Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Komunitas Puisi untuk Menjaga Eksistensi Bahasa di Era Digital

Ilustrasi puisi (pexels.com/Thought Catalog)
Ilustrasi puisi (pexels.com/Thought Catalog)
Intinya sih...
  • Masalah komunikasi publik dan antar generasiDalam konsep komunikasi, eksistensi suatu bahasa dalam ruang publik sangat bergantung representasi simbolik. Pilihan menggunakan bahasa Indonesia atau Inggris dianggap lebih modern atau prestisius.
  • Komunitas puisi: Wadah pelestarian bahasaPuisi dapat menjadi cerminan identitas dan keberagaman budaya suatu bangsa. Keberadaan komunitas puisi bisa menjadi semacam paru-paru bagi bahasa daerah.
  • Negara perlu hadir dalam komunikasi budayaTantangan utama dari pelestarian bahasa daerah bukan hanya soal pendidikan formal, tapi juga bagaimana bahasa itu bisa hadir di ruang sehari-hari. Pemerintah dan lembaga publik
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kecepatan arus digital membuat satu per satu bahasa daerah kita perlahan menghilang. Laporan UNESCO pada 2021 memperkirakan bahwa sekitar 3.000 bahasa lokal di dunia akan punah pada akhir abad ini. Sementara itu, Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan kekayaan bahasa terbanyak yaitu lebih dari 700 bahasa daerah turut menghadapi ancaman serius.

Bahasa bukan sekadar alat komunikasi. Dalam perspektif komunikasi budaya (intercultural communication), bahasa adalah simbol identitas, pembawa nilai-nilai, dan medium warisan pengetahuan antar generasi. Ketika satu bahasa hilang, kita tak hanya kosakata tapi juga cara pandang dunia yang unik dari sekumpulan masyarakat.

1. Masalah komunikasi publik dan antar generasi

Ilustrasi dua anak sedang membaca buku (pexels.com/Roman Odintsov)
Ilustrasi dua anak sedang membaca buku (pexels.com/Roman Odintsov)

Dalam konsep komunikasi, eksistensi suatu bahasa dalam ruang publik sangat bergantung representasi simbolik. Padahal, komunikasi publik bisa menggunakan bahasa daerah sesuai konteks daripada terlalu sentralistik di saluran komunikasi yang relevan.

Selain itu, dari sudut pandang komunikasi antar generasi, kita melihat pola keluarga yang semakin jarang menggunakan bahasa ibu kepada anak-anak. Pilihan menggunakan bahasa Indonesia atau Inggris dianggap lebih modern atau prestisius. Disinilah terjadi language shift, di mana satu bahasa perlahan hilang sebab tak lagi diturunkan secara alami.

Tapi ini bukan hanya soal bahasa, tapi tentang putusnya komunikasi budaya, sebuah fenomena ketika nilai, cerita, dan identitas tidak lagi diteruskan karena media penyampaiannya (bahasa) tidak digunakan.

2. Komunitas puisi: Wadah pelestarian bahasa

Ilustrasi generasi muda menulis (pexels.com/Keira Burton)
Ilustrasi generasi muda menulis (pexels.com/Keira Burton)

Di tengah berbagai tantangan diatas, komunitas puisi dapat menjadi wadah untuk menjaga keberlangsungan bahasa. Puisi dapat menjadi cerminan identitas dan keberagaman budaya suatu bangsa. Baik puisi klasik, modern ataupun digital, masyarakat bisa menyampaikan isu, pesan, sejarah, atau nilai-nilai luhur dari generasi ke generasi. 

Keberadaan komunitas puisi bisa menjadi semacam paru-paru bagi bahasa daerah. Komunitas ini menciptakan ruang ekspresi bagi bahasa ibu untuk disampaikan secara alami dan menyenangkan. Bahasa daerah dapat dihidupkan kembali melalui format tulisan yang beragam seperti puisi maupun cerita pendek agar lebih relevan dengan zaman. 

Komunitas seperti Malam Puisi, Komunitas Rabo Sore Surabaya hingga Komunitas Bele Ponuwa Gorontalo telah menjadi ruang komunikasi kultural yang hidup. Keberadaan komunitas tersebut berpotensi memperkuat ekosistem literasi, menyediakan panggung kreasi untuk bersuara antar generasi sekaligus melestarikan bahasa lewat narasi.

Dalam ilmu komunikasi, ini disebut sebagai ruang kontra-publik (counter-public sphere) yaitu ruang alternatif yang memungkinkan sebuah kelompok menyuarakan identitas dan pengalaman mereka. Komunitas puisi menjadi tempat di mana bahasa ibu bisa berbicara tanpa tekanan harus “seragam” atau “standar”.

Selain itu, setiap individu juga bisa memanfaatkan media sosial untuk menyuarakan bahasa dan budaya mereka sendiri misalnya melalui konten digital seperti: puisi video berbahasa daerah di TikTok atau juga bisa membuat musikalisasi puisi lewat Podcast. Dengan begitu, bahasa daerah bisa terhubung dengan berbagai audiens secara kreatif.

3. Negara perlu hadir dalam komunikasi budaya

Ilustrasi komunitas menghadiri acara (pexels.com/Matheus Bertelli)
Ilustrasi komunitas menghadiri acara (pexels.com/Matheus Bertelli)

Tantangan utama dari pelestarian bahasa daerah bukan hanya soal pendidikan formal, tapi juga bagaimana bahasa itu bisa hadir di ruang sehari-hari. Oleh karena itu, pemerintah dan lembaga publik perlu terus berperan aktif dalam pelestarian bahasa melalui pemberdayaan komunitas, workshop serta festival literasi.

Sebab, bahasa akan terus hidup jika masih ada yang menyuarakannya. Ia hanya butuh ruang untuk bernapas, untuk berbicara, dan untuk didengar. Dari sudut pandang ilmu komunikasi, pelestarian bahasa bukan hanya tentang menjaga warisan, tetapi juga tentang memastikan saluran komunikasi budaya tetap terbuka bagi semua. Mungkin, lewat sepotong puisi, perjuangan itu bisa terus dilanjutkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us