Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Cara Membedakan Cinta dengan Obsesi, Hati-hati!

Ilustrasi berbincang bersama (Pexels.com/cottonbro studio)

Gak bisa dimungkiri, jatuh cinta memang bikin perasaan melayang. Dunia rasanya lebih indah, senyum gak bisa berhenti, dan kayak ada semangat baru waktu bangun tiap pagi. Tapi, hati-hati! Perasaan yang kamu kira cinta bisa jadi sebenarnya cuma obsesi belaka.

Obsesi dalam hubungan biasanya ditandai dengan rasa takut kehilangan yang berlebihan sampai gak jarang mulai membatasi ruang gerak pasangan. Sementara itu, cinta sejati justru memberi ruang bagi pasangan untuk tumbuh dan berkembang tanpa tekanan. Nah, biar kamu gak terjebak dalam hubungan yang toxic, yuk pahami perbedaan antara cinta dan obsesi berikut ini!  

1. Cinta memberi kebebasan, obsesi menuntut kepemilikan

Ilustrasi sedang galau (pexels.com/ MART PRODUCTION)

Saat mencintai seseorang, kamu ingin melihatnya bahagia, bahkan jika itu berarti memberi ruang untuk dirinya sendiri. Kamu percaya pada pasanganmu dan memahami bahwa dia punya kehidupan di luar hubungan kalian. Sebaliknya, obsesi membuat seseorang merasa harus memiliki pasangannya sepenuhnya. Ada rasa takut berlebihan kalau pasangan akan pergi atau lebih bahagia tanpa dirinya. 

Orang yang terobsesi cenderung menuntut perhatian terus-menerus, gak suka kalau pasangannya sibuk dengan teman atau pekerjaan, bahkan bisa jadi posesif. Hubungan seperti ini bukannya bikin nyaman, tapi justru terasa seperti penjara. Kalau kamu atau pasangan mulai merasa terkekang dan kehilangan kebebasan, bisa jadi itu bukan cinta, melainkan obsesi. 

2. Cinta membangun kepercayaan, obsesi dipenuhi kecemasan

Ilustrasi mengalihkan topik pembicaraan (Pexels.com/Polina Zimmerman)

Cinta sejati selalu berlandaskan kepercayaan. Kamu tahu bahwa pasangan punya kehidupan sendiri, dan kamu gak merasa perlu mengawasi setiap gerak-geriknya. Kamu percaya dia akan tetap setia meskipun sedang tidak bersama. Sebaliknya, obsesi dipenuhi kecemasan berlebih. Orang yang obsesif cenderung curiga, overthinking, dan takut kehilangan pasangan tanpa alasan. 

Sampai-sampai mereka mulai melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan. Seperti mengecek ponsel pasangan, mempertanyakan setiap interaksi pasangan dengan lawan jenisnya, bahkan bisa sampai melarang pasangannya melakukan sesuatu. Bukannya merasa dicintai, pasangan malah akan merasa tertekan. Kalau kamu atau pasangan mulai merasa cemas berlebihan dalam hubungan, mungkin sudah saatnya kalian mengevaluasi apakah ini benar-benar cinta atau hanya obsesi.  

3. Cinta menerima kekurangan, obsesi ingin kesempurnaan

Ilustrasi pasangan bertengkar (Pexels.com/RDNE Stock project)

Saat mencintai seseorang, kamu menerima dirinya apa adanya, termasuk kekurangan yang dimilikinya. Kamu gak menuntut pasangan untuk selalu tampil sempurna atau menjadi sosok yang sesuai dengan ekspektasimu. Cinta sejati memahami bahwa manusia punya kelemahan dan kesalahan, dan itulah yang membuat hubungan menjadi lebih nyata dan tulus. 

Sebaliknya, obsesi sering kali membuat seseorang ingin mengontrol pasangannya agar sesuai dengan gambaran ideal di kepalanya. Mereka mungkin menuntut pasangan untuk selalu tampil menarik, mengikuti aturan yang mereka buat, atau bahkan mengubah kepribadian agar sesuai dengan keinginannya. Hubungan seperti ini bisa sangat melelahkan dan berisiko merusak citra diri pasangan.  

4. Cinta bertahan dalam kesabaran, obsesi gampang berubah jadi amarah

Ilustrasi berteriak (Pexels.com/Liza Summer)

Cinta sejati selalu mengutamakan kesabaran dan pengertian. Saat terjadi konflik, pasangan yang benar-benar saling mencintai akan berusaha menyelesaikannya dengan kepala dingin dan komunikasi yang baik. Mereka memahami bahwa dalam hubungan, pasti ada perbedaan dan tantangan yang harus dihadapi bersama. 

Sementara itu, obsesi sering kali membuat seseorang mudah marah dan kecewa jika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan. Mereka bisa menjadi sangat emosional, cemburu berlebihan, atau bahkan mengancam pasangan jika merasa tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Jika hubungan lebih sering dipenuhi drama, ledakan emosi, dan ancaman daripada rasa nyaman, mungkin itu bukan cinta, melainkan obsesi.  

Membedakan cinta dan obsesi memang gak gampang, apalagi kalau perasaanmu sudah begitu dalam. Tapi, penting untuk selalu mengevaluasi hubungan agar tetap sehat dan bikin bahagia. Yang perlu kamu ingat, cinta yang sejati akan membawa ketenangan, kebebasan, dan kebahagiaan. Sebaliknya, obsesi hanya akan membawa tekanan, kecemasan, dan rasa takut yang berlebihan. Jadi, kalau kamu merasa hubunganmu mulai terasa tidak sehat, jangan ragu untuk mengambil langkah yang tepat. Lebih baik kehilangan seseorang daripada kehilangan diri sendiri dalam hubungan yang salah, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Putri Rezekina
EditorPutri Rezekina
Follow Us