Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sering Emosional? Ini 6 Alasan yang Mungkin Jadi Penyebab

ilustrasi sedih (pexels.com/cottonbro studio)

Pernahkah kamu merasa emosimu meluap-luap tanpa alasan yang jelas? Kadang kita bisa tiba-tiba merasa sedih, marah, atau bahkan terlalu bahagia tanpa tahu penyebab pastinya. Ternyata, hal ini wajar dan sering terjadi pada banyak orang.

Namun, memahami apa yang mungkin menjadi penyebab di balik kondisi emosional tersebut bisa membantumu mengatasinya dengan lebih baik. Perasaan emosional sering kali muncul sebagai respons terhadap situasi yang sedang kita hadapi, baik yang nyata maupun yang gak kita sadari. Berikut ini enam faktor utama yang bisa menjelaskan mengapa kamu merasa begitu emosional dan bagaimana cara mengatasinya.

1. Stres, baik positif maupun negatif

ilustrasi stres (pexels.com/Yan Krukau)

Stres gak selalu tentang hal buruk, lho. Kadang stres muncul dari peristiwa positif, seperti promosi kerja atau merencanakan pernikahan impianmu. Menurut penelitian dalam ILR Review, perubahan besar dalam hidup, bahkan yang menggembirakan, bisa memicu perasaan cemas, frustrasi, atau sedih.

Hal ini terjadi karena tubuhmu merespons tekanan tersebut dengan cara yang sama seperti menghadapi situasi negatif. Jangan abaikan perasaan ini, ya. Cobalah berbicara dengan teman yang pernah mengalami situasi serupa, lakukan meditasi, atau bahkan pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan terapis.

2. Masalah keuangan

ilustrasi bokek (pexels.com/Nicola Barts)

Ketidakstabilan finansial sering kali menjadi sumber stres yang besar. Menurut penelitian dalam Journal of Consumer Research, kesejahteraan finansial berhubungan erat dengan kondisi emosional kita. Masalah uang bisa membuatmu merasa cemas atau kehilangan harapan.

Alih-alih menghindari masalah ini, coba evaluasi apa yang bisa kamu kendalikan. Misalnya, cari tahu tentang program bantuan pemerintah atau diskusikan opsi pembayaran dengan lembaga keuangan. Jangan ragu meminta dukungan dari komunitas atau teman terdekat, ya.

3. Konflik dalam hubungan

ilustrasi pasangan gak bahagia (pexels.com/Andres Ayrton)

Baik jatuh cinta maupun mengakhiri hubungan bisa memicu gejolak emosi. Misalnya, seseorang yang pernah mengalami pengalaman buruk dalam hubungan sebelumnya mungkin merasa takut untuk membuka hati lagi. Menurut penelitian dalam Current Directions in Psychological Science, perceraian juga menjadi salah satu penyebab stres terbesar, bahkan jika itu adalah keputusan terbaik.

Kalau kamu sedang mengalami masalah dalam hubungan, coba perbaiki cara komunikasimu. Pendekatan seperti komunikasi non-kekerasan bisa sangat membantu, lho. Bila perlu, ikuti terapi pasangan untuk mendapatkan pandangan yang lebih objektif.

4. Burnout di tempat kerja

ilustrasi burnout (pexels.com/Ron Lach)

Burnout adalah kelelahan ekstrem yang sering diiringi hilangnya semangat bekerja. Kondisi ini semakin sering terjadi sejak pandemi, terutama karena banyak orang bekerja dari rumah tanpa batasan waktu yang jelas.

Menurut The Handbook of Stress and Health, burnout bisa menyebabkan iritasi, kesedihan, bahkan rasa takut yang berlebihan. Untuk mengatasinya, pastikan kamu memiliki waktu istirahat yang cukup, tetapkan batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta lakukan aktivitas yang membuatmu bahagia.

5. Masalah keluarga

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/cottonbro studio)

Jangan salah, keluarga bisa menjadi sumber emosi yang kompleks, lho. Entah itu trauma masa kecil, hubungan yang renggang dengan anggota keluarga, atau tekanan ekspektasi dari orang tua. Semua ini bisa menjadi pemicu.

Jika kamu tahu ada momen tertentu, seperti liburan atau ulang tahun, yang sering membuatmu stres, cobalah untuk merencanakan sebelumnya. Terapi somatik bisa menjadi pilihan untuk menyembuhkan luka dari masa lalu. Bila masalahnya berkaitan dengan membangun keluarga baru, jangan ragu untuk meminta bantuan dari komunitas atau bergabung dengan kelompok dukungan.

6. Kurangnya waktu untuk diri sendiri

ilustrasi sibuk bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba)

Terlalu sibuk dengan pekerjaan, keluarga, atau aktivitas lainnya bisa membuatmu lupa meluangkan waktu untuk dirimu sendiri. Ini sering kali menyebabkan emosi yang meledak-ledak karena kebutuhanmu gak terpenuhi.

Mulailah dengan menjadwalkan me time setiap minggunya. Entah itu membaca buku, berjalan-jalan, atau sekadar duduk sambil menikmati teh, aktivitas ini penting untuk menjaga keseimbangan emosimu.

Emosi yang berlebihan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan itu gak selalu buruk. Memahami penyebab di balik emosi ini bisa membantumu menghadapinya dengan lebih baik.

Jika perasaanmu terasa terlalu berat untuk ditangani sendiri, jangan ragu mencari bantuan dari ahli kesehatan mental. Ingatlah bahwa kamu gak sendirian, dan selalu ada cara untuk menemukan ketenangan di tengah badai emosi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Riva Khodijah
EditorRiva Khodijah
Follow Us