Waspadai 6 Penyebab Kamu Gampang Sedih, Terlalu Terbawa Perasaan

Sesering apa kamu merasa sedih? Memang tidak mungkin dirimu atau siapa pun bahagia terus. Berbagai emosi akan bergantian mendominasi. Ada kalanya kamu bahagia, sedih, cemas, dan sebagainya.
Akan tetapi, makin sering dirimu merasa sedih pasti mengganggu keseharian. Kamu kurang bersemangat menjalani hari. Bahkan hubunganmu dengan orang lain dapat terdampak. Raut wajahmu tak bersahabat serta ada kecenderungan menarik diri.
Sebelum kamu memeriksakan diri ke psikolog, coba cek enam penyebab di bawah ini. Bila ada yang cocok denganmu, masih ada cara untuk mencoba mengatasinya secara mandiri. Dirimu harus lebih sering bahagia ketimbang bermuram durja.
1. Sangat ingin dimengerti

Barangkali kamu paling ingin dimengerti oleh orang-orang terdekatmu. Seperti pasangan, keluarga, serta sahabat. Kalau bisa tanpa dirimu mengatakan apa pun, mereka sudah otomatis paham. Kamu merasa hubungan kalian telah sedekat itu dan berlangsung sejak lama.
Namun, jangankan kamu diam saja. Dirimu membicarakan sesuatu pun, orang lain masih bisa kurang mengerti. Mereka punya pendapat yang berbeda denganmu. Malah pandanganmu dianggap aneh oleh mereka.
Lalu dirimu merasa sedih. Ada perasaan tidak dipedulikan dan didukung. Ubah keinginanmu dari begitu ingin dimengerti menjadi sebatas ingin dihargai. Gak apa-apa orang lain tak memahamimu dengan baik asalkan mereka tetap menghargai.
2. Overthinking dengan ucapan atau sikap orang lain

Kamu terlalu perasa sehingga mudah salah paham terhadap orang lain. Perkataan mereka yang tidak dimaksudkan untuk melukaimu pun membuatmu terus kepikiran. Begitu juga dengan berbagai sikap orang termasuk yang tak dikenal olehmu.
Misalnya, sahabat hari ini kurang merespons ucapan-ucapanmu. Dia seperti sibuk sendiri dengan gawainya. Kamu lantas merasa tertolak bahkan dimusuhi olehnya.
Padahal, perasaanmu bakal lebih baik apabila dirimu memandang kemungkinan yang berbeda. Seperti dia lagi PMS kalau cewek sehingga bad mood. Atau, ada hal-hal yang sedang dipikirkannya. Ia menjadi kurang berkonsentrasi ketika diajak bicara olehmu.
3. Suka memendam masalah

Gak semua masalah perlu diberitahukan pada orang lain. Akibatnya belum tentu baik. Kadang makin banyak orang yang mengetahuinya justru membuatmu makin sukar berpikir dengan tenang.
Ada berbagai upaya untuk mengintervensi persoalanmu. Namun, memendam terlalu banyak masalah juga gak bagus buat diri. Kamu bisa sedih terus karena tak punya teman bicara.
Orang lain merasa tidak enak untuk tiba-tiba bersikap sok tahu atas persoalanmu. Bila dirimu ingin hati lebih gembira atau setidaknya tak sedih melulu, kamu yang harus menjangkau mereka terlebih dahulu. Pilih orang yang mampu menjadi pendengar yang baik dan bicaralah dengannya.
4. Pengaruh tayangan

Apakah kamu mudah sekali meneteskan air mata atau ikut bersedih ketika menyaksikan film atau konten yang mengharukan? Satu sisi, ini tanda empatimu pada orang lain tinggi. Kamu dapat menempatkan diri di situasi tokoh dalam film atau orang di konten.
Akan tetapi, jika setelah film atau konten video selesai pun perasaanmu awet negatif mending diet tayangan. Kurangi konsumsi segala bentuk tontonan dan cerita yang membuatmu sedih. Sebaliknya, tambah tayangan yang suasananya bahagia atau tenang.
Emosimu bakal lebih stabil dan makin positif. Sebab jika kamu kerap bersedih gara-gara tontonan, hidupmu juga ikut terasa menyedihkan. Walaupun sebenarnya hidupmu baik-baik saja.
5. Gak mengimbangi ingatan luka dengan bahagia

Semua orang pasti pernah terluka. Beberapa di antaranya membekas begitu dalam seperti kehilangan orangtua. Luka sedalam itu boleh jadi memang tak dapat sembuh dengan sempurna.
Rasa kehilangan akan tetap ada saking kuatnya rasa sayangmu padanya. Namun, efek kesedihan dapat dikurangi dengan sejumlah cara. Seperti mengikhlaskannya, percaya bahwa orangtua sudah tenang di surga, serta mengingat hal-hal yang lebih positif.
Momen wafatnya orangtua memang menyedihkan. Akan tetapi, kamu akan merasa lebih baik dan dicintai ketika mengenang masa-masa bahagia bersamanya. Dirimu juga dapat membangkitkan banyak memori yang menandakan hidupmu survive selepas kepergian orangtua.
6. Merasa hidupmu tidak berguna

Perasaan ini pasti ada penyebabnya. Misalnya, kamu merasa gak berguna karena tidak bekerja. Dirimu seorang istri yang diminta suami untuk di rumah saja. Awalnya cukup nyaman.
Akan tetapi, lambat laun kamu merasa gak bisa kasih manfaat yang lebih besar untuk banyak orang. Meski sebagai ibu, dirimu juga sudah memberikan yang terbaik untuk keluarga. Jika ini membuatmu sedih berlarut-larut mending dikomunikasikan dengan pasangan.
Sampaikan keinginanmu untuk kembali bekerja baik di kantor maupun dari rumah. Sebab ibu yang bahagia akan lebih mampu membahagiakan buah hati. Sebaliknya, kesedihan ibu pasti juga berpengaruh ke anak-anak.
Rasa sedih menjadi tidak wajar kalau terlalu sering muncul, berkepanjangan, atau tanpa penyebab yang jelas. Periksa dulu enam hal di atas ada yang sesuai denganmu atau tidak. Bila kamu tak dapat mengatasinya, segera berkonsultasi dengan psikolog. Jangan sampai kesedihan menurunkan produktivitas dan kualitas hidupmu.