7 Tips Kuat Berpantang Daging saat Idul Adha, Ingat Kesehatanmu!

Mendekati Idul Adha, selain umat Islam yang mampu bersiap-siap untuk berkurban, semua orang juga pasti sudah menantikan momen menikmati daging kurban. Baik daging sapi maupun kambing akan diolah menjadi menu yang lezat dan disantap bersama keluarga. Biasanya hidangannya gak jauh-jauh dari sate, gulai, rendang, tongseng, dan lainnya.
Membayangkan kelezatannya saja membuatmu lapar. Namun, tidak semua orang bisa menyantap daging merah, apalagi dalam jumlah banyak. Penderita sejumlah penyakit seperti penyakit jantung, hipertensi, kolesterol, dan asam urat tinggi harus disiplin dalam berpantang daging merah. Apakah kamu juga menderitanya?
Terlepas dari usiamu yang masih muda, jangan menyepelekan berbagai serangan atau gejala dari penyakit-penyakit di atas. Lebih aman untukmu menjaga pola makan daripada mengalami serangan lagi atau gejalanya makin parah. Namun, selagi hampir semua orang di sekitarmu membakar sate, bisakah kamu tidak tergoda? Tujuh tips sederhana ini semoga membantumu menahan godaan.
1. Hanya mencicipi sesedikit mungkin

Ukuran sedikit ini memang bisa berbeda-beda setiap orang. Kalau kamu pada dasarnya suka daging, menyantap sepuluh tusuk sate kambing pun barangkali terasa sedikit.
Dulu dirimu dapat menghabiskan lebih dari itu dalam sekali santap. Namun, mengingat sekarang kamu menderita penyakit tertentu, sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter. Berapa takaran daging yang boleh disantap supaya penyakitmu tidak kambuh? Dokter mungkin akan menyesuaikannya dengan tingkat keparahan penyakitmu.
Bila dirimu masih boleh makan daging, tetaplah mengonsumsinya sesedikit mungkin. Jangan sampai lepas kendali saking enaknya. Cukup buat obat kangen saja. Misalnya, satu tusuk sate yang hanya berisi tiga potongan kecil atau dua potong kecil daging dalam tongseng dan kamu memperbanyak kuahnya. Jangan lupa imbangi dengan sayuran, buah, serta air putih yang cukup.
2. Masak bahan non-daging dengan bumbu khas menu Iduladha

Tapi jika dari pengalaman yang sudah-sudah penyakitmu mudah sekali kambuh bila menyantap olahan daging merah, sebaiknya tidak usah coba-coba. Hindari memakannya sesedikit apa pun. Kamu masih bisa merasakan nuansa Idul Adha, kok.
Selain dengan menjalankan puasa sunah sebelumnya dan menunaikan salat ied, dari segi menu juga dapat dibuat berbeda dari hari biasa. Buatlah sate, gulai, tongseng, atau rendang dengan mengganti dagingnya. Kamu bisa bikin sate tahu dan tempe, gulai ikan air tawar, tongseng jamur, dan rendang telur.
Ingatlah, masak menu dietmu terpisah dari masakan daging keluarga. Dengan kekuatan bumbu, bahan apa pun menjadi tak kalah lezat dari daging. Dirimu masih dapat makan enak tanpa takut penyakitmu kumat. Siapa tahu anggota keluargamu juga ingin mencobanya dan menu itu menjadi alternatif hidangan sehari-hari yang enak sekaligus murah.
3. Jadi panitia kurban atau seksi masak di keluarga

Bergulat dengan daging selama berjam-jam bahkan seharian bisa mengurangi seleramu untuk menyantapnya. Rasanya, hanya dengan melihat dan mencium aroma daging segar saja dirimu sudah kenyang duluan. Sebagai panitia kurban, harimu sibuk luar biasa. Sampai di rumah kamu cenderung mau makan dengan lauk apa saja yang penting kenyang dan dirimu bisa segera beristirahat.
Begitu juga apabila kamu menjadi seksi memasak di rumah. Anggota keluargamu barangkali menginginkan berbagai menu yang berbeda. Setiap makanan memerlukan persiapan dan proses memasak yang cukup panjang. Orang yang paling semangat makan biasanya malah yang gak bantu apa-apa. Sementara keinginanmu buat ikut menikmatinya sudah surut setelah masakan matang. Kamu jadi lebih gampang menjaga pantangan.
4. Jauhi area dapur

Memang, tidak setiap orang bakal kehilangan seleranya terhadap daging, setelah lelah memotong-motong, membersihkan, dan memasaknya. Kalau kamu termasuk tipe yang tambah lapar, ketika mencium aroma daging yang sedang dimasak, mending jauh-jauh dari dapur.
Aroma sedapnya bisa meruntuhkan pertahananmu dan kamu malah kalap dalam menikmatinya. Katamu cuma ingin mencicipi, tetapi ternyata terus menambah. Anggota keluarga belum tentu tega melarangmu. Namun, akibatnya besok pun rasa sakit yang luar biasa sudah menyerang.
Kamu bisa bertahan di kamar saja ketika anggota keluarga memasak di dapur, membakar sate di teras atau jalan-jalanlah ketika aromanya tak lagi tertahankan. Mengungsi di rumah teman atau saudara yang juga berpantang bisa menambah daya tahanmu terhadap godaan menu daging yang lezat.
5. Gak makan bareng teman atau saudara yang usil

Tidak semua orang bisa memahami kondisi kesehatanmu. Apalagi mengingat usiamu yang masih muda. Beberapa orang berpikir dirimu hanya berlebih-lebihan dalam menjaga kesehatan. Padahal, penyakitnya benar-benar kamu rasakan.
Mereka yang semuda kamu dan merasa aman-aman saja meski mengonsumsi daging merah biasanya bakal usil. Kamu didorong untuk melanggar pantangan. Kata mereka, toh hanya setahun sekali dan biar suasana tambah seru.
Sekalipun dirimu sebenarnya tidak ingin memakannya, akhirnya kamu menurut hanya karena merasa tak enak menjadi satu-satunya orang di situ yang berpantang. Namun mengingat akibatnya pada kesehatanmu dapat amat serius, mending dirimu gak dekat-dekat mereka ketika tiba waktunya makan. Makanlah duluan dan terpisah dari mereka sehingga nanti kamu tinggal bilang benar-benar sudah kenyang.
6. Makan di luar dengan menu yang lebih aman untukmu

Hampir semua orang menikmati hidangan berbahan daging sejak Iduladha sampai beberapa hari setelahnya. Gak cuma di rumahmu, dari rumah-rumah tetangga saja menguar aroma masakan berbahan daging yang sedap sekali.
Bahkan, di media sosial, banyak pengguna membagikan status tentang menu buatan mereka. Walaupun kamu kuat menahan dorongan makan daging, hatimu mungkin menjadi nelangsa. Salah satu kenikmatan dalam hidupmu sudah dikurangi dengan menderita penyakit tertentu.
Jangan sedih berlama-lama. Yuk, bahagiakan diri dengan makan di luar. Kamu bisa menyantapnya langsung di rumah makan atau pesan via ojek onlinesaja. Tentunya, pilih menu-menu yang aman buat dietmu tetapi juga jarang dinikmati. Rasanya menjadi tidak kalah istimewa dari aneka olahan daging yang tahun-tahun lalu masih bisa kamu santap.
7. Ingat rasa sakitnya jika kambuh

Kalau kamu sehat, diri sendiri yang merasakan nikmatnya kesehatan itu. Kamu dapat beraktivitas dengan lancar, istirahatmu tenang, dan tak perlu mengeluarkan uang untuk berobat. Sebaliknya, sakitmu juga dirasakan sendiri. Maka dari itu, penting untukmu mampu mengendalikan diri.
Walaupun kamu ikut berkurban, dagingnya bisa semuanya disedekahkan apabila dirimu tinggal sendirian. Daripada kamu mengambil hakmu, tetapi daging itu cuma mengeras di dalam kulkas. Dengan dirimu memberikan seluruh daging dari hewan kurbanmu, lebih banyak orang dapat menikmatinya.
Meski serangan sakitnya sudah lama gak kambuh, jangan lengah. Itu karena dirimu disiplin dalam menjaga pola makan. Bila kali ini kamu lepas kontrol, gejalanya bakal muncul kembali atau kemarin-kemarin sakitmu masih cukup sering kambuh, karena dirimu belum bisa disiplin dalam berdiet, hindari memperparah kondisimu dengan nekat mengonsumsi olahan daging merah.
Tidak mudah hidup dengan keharusan berpantang makanan sejak usia muda. Akan tetapi, ini juga demi kebaikanmu sendiri. Dirimu yang mempunyai riwayat genetik penyakit tertentu dan telah merasakan serangannya perlu lebih menjaga diri dari hal-hal yang berpotensi menyebabkannya kambuh.