5 Tantangan Berkebun Secara Organik, Butuh Effort yang Ekstra!

Tahukah kamu, jika menumbuhkan tanaman secara organik lebih sulit dibandingkan dengan berkebun secara konvensional? Sayuran dan buah organik ditanam melalui serangkaian proses organik tanpa tambahan pupuk dan pestisida kimia. Berkebun secara organik juga sangat bergantung pada cuaca dan alam.
Hal ini menjadi tantangan bagi petani dan pekebun, karena menumbuhkan tanaman secara alami membutuhkan usaha yang berlipat-lipat. Namun, tantangan bukanlah hambatan, karena berkebun secara organik adalah investasi jangka panjang. Berikut beberapa tantangan bertani secara organik yang perlu kamu tahu sebelum memulainya.
1.Pupuk organik belum tentu menunjukkan hasil yang instan

Pemakaian pupuk organik jadi kunci pertanian organik. Pupuk organik berasal dari bahan-bahan alami seperti sisa tanaman atau kotoran hewan. Kandungan nutrisi pada pupuk organik lebih kompleks dibandingkan dengan pupuk sintetis atau kimia yang lebih spesifik. Misalnya pupuk nitrogen, fosfor, kalsium, dan lain-lain.
Meskipun kandungan nutrisi yang lebih beragam, tetapi butuh waktu panjang agar tanaman dapat menyerap nutrisi dengan maksimal. Singkatnya, pertumbuhan tanaman yang dirawat secara organik lebih lambat dibanding dengan tanaman yang dirawat dengan konvensional.
Namun, pupuk organik adalah investasi jangka panjang bagi kualitas tanah. Pupuk organik gak meninggalkan residu dan menjaga mikroorganisme dalam tanah tetap stabil.
2.Pemakaian pestisida nabati punya efektivitas yang rendah

Sama seperti pupuk organik, efektivitas pestisida nabati lebih rendah dibandingkan pestisida kimiawi. Hal ini dikarenakan pestisida kimiawi punya komposisi bahan aktif yang terkonsentrasi. Namun, pestisida nabati dikenal berbahaya karena residu bisa menempel pada permukaan sayuran atau buah yang akan kita konsumsi.
Meskipun efektivitas pestisida nabati cenderung rendah, tetapi pestisida jenis ini lebih aman diaplikasikan pada tanaman. Karena pestisida nabati berasal dari tumbuhan seperti rempah-rempah yang gak disukai hama atau serangga.
Untuk mencegah serangan hama atau serangga, kamu bisa menanam tanaman pendamping di antara kebunmu. Tanaman pendamping menjadi penghalau alami agar serangga menjauh dari kebunmu. Penambahan tanaman pendamping bersamaan dengan pengaplikasian pestisida nabati akan meningkatkan pertahanan tanaman terhadap penyakit dan serangga.
3.Biaya pengeluaran lebih mahal di awal

Saat baru memulai berkebun secara organik, kamu harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli berbagai keperluan berkebun. Harga pestisida nabati dan pupuk organik cenderung mahal. Benih-benih tanaman organik juga dihargai lebih mahal karena bebas rekayasa genetik.
Selain itu, lahan pertanian organik umumnya punya produktivitas yang rendah di awal penanaman. Karena proses pertanian organik yang memakan waktu lebih lama membuat hasil panen yang dihasilkan lebih rendah dari pertanian yang menggunakan bahan-bahan kimia.
Oleh sebab itu, sayuran dan buah dari kebun organik dihargai lebih mahal. Karena semuanya melalui proses yang gak sebentar. Seiring waktu dengan pengelolaan lahan organik yang konsisten, tentu kamu akan mendapat hasil panen yang lebih efisien dari awal penanaman.
4.Perlu mencurahkan tenaga dan waktu yang ekstra

Menanam secara organik berarti harus siap mencurahkan waktu dan tenaga yang ekstra. Kamu harus membuat pupuk kompos secara mandiri atau meracik pestisida nabati juga secara mandiri. Pemeliharaan tanaman dan penyiangan gulma juga harus dilakukan lebih sering. Karena tanaman organik lebih rentan terkena hama dan penyakit.
Mungkin ada kegagalan-kegagalan di awal saat pertama kali mencoba menerapkan teknik berkebun yang organik. Dari usaha yang besar ini, kamu bisa memproduksi makanan yang sehat dan bebas residu kimia. Lingkungan di sekitarmu juga terjaga dan lebih lestari.
5.Butuh pengetahuan tentang berkebun lebih mendalam

Berkebun secara organik gak sebatas menanam tanpa pupuk dan pestisida kimia, lalu membiarkan tanaman tumbuh dengan sendirinya. Menanam organik butuh pengetahuan tentang berkebun yang holistik dan menyeluruh.
Kamu perlu belajar tentang rotasi tanaman, mikroorganisme tanah, keanekaragaman hayati, musim, serta pengetahuan ekologi lainnya. Pengetahuan ini akan menjadi bekal untuk meningkatkan hasil panen, menyediakan pangan yang sehat dan berkualitas, serta menjaga keberlanjutan lingkungan. Jadi, gak ada pihak yang dirugikan dari praktik pertanian organik.
Menanam secara organik memang membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga yang ekstra. Namun, semua itu sepadan dengan apa yang didapatkan dari menumbuhkan tanaman yang sehat. Tantangan yang kelihatan sulit itu bisa diatasi dengan terus belajar praktik berkebun organik.