Tekad Yuk Tukoni Bantu UMKM Kuliner Jangkau Pasar Lebih Luas

Masa pandemik pada 2020 lalu menjadi "mimpi buruk" bagi masyarakat Indonesia. Tak hanya berdampak pada kesehatan, merebaknya COVID-19 saat itu juga melumpuhkan perekonomian, pariwisata hingga pendidikan. Bahkan UMKM kuliner turut kehilangan pembeli, karena penerapan lockdown, salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus.
Meski tidak ada angka pasti pelaku usaha yang terdampak, berdasarkan Survei Bank Indonesia pada 2020, sebanyak 62,5 persen UMKM, khususnya di sektor kuliner, tertekan akibat pandemik. Karena hal inilah, Eri Kuncoro dan Revo Suladasha tergerak untuk membantu UMKM kuliner, khususnya di Yogyakarta, untuk tetap bernafas di tengah COVID-19 yang begitu mencekik.
"Bukan hanya kehilangan omzet, tetapi juga harapan," tutur Eri Kuncoro dalam wawancara singkat pada Rabu (8/10/2025).
Berkat keuletan Eri Kuncoro dan teman-temannya, UMKM kuliner di Yogyakarta perlahan-lahan mulai bangkit dari keterpurukan. Lewat gerakan Yuk Tukoni atau 'ayo beli' ini, mereka yang bertekad untuk membantu UMKM kuliner menjangkau pasar lebih luas ini dianugerahi penghargaan 11th SATU Indonesia Awards 2020 di bidang kewirausahaan. Simak kisah inspirastifnya berikut ini!
1. Yuk Tukoni lahir sebagai bentuk aksi solidaritas antara teman

Ide membentuk Yuk Tukoni berawal dari curhatan teman-teman Eri Kuncoro dan Revo Suladasha yang merasa resah karena makanan mereka tidak laku. Pada 2020, saat COVID-19 merebak, pemerintah sempat menerapkan lockdown dan social distancing untuk menekan angka penularan virus. Namun, imbasnya adalah beberapa UMKM kuliner di Yogyakarta akhirnya "mangkrak" karena orang-orang dilarang ke luar rumah.
Melihat satu-persatu temannya kehilangan pasar karena pandemik, Eri Kuncoro dan Revo Suladasha pun tergerak untuk menolong. Mereka akhirnya mendirikan Yuk Tukoni, sebuah gerakan untuk membantu UMKM kuliner di Yogyakarta menemukan kembali "harapan" di tengah-tengah pandemik saat itu. Tentunya, aksi mereka dimulai dari langkah kecil terlebih dahulu, dengan mempromosikan dagangan teman-temannya.
"Kalau kita diam saja, bagaimana nasib teman-teman yang curhat ke saya. Makanannya tidak laku. Tidak akses untuk orang-orang membeli dagangannya karena dilarang ke luar rumah. Saya dan partner saya, Mas Revo, kemudian membentuk gerakan namanya Yuk Tukoni. Saya membuat gerakan itu, sebagai sebuah ajakan untuk membeli dagangan teman awalnya," cerita Eri Kuncoro saat wawancara singkat dengan IDN Times pada Rabu (8/10/2025) lalu.
Gagasan Eri Kuncoro dan Revo Suladasha untuk Yuk Tukoni pada saat itu hanya sebagai bentuk solidaritas sekaligus gotong royong antar teman. Bahkan Eri Kuncoro awalnya tidak memiliki peralatan packing dan freezer untuk membuat makanan lebih tahan lama, aman dan higienis bagi pembeli yang menanti di rumah. Lalu, persiapannya juga hanya sekitar 12 hari. Karena keterbatasan itu, Eri Kuncoro dan Revo Suladasha hanya bisa mendorong penjualan melalui aplikasi WhatsApp saja.
"Tentunya, bukan dengan konsep marketplace besar, tetapi dengan semangat gotong royong. Bahkan storage dan freezer kami pinjam saat itu. Yuk Tukoni lahir bukan sebagi bisnis, tetapi gerakan sosial untuk menyambung nafas UMKM kuliner," tutur Eri Kuncoro.
2. Gerakan Yuk Tukoni meluas hingga ke mie ayam langganan

Sebagai salah satu tempat wisata favorit di Indonesia, Yogyakarta tentunya memiliki banyak jenis kuliner lezat. Bahkan salah satu pendiri Yuk Tukoni, Eri Kuncoro, juga memiliki mi ayam langganan di sekitar tempat tinggalnya, yang bernama "Mie Ayam Pak Amin", nih. Sayangnya, saat terjadi lonjakan kasus COVID-19 pada 2020, Pak Amin pun tak lolos dari tekanan akibat kebijakan pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial, termasuk berjualan keliling.
"Pada saat itu, salah satu mi ayam terenak di tempat tinggal saya di Yogyakarta, Pak Amin, pamit untuk pulang kampung. Karena perumahan tempatnya berjualan diisolasi. Pak Amin mengatakan kepada saya, 'Orang saja masuk tidak bisa, apalagi berjualan. Saya tidak tahu harus bagaimana' saat itu," ungkap Eri Kuncoro kepada IDN Times.
Tak ingin kehilangan makanan favoritnya itu, Eri Kuncoro akhirnya merangkul Pak Amin untuk bermitra dengannya. Ia memberikan sarana kepada mi ayam milik Pak Amin untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Pastinya, tak hanya di perumahan tempatnya biasa berjualan keliling dengan gerobak saja. Lewat Yuk Tukoni, Eri Kuncoro menyulap mi ayam Pak Amin dalam bentuk kemasan yang tahan lama dan higienis untuk menjangkau pembeli yang tidak dapat keluar rumah.
Langkah yang diambil Yuk Tukoni itu memberikan secercah cahaya bagi mi ayam Pak Amin yang akhirnya bisa kembali menyambung hidupnya di Yogyakarta. Bahkan usaha kecil-kecilan yang dijajakan dengan menggunakan gerobak itu pelan-pelan mulai membaik, lho. Karena pesanan yang diterima cukup banyak secara online, Pak Amin pun mengurungkan niatnya untuk kembali ke kampung halamannya.
"Pada akhirnya, Pak Amin tidak jadi pulang kampung karena ia harus membuat banyak pesanan," kenang Eri Kuncoro.
3. Yuk Tukoni juga gandeng chef hotel yang terdampak pendemi

Tak hanya UMKM kuliner, pandemik juga membuat hotel terpaksa tutup, baik sementara atau permanen. Berdasarkan data dari PHRI, pada 9 April 2020 lalu, jumlah hotel yang tutup dilaporkan terus meningkat hingga ribuan di 31 provinsi di Indonesia. Tentunya, hotel yang berhenti beroperasi juga membuat dapur ikut terdampak, lho. Para chef yang bertugas untuk menyuguhkan makanan dan minuman bagi tamu pun terancam kehilangan pekerjaan mereka.
Yuk Tukoni menjadi pahlawan bagi para chef hotel agar terus memiliki ruang dalam menyambung asa. Untuk bertahan di tengah perekonomian dan pariwisata yang lumpuh akibat pandemik di Yogyakarta, Eri Kuncoro memberikan ide kepada para chef untuk membuat makanan yang bisa dikemas untuk dipasarkan secara online. Niat kecil itu akhirnya berbuah manis hingga melahirkan produk Dapur Hotel, yang berhasil menarik minat banyak pembeli.
"Chef di hotel kan tidak ada tamu, tetapi dapurnya tetap ada. Saya dan teman-teman menyarankan kepada chef tersebut untuk membuat makanan yang bisa dijual dan di-packing," jelas Eri Kuncoro.
4. Inisiasi Yuk Tukoni sempat hadapi keraguan UMKM kuliner di Yogyakarta

Tentunya, jalan Yuk Tukoni tidak selalu mulus. Eri Kuncoro pun sempat mengenang kembali momen saat inisiasi dirinya dan teman-teman menghadapi keraguan dari UMKM kuliner di Yogyakarta, nih. Dengan perekonomian yang lumpuh akibat pandemik, bagaimana mungkin Yuk Tukoni bisa menarik pembeli? Apalagi, di tengah situasi saat itu, orang-orang yang dilarang keluar rumah karena pembatasan sosial untuk menekan angka penularan COVID-19.
"Sebenarnya, kita ini tugasnya di pemasaran. Awalnya, memang ada yang masih pesimis untuk bergabung dengan Yuk Tukoni. Karena mereka berpikir di tengah situasi seperti ini, apakah ada yang akan membeli," kata Eri Kuncoro.
Meski begitu, Yuk Tukoni berhasil membuktikan kepada banyak UMKM kuliner di Yogyakarta bahwa inisiasi mereka itu telah membuat rantai perekonomian terus berlanjut di tengah pandemik yang mencekik. Tak hanya itu, Yuk Tukoni juga memberikan edukasi bagi UMKM kuliner agar mengedepankan kebersihan pada produknya. Karena makanan dapat menjadi penyebar utama dari berbagai penyakit melalui kontaminasi bakteri, virus, parasit, atau racun.
Setelah bertahun-tahun beroperasi, Yuk Tukoni terus menunjukkan perkembangan yang signifikan di bidang pemasaran. Bahkan berkat gerakan yang dibentuk oleh Eri Kuncoro dan Revo Suladasha tersebut, UMKM kuliner di Yogyakarta akhirnya bisa naik kelas, nih. Orang-orang di luar kota kini juga dapat menikmati jadah tempe, mangut lele, bakpia, hingga gudeg hanya bermodal smartphone dari rumah saja.


















