yang diampunya. Maka, tak mengherankan kalau ia meraih posisi Partner termuda di perusahaan modal ventura East Ventura.
Bahkan di bidang yang didominasi laki-laki, namanya tetap berkibar. Siapa sangka, prestasinya diraih dalam waktu 3 tahun setelah lulus sarjana? Ini bukanlah hal yang mudah mengingat umumnya Partner langsung bergabung pada posisi tersebut. Sementara Irene memulainya dari nol. Menarik bukan? Yuk, kita simak kisah Melisa Irene berikut ini!
1. Irene mengambil perkuliahan di bidang akuntansi. Berawal dari pengalamannya saat magang, kecintaan pada dunia teknologi dimulai

Irene mengaku, ia tak memiliki cita-cita khusus sebelumnya. Di saat teman-temannya mengincar kesempatan di Big Four Accounting Firms, ia tak punya pikiran yang sama. Lantas, ia mengisahkan awal mula perkenalannya dengan dunia teknologi, khususnya startup.
"Dulu pernah magang di FMCG company. Pas menangani brand produk bayi, selalu tergantung sama satu startup dan gak bisa kerja sendiri," tuturnya. Ia keheranan mengapa sebuah brand yang berusia puluhan tahun dan posisinya cukup kuat, masih membutuhkan startup berusia dini.
Sampai di sini, dirinya sadar pertumbuhan teknologi Indonesia terbilang tinggi. Ia ingin terus memantau transformasi digital Indonesia di segala industri. Pertemuan dengan teman yang bekerja di perusahaan modal ventura East Ventures, menjawab rasa penasarannya.
2. Posisi yang dipegang Irene tidaklah instan. Sebelum jadi Partner, ia memulai semuanya dari nol dengan ketekunan

Semasa skripsi, keinginan Irene untuk selalu aktif dan berkarya tetap tinggi. Bak gayung bersambut, ia mendapatkan tawaran bekerja dari temannya yang ada di East Ventures saat mencari lowongan parttime. "Interview satu jam dengan Willson Cuaca, langsung diajak pergi meeting," kenangnya.
Setelah itu, berbagai keputusan investasi dari Irene bermunculan dan berhasil. Dalam 3 tahun, ia naik menjadi Principal dan dipromosikan lagi jadi Partner perempuan pertama dan termuda di East Ventures. Kini, tugasnya adalah bekerja sama dengan pendiri startup serta mendukung dan memberikan koordinasi untuk pertumbuhan usaha dan penggalangan dana.
3. Baginya, passion tak melulu dari hobi. Justru passion dapat ditemukan ketika mulai menemukan apa yang disenangi dari pekerjaannya

"Ada passion, ada hobi. Itu dua hal yang berbeda buat saya. Hobi itu sesuatu yang bikin seneng, passion itu sesuatu yang long term," paparnya. Secara mudahnya, ia mencontohkan dirinya yang menyukai kopi. Walaupun pengetahuan dan kecintaannya pada kopi tinggi, tidak serta merta ia menjadi barista.
"Biasanya tidur 8 jam. Kalau ada sesuatu yang bikin tidur 5 jam, mau. Passion itu bikin orang push to the limit," tambah sosok yang bekerja di East Ventures sejak 2015 ini. Pada pekerjaan di bidang investasi perusahaan teknologi inilah, Irene menemukan passion dari mendukung orang menjalankan misi dan membantu mengembangkan kemampuan orang tersebut.
4. Ketakutan terbesarnya adalah tidak bisa terus belajar. Sedangkan itu, generasi muda masa kini bisa terus belajar dari beragam sumber

Perkembangan internet saat ini terbilang sangat pesat. Saking pesatnya, seseorang bisa menjadi pintar dengan cepat sekali. "Channel-channel buat belajar juga semakin cepat," ungkapnya. Hal ini membuat anak-anak yang lebih muda bisa mengetahui lebih banyak hal ketimbang yang lebih tua.
Secara tidak langsung, Irene mendapatkan tekanan agar terus belajar. "Kerja adalah kewajiban. Tapi harus ada waktu untuk belajar. Untuk bisa menyeimbangkan keduanya, susah banget," tandasnya. Meski begitu, tekanan ini dianggapnya sebagai tekanan positif dan membuatnya terus termotivasi.
5. Kamu ingin berkarier dan berprestasi seperti Irene? Jadilah sosok yang terus belajar, jujur, dan disiplin ya!

"Yang pertama, milikilah pola pikir seorang pembelajar," tutur perempuan berambut panjang ini. Hal ini penting, apalagi untuk seseorang yang baru memasuki dunia karier di bidang investasi perusahaan teknologi. Walaupun sudah jago sekalipun, harus benar-benar meresapi semua ilmu.
"Kedua, karakter sama pentingnya dengan keterampilan," jelasnya. Yang ia maksud adalah kejujuran, disiplin, dan lebih kuat pada tantangan. Uniknya, ia juga menyarankan millennials agar mengidentifikasi seperti apa pemimpinnya karena berpengaruh pada perkembangan diri. "Kita bakal ikut seperti apa sih. Kita belajar sama orang ini. Kebayang gak sih duduk di kantor dengan orang ini?" tutupnya.
Itu dia kisah Melisa Irene yang baru tiga tahun lulus, sudah jadi petinggi di perusahaan investasi. Keren, bukan? Kamu siap mengekor jejaknya?