5 Rekomendasi Smart Forest City yang Patut Disontek IKN

- Ibu Kota Nusantara (IKN) di Indonesia mengusung konsep Smart Forest City dengan 75% ruang hijau dan 25% untuk pembangunan, proyek ini diproyeksikan selesai pada 2045.
- Masdar City di Abu Dhabi adalah kota cerdas dengan fokus keberlanjutan lingkungan dan energi terbarukan, serta memaksimalkan cahaya alami dan ventilasi dalam desainnya.
- Forest City di Johor Bahru, Malaysia, dikembangkan sebagai kota pintar dan hijau yang mengintegrasikan lingkungan alami dengan teknologi mutakhir, termasuk sistem transportasi pintar dan jaringan energi terbarukan.
Ibu Kota Nusantara (IKN) di Indonesia berencana menjadi kota masa depan yang mengedepankan teknologi cerdas dan keberlanjutan lingkungan. Mengusung konsep Smart Forest City, lebih dari 75 persen kawasan IKN akan disulap menjadi ruang hijau. Sementara 25 persen sisanya akan digunakan untuk pembangunan. Deputi Sosial Budaya Pemberdayaan Masyarakat Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), Alimudin, mengatakan bahwa sebagian besar wilayah di IKN akan diisi oleh ruang terbuka hijau untuk mendukung konsep smart and forest city yang ramah lingkungan, mengutip InfoPublik.id,
Mengingat pembangunan IKN masih sedang dalam proses persiapan infrastruktur dasar untuk venue upacara peringatan HUT RI ke-79 dan diproyeksikan selesai pada 2045 mendatang, IKN perlu menyontek beberapa contoh Smart Forest City yang telah berhasil diterapkan di berbagai belahan dunia. Masing-masing kota ini juga memiliki teknologi canggih, lho! Kira-kira kota mana saja yang patut jadi referensi utama IKN? Yuk, simak inspirasinya melalui artikel ini sampai habis!
1. Masdar City, Abu Dhabi diharapkan menjadi pemimpin global dalam energi terbarukan

Masdar City di Abu Dhabi, adalah kota cerdas yang letaknya berada di dekat Bandara Internasional Abu Dhabi. Kota ini dibangun oleh anak perusahaan Mubadala Development Company. Masdar City diharapkan menjadi pemimpin global dalam energi terbarukan dan kehidupan berkelanjutan. Meski belum menjadi pusat beragam seperti yang dijanjikan, kota ini terus berkembang dan diproyeksikan selesai pada tahun 2030-an. Saat ini, Masdar lebih berfungsi sebagai pusat bisnis dan penelitian.
Masdar City dirancang oleh firma arsitektur Foster Partners dengan fokus pada keberlanjutan dan inovasi. Mereka terinspirasi dari kota-kota Arab tradisional dengan jalan-jalan sempit untuk menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk. Bangunan di Masdar City dibangun dengan material hemat energi dan teknik desain inovatif untuk memaksimalkan cahaya alami dan ventilasi serta meminimalisir panas. Desain ini menggunakan material dengan massa termal tinggi dan isolasi canggih untuk menjaga suhu dalam ruangan yang nyaman dan mengurangi konsumsi energi untuk pendinginan.
Arsitek Masdar City merancang fasad tiap bangunan untuk meminimalisir penumpukan debu dan memudahkan pemeliharaan di iklim gurun yang keras. Bangunan ini dilengkapi panel fotovoltaik dan fitur energi terbarukan lainnya yang menghasilkan daya sendiri. Masdar City memiliki beberapa proyek net-zero energy, termasuk NZ1, gedung komersial net-zero energy pertama di UEA, dan Masdar City Square yang akan datang dengan tujuh bangunan berkelanjutan. Kota ini berencana untuk menjadi net-zero secara keseluruhan.
Manajemen air yang aman dan efektif adalah elemen dasar dari desain arsitektur Masdar City. Kota ini menggunakan sistem daur ulang canggih untuk mengolah dan menggunakan kembali air untuk mengurangi permintaan air bersih. Efisiensi lebih lanjut dijamin melalui sistem irigasi cerdas dan perlengkapan hemat air pada bangunan.
Strategi pengelolaan limbah Masdar City bertujuan mencapai nol limbah (zero waste) ke tempat pembuangan akhir dengan fokus pada daur ulang dan kompos. Penduduk dan pelaku usaha didorong untuk memilah limbah di sumbernya agar proses daur ulang lebih efisien. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah mengompos limbah organik untuk digunakan di ruang hijau dan pertanian kota.
2. Kawasan Forest City, Malaysia, ada di daerah pesisir dengan karakteristik lingkungan sensitif

Forest City adalah proyek kota pintar dan hijau yang sedang dibangun di Johor Bahru, Malaysia, sebagai hasil kerja sama antara Country Garden Group dan Esplanade Danga 88 Sdn Bhd (EDSB) dengan dukungan pemerintah Malaysia. Terletak di pulau buatan seluas 30 km², Forest City mengintegrasikan lingkungan alami dengan teknologi mutakhir untuk menciptakan ruang hidup berteknologi tinggi. Kota ini direncanakan menampung sekitar 700.000 penduduk dengan beragam fasilitas, seperti hotel, resor, dan perumahan mewah.
Kawasan Forest City berada di daerah pesisir dengan karakteristik lingkungan sensitif dan lahan basah yang peka secara ekologis. Oleh karena itu, proyek ini fokus pada efisiensi energi, konservasi lahan, dan pengurangan polusi. Infrastruktur dan bangunan di Forest City menggunakan teknologi ramah lingkungan dan desain arsitektur berkelanjutan untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Forest City menargetkan sertifikasi GreenRE dari Real Estate and Housing Development Association of Malaysia (REHDA) melalui strategi pengembangan berkelanjutan dan lingkungan hidup yang layak huni.
Forest City juga dilengkapi dengan fasilitas modern, seperti sistem transportasi pintar, jaringan energi terbarukan, dan teknologi pengelolaan limbah canggih. Teknisi pembangkit PWR menggunakan pemindai laser 3D dari Exact Metrology untuk mengidentifikasi titik tinggi dan memvalidasi gambar skematik dengan data yang akurat sekaligus mengatasi risiko dari pengukuran manual tradisional. Selain itu, Forest City mengadopsi sistem bangunan pintar yang terintegrasi dengan teknologi Internet of Things (IoT), meteran pintar, BIM, sistem irigasi hijau, keamanan pintar, dan kecerdasan buatan (AI). Dengan semua fitur ini, Forest City tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal modern dan mewah, tetapi juga sebagai model kota berkelanjutan yang bisa dijadikan contoh bagi proyek pembangunan kota lainnya di masa depan.
3. Songdo International Business District, kota cerdas yang dibangun dari nol di lahan reklamasi

Songdo International Business District adalah kota cerdas yang dibangun dari nol di atas lahan reklamasi dari Laut Kuning di Korea Selatan. Terletak sekitar satu jam dari Seoul, kota ini merupakan bagian dari Incheon yang juga dekat dengan bandara internasional dan laut. Sejak dikonsep pada 2001, Songdo dirancang sebagai kota berkelanjutan, rendah karbon, dan berteknologi tinggi yang menawarkan kelebihan dari Kota Seoul (ibu kota Korea Selatan) tanpa polusi dan kemacetan.
Songdo diharapkan menjadi pusat bisnis mewah yang bersaing dengan Hong Kong dan Shanghai. Kota ini dilengkapi dengan sensor untuk memantau energi dan lalu lintas serta memiliki lebih dari 20 juta kaki persegi ruang bersertifikat LEED, fasilitas daur ulang air mutakhir, dan ruang hijau termasuk taman tepi laut seluas 100 hektar. Kota ini dirancang oleh firma arsitektur Kohn Pedersen Fox dan dibiayai sekitar 40 miliar dolar Amerika Serikat (647 triliun rupiah) oleh Gale International. Kota Songdo awalnya dijadwalkan selesai pada 2015, namun, hingga kini kota tersebut masih dalam tahap perkembangan.
Melansir Bloomberg, meskipun insentif pajak diharapkan menarik perusahaan asing, dalam 15 tahun terakhir hanya beberapa perusahaan, organisasi nirlaba, dan universitas yang membuka kantor di Songdo. Populasi kota ini telah melebihi 100.000 jiwa. Namun, jumlah tersebut baru sepertiga dari target awal 300.000 jiwa.
4. Sino-Singapore Tianjin Eco-City proyek kolaborasi Singapura dan China yang dimulai 2008

Sino-Singapore Tianjin Eco-City adalah proyek kolaborasi antara Singapura dan China yang dimulai pada 2008 untuk mengubah lahan tandus menjadi kota yang efisien, ramah lingkungan, sosial harmonis, dan berkelanjutan. Setelah satu dekade, Eco-City ini telah dihuni oleh 100.000 orang dan memiliki 7.700 perusahaan dengan modal terdaftar sebesar RMB 289 miliar (42,96 miliar dolar Amerika Serikat) atau setara dengan 678 triliun rupiah. Pada 2013, Eco-City menjadi "Zona Percontohan Pengembangan Hijau Nasional" pertama di China dan pelopor dalam pengembangan kota cerdas di negara tersebut.
Proyek ini dikelola oleh Sino-Singapore Tianjin Eco-City Investment and Development Co., Ltd. (SSTEC), usaha patungan antara Keppel Group dari Singapura dan Tianjin TEDA Investment Holding Co., Ltd. dari China. Tianjin Eco-City berfokus menciptakan kota yang layak huni, berkelanjutan, dan canggih, dengan keahlian yang dapat diterapkan di kota-kota lain di China. Visi Eco-City adalah menjadi kota yang berkembang, sosial harmonis, ramah lingkungan, dan efisien sumber daya, berdasarkan konsep Three Harmonies (Harmoni sosial, ekonomi, dan lingkungan) dan Three Abilities (Dapat diterapkan, direplikasi, dan diukur).
5. Fujisawa Sustainable Smart Town adalah kota eksperimental di Fujisawa, Kanagawa, Jepang

Fujisawa Sustainable Smart Town adalah kota eksperimental di Fujisawa, Kanagawa, Jepang, yang didukung oleh Panasonic dan dua perusahaan lokal. Kota ini dirancang untuk mengembangkan teknologi guna mengurangi dampak lingkungan dengan pendekatan yang fokus pada warga. Dengan luas 19 hektar dan kapasitas sekitar 1.000 rumah, Fujisawa SST bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 70 persen dibandingkan pada 1990. Proyek ini juga menguji teknologi seperti panel surya, manajemen jaringan pintar, teknologi baterai, kendaraan pengiriman tanpa sopir, dan sistem pengawasan.
Diresmikan pada 2014, proyek ini memiliki visi jangka panjang 100 tahun untuk peningkatan efisiensi energi dan sosial. Fujisawa SST meraih Good Design Award pada 2015 dari Japan Institute of Design Promotion. Beberapa inisiatif awal termasuk pemasangan panel surya di setiap atap, penggunaan robot pengiriman otomatis, dan pengembangan teknologi tahan gempa.
Dengan mengadopsi konsep dan praktik dari Smart Forest City yang telah dilakukan oleh kota-kota di negara lain, masih ada kesempatan untuk IKN bisa menjadi kota masa depan yang tidak hanya cerdas dan efisien, tetapi juga berkelanjutan dan memerhatikan aspek ramah lingkungan. Implementasi teknologi cerdas dan desain berkelanjutan akan membantu IKN dalam menghadapi tantangan urbanisasi dan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Dengan demikian, IKN bisa mulai berbenah agar visinya menjadi "Kota Kelas Dunia untuk Semua" bisa terwujud dan terlaksana.