Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Seseorang Kehilangan Empati dari Dalam Dirinya, Trauma?

ilustrasi seseorang sendirian (pexels.com/Nicky Manosalva)
ilustrasi seseorang sendirian (pexels.com/Nicky Manosalva)

Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Ini adalah sikap manusiawi yang penting dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis. Adanya empati membuat kita mampu memanusiakan manusia dengan cara yang tepat.

Sayangnya, terkadang seseorang bisa aja, lho kehilangan rasa empati dari dalam dirinya. Penyebabnya bisa sangat beragam, ini, nih lima diantaranya dan bagaimana hal itu mempengaruhi interaksi sosial dan hubungan personal mereka.

1. Kehidupan yang sibuk dan stres

ilustrasi sibuk bekerja (pexels.com/fauxels)
ilustrasi sibuk bekerja (pexels.com/fauxels)

Kehidupan modern seringkali penuh dengan kesibukan dan tekanan yang tinggi. Jika seseorang terlalu fokus pada dirinya sendiri, tuntutan pekerjaan, atau masalah pribadi, mereka mungkin kehilangan kemampuan untuk melihat dan memahami perasaan orang lain.

Kehidupan yang sibuk dan stres bisa membuat seseorang terlalu terpaku pada diri sendiri, sehingga mengabaikan kebutuhan emosional orang lain. Akibatnya, rasa empati dari dalam diripun menurun atau bahkan bisa saja menghilang.

2. Kurangnya komunikasi dan keterhubungan sosial

ilustrasi pasangan berdiskusi (pexels.com/Andres Ayrton)
ilustrasi pasangan berdiskusi (pexels.com/Andres Ayrton)

Empati membutuhkan keterhubungan sosial dan komunikasi yang baik dengan orang lain. Jika seseorang terisolasi atau memiliki interaksi sosial yang terbatas, kemampuan mereka untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain bisa aja berkurang.

Kurangnya komunikasi yang mendalam dan interaksi sosial yang kurang memungkinkan seseorang untuk kesulitan melihat dari perspektif orang lain dan mengembangkan kepekaan emosional. Sehingga rasa empati dalam dirinya gak ada sama sekali terhadap orang lain di sekitarnya.

3. Gak peduli terhadap dampak tindakannya sendiri

Ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/George Milton)
Ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/George Milton)

Seseorang yang gak peduli atau gak memedulikan dampak yang ditimbulkan oleh tindakan mereka mungkin cenderung kehilangan empati. Mereka mungkin gak memperhatikan bagaimana tindakan mereka memengaruhi orang lain dan gak memperhatikan perasaan atau kebutuhan orang lain.

Rasa gak peduli terhadap konsekuensi dari tindakan sendiri ini bisa memicu hilangnya rasa empati yang sebelumnya dimiliki. Bahkan gak jarang justru berubah menjadi rasa cuek dan seolah sedang hidup sendirian di muka bumi ini.

4. Pengalaman trauma atau pernah terluka secara emosional

ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/John Diez)
ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/John Diez)

Pengalaman trauma atau keterlukaan emosional yang intens dan membekas bisa aja menyebabkan seseorang menutup diri secara emosional. Mereka mungkin mengembangkan pertahanan diri yang membuat mereka sulit untuk mengakses dan memahami perasaan orang lain. Ada satu titik dimana mereka merasa gak ada yang peduli dengan dirinya lalu kenapa dia harus peduli pada orang lain.

Rasa sakit atau luka emosional yang belum sembuh bisa mengganggu kemampuan seseorang untuk terhubung secara emosional dengan orang lain. Terlebih jika dia belum berdamai dengan keadaan atau masih memendam luka tersebut seorang diri.

5. Kurangnya kesadaran diri

ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/nappy)
ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/nappy)

Kesadaran diri yang rendah atau kurangnya refleksi diri bisa menyebabkan seseorang kehilangan empati. Jika seseorang gak memiliki pemahaman yang mendalam tentang diri mereka sendiri, sulit bagi mereka untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang perasaan orang lain.

Kurangnya kesadaran diri bisa membuat seseorang menjadi terlalu terpaku pada kebutuhan dan keinginan pribadi mereka sendiri. Sehingga akhirmya mereka mengabaikan perasaan dan kebutuhan orang lain.

Kehilangan rasa empati bisa terjadi pada siapa saja dan memiliki dampak negatif pada hubungan dan interaksi sosial. Penting bagi kita untuk mengakui dan menyadari faktor-faktor di atas kita bisa tetap mengembangkan dan mempertahankan empati dalam diri, ya. Setuju?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us