Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Kesalahan Menghadapi Pasangan yang Punya Trauma, Hindari!

ilustrasi menolak diajak bicara (freepik.com/Drazen Zigic)

Menjalin hubungan dengan seseorang yang memiliki riwayat trauma atau ketidakstabilan emosi bisa menjadi tantangan tersendiri. Dampak yang ditimbulkan oleh sisa emosi yang negatif dapat membuat hubungan berantakan jika tidak segera ditangani. Beberapa tanda hubungan mungkin terpengaruh oleh luka emosional pasangan, seperti sering mengalami konflik, mengisolasi diri, perasaan putus asa dan tidak berdaya dalam hubungan, menghindari keintiman emosional dan fisik, dan lainnya. 

Tentu saja, siapa pun yang mencintai pasangan akan rela memperbaiki masalah jika pasangan memiliki riwayat trauma. Namun, sering kali kita membuat kesalahan saat menghadapinya, baik kesalahan itu disengaja maupun tidak. Sangat penting untuk menyadari kesalahan-kesalahan berikut ini agar kita dapat menghindari kerusakan hubungan dan membantu pasangan pulih dari trauma mereka. 

1. Mengabaikan atau meremehkan trauma

ilustrasi mengabaikan pasangan (pexels.com/Timur Weber)

Mengabaikan atau meremehkan trauma adalah kesalahan serius yang harus dihindari saat mendukung pasangan yang mengalami luka masa lalu. Contohnya, ketika kita menganggap remeh reaksi emosional pasangan, berpikir bahwa "itu sudah lama" atau "tidak seharusnya memengaruhi mereka seperti itu." Meremehkan perasaan pasangan seperti ini dapat menambah luka mereka dan merusak hubungan.

Solusi untuk masalah ini adalah memahami bagaimana trauma memengaruhi individu secara psikologis dan emosional. Luangkan waktu untuk mendengarkan pasangan dengan penuh perhatian, tanpa menghakimi, atau melarang mereka meluapkan perasaan. Alangkah baik jika kita bertanya bagaimana perasaan mereka dan apa yang mereka butuhkan dari kita. 

2. Merasa bertanggung jawab untuk menyembuhkan luka pasangan

ilustrasi menjaga pasangan (freepik.com/jcomp)

Melihat pasangan terpuruk mungkin membuat kita merasa bertanggung jawab untuk memperbaiki masalah dan menyembuhkan luka batin mereka. Namun, ketahui bahwa ada perbedaan antara memahami dan merasa bertanggung jawab atas masalah mereka. Alih-alih menjadi penyelamat, hal ini justru meningkatkan ketergantungan pasangan kepada kita.

Selain itu, ini dapat menyebabkan beban fisik dan emosional bagi diri sendiri. Oleh karena itu, cobalah untuk mendukung mereka, bukan bertanggung jawab sepenuhnya atas masalah mereka. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk membantu pasangan, seperti memberikan dukungan emosional, mendengarkan secara aktif, dan mencarikan bantuan profesional. 

3. Mengabaikan diri sendiri

ilustrasi frustrasi (pexels.com/Andrew neel)

Tuntutan untuk menjaga pasangan yang mengalami trauma bisa jadi berat. Semua perhatian dan energi kita berikan untuk pasangan sehingga lupa menjaga kewarasan diri sendiri. Kita mungkin merasa perhatian tersebut adalah wujud cinta dan dukungan, tetapi ini dapat mengakibatkan kelelahan, stres, dan pengorbanan yang tidak sehat dalam hubungan. 

Solusinya adalah menemukan keseimbangan antara memberikan dukungan dan menjaga diri sendiri. Ingatlah kalau kita juga memiliki kebutuhan emosional, fisik, dan mental yang perlu dipenuhi. Oleh karena itu, luangkan waktu untuk merawat diri dan minta bantuan dari orang terdekat untuk menjaga pasangan. 

4. Jangan berputar pada masalah trauma saja

ilustrasi pasangan travelling (freepik.com/freepik)

Berinteraksi dengan pasangan yang memiliki trauma bagaikan berjalan di atas telur mentah, mungkin itu yang kita pikirkan. Kita berasumsi bahwa apa saja yang kita katakan dapat memicu emosi negatif dari pasangan. Kenyataannya, terlalu berhati-hati akan mengurangi ruang kenyamanan. 

Selain itu, semua interaksi hanya berputar pada pengalaman traumatis ketika satu atau kedua pihak terlalu fokus pada trauma. Walaupun penting untuk mendukung pasangan, sebaiknya kita juga menjaga aspek lain dalam hubungan, seperti kebahagiaan bersama dan rencana masa depan. Lakukan kegiatan yang tidak berkaitan dengan trauma, bicarakan impian dan tujuan, serta ciptakan momen-momen kebahagiaan bersama. Ini akan membuat hubungan tidak hanya berpusat pada masa lalu yang sulit, tetapi juga pada masa depan yang cerah. 

Dalam perjalanan mendukung pasangan lepas dari trauma, kita sebaiknya berusaha untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut. Melalui pemahaman, kesabaran, dan komunikasi yang baik, kita dapat membantu pasangan pulih tanpa mengorbankan diri sendiri atau merusak hubungan. Yang paling penting, kita harus mengingat bahwa cinta dan dukungan yang tulus tidak selalu bisa memperbaiki luka, tetapi dapat menjadi pilar kuat dalam proses pemulihan mereka. Jadi, tetap dukung pasanganmu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us