5 Alasan Kepercayaan Diri Perlu Waktu untuk Pulih Pasca Putus

Putus sudah menjadi keputusan bersama antara kamu dengan pacar. Bahkan mungkin dirimu yang pertama mencetuskan keinginan tersebut. Tapi setelah hubungan berakhir tidak berarti perasaanmu akan sangat baik karena terbebas dari hubungan yang tidak membuatmu bahagia.
Dua minggu pertama selepas putus bisa menjadi hari-hari terburuk untukmu. Kamu tidak menyesali perpisahan itu, tetapi kepercayaan dirimu terasa anjlok. Pandanganmu terhadap diri sendiri serba negatif. Kamu juga ragu untuk bersosialisasi dengan orang-orang terdekat.
Paling nyaman buatmu ialah mengurung diri di kamar. Kamu mempertanyakan banyak hal tentang diri serta kehidupanmu selanjutnya dan gak menemukan jawaban yang memuaskan. Hal ini wajar terjadi, kok, sebab pasca putus pasti ada duka yang harus diproses dan itu butuh waktu. Berikut ini alasan kepercayaan diri perlu waktu untuk pulih dan hal itu wajar, kok!
1. Banyaknya kritik dari mantan memengaruhi persepsi diri

Sebaik apa pun proses putus kalian pasti ada masalah yang serius. Kalian sudah bertengkar berkali-kali dan di setiapnya saling melontarkan kritik keras. Kekurangan-kekuranganmu dikuliti tanpa ampun oleh pacar. Pada saat pertengkaran itu terjadi, kamu memang serta-merta melawannya dengan kritik serupa.
Semua serangannya terhadap pribadimu langsung dimentahkan kembali olehmu. Namun, ini bukan berarti peluru-peluru kritik itu tidak mengenaimu. Dirimu tetap gak bisa berpura-pura tak mendengar setiap kritik pedas tersebut. Selepas putus, semua itu terus mengiang kembali.
Tanpa sadar, kamu mulai melabeli diri sesuai dengan tudingan negatifnya padamu. Seperti dirimu yang dinilainya terlalu keras kepala, suka menuntut, gak pengertian, dan sebagainya. Segala kritik yang tempo hari dilawan dengan keras kini malah membentuk persepsimu terhadap diri.
2. Biasa apa-apa bersamanya

Makin dekat ketergantungan di antara kalian, kamu bisa merasa seperti layangan putus selepas gak lagi bersamanya. Ada yang hilang dari hari-harimu. Meski dirimu menginginkan berakhirnya hubungan tersebut, tetap perlu waktu buat kamu kembali menyesuaikan diri dengan kesendirian.
Secara logika, kamu tahu tidak ada yang salah dari menjadi jomlo lagi. Akan tetapi, secara perasaan tetap terasa serba gak nyaman. Ada ketakutan yang tak bisa diingkari kalau-kalau orang memandangmu berbeda ketika dirimu gak lagi bersama pacar.
Jalan sendiri ke berbagai tempat yang pernah didatangi bersama dengannya bakal membangkitkan kenangan yang membuatmu merasa hampa, malu, bahkan menimbulkan trauma. Bahkan bila itu hanya supermarket tempat kamu biasa menemaninya berbelanja. Sebelum kepercayaan dirimu sebagai individu yang bebas pulih, kamu mungkin menghindari semua hal yang mengingatkanmu pada kebersamaan kalian.
3. Hubungan yang pernah begitu diyakini, rupanya bisa berantakan

Hancurnya keyakinanmu terkait apa pun bakal amat memengaruhi cara pandangmu mengenai hari ini dan masa depan. Dahulu dirimu begitu yakin dengan hubunganmu bersama pacar. Terbayang jelas dalam benakmu bahwa pacarmu akan sekaligus menjadi jodoh sejatimu.
Kenyataannya, hubungan tersebut kandas juga. Kamu merasa salah dalam memercayai sesuatu dan tak punya alasan untuk dapat memercayai hal-hal lainnya. Termasuk, masa depanmu sebagai pribadi. Pikirmu, siapa yang tahu mengenai apa yang bakal terjadi?
Jangan-jangan keyakinan apa pun akan bernasib sama dengan hubungan cintamu. Semua yang dipercayai malah berakhir dengan kekacauan. Kamu kehilangan kepercayaan diri untuk merencanakan dan mengharapkan segalanya semata-mata karena takut mengalami kekecewaan lagi.
4. Tidak mudah menjawab pertanyaan orang-orang

Kepercayaan dirimu juga dipengaruhi oleh kecemasan dalam menghadapi berbagai pertanyaan. Orang-orang yang mengetahui hubungan asmaramu pasti akan bertanya, kenapa sekarang pacarmu tak pernah terlihat lagi? Jika dirimu menjawab dengan jujur bahwa kalian sudah putus, pertanyaan bukannya berhenti sampai di situ justru tambah banyak.
Hampir semuanya menanyakan alasannya sehingga kamu seperti sedang menggelar siaran ulang yang berisi penjelasan. Seolah-olah kamu wajib memberitahukan segalanya pada mereka dan ini membuatmu kurang nyaman. Masih mending apabila mereka lantas bersimpati.
Tapi pasti ada pula respons yang cenderung menghakimi keputusan kalian. Seperti menyayangkannya dan berkata seharusnya kalian dapat mempertahankan hubungan dengan begini dan begitu. Mereka bersikap sok tahu akan berbagai masalahmu dengan mantan. Selama kecemasan menghadapi pertanyaan masih tinggi, kepercayaan dirimu juga sulit terbangun.
5. Perlu kembali menentukan prioritas hidup

Prioritasmu dalam beberapa tahun terakhir barangkali berpusat pada hubungan. Terlebih kalian telah mantap membawanya ke jenjang yang lebih serius. Maka saat hubungan berakhir, prioritas hidupmu menjadi berantakan.
Kacaunya prioritas hidup seolah-olah mengubah posisimu dari berada di jalan yang lurus menjadi tahu-tahu ada di persimpangan. Dirimu mesti berhenti dan berpikir dulu mengenai apa yang hendak dilakukan sekarang. Tidak tahu apa yang kudu diutamakan bikin semua hal terasa salah untuk dilakukan.
Gak mudah mengganti prioritas hidup yang selama ini dianggap begitu penting. Meski di daftarmu ada prioritas kedua, ketiga, dan seterusnya boleh jadi semuanya masih berhubungan dengan prioritas pertama. Contohnya, prioritas pertamamu kemarin adalah menikah, kemudian membeli rumah, dan merencanakan momongan. Dengan berakhirnya hubungan kalian, tiga prioritas yang selama ini mengarahkan setiap usahamu berantakan dalam sekejap. Orang dewasa tidak bisa merasa percaya diri dalam menjalani hidupnya bila tak memiliki prioritas.
Kabar baiknya, perlahan-lahan kepercayaan dirimu akan pulih. Kamu gak selamanya berada dalam perasaan yang serba tidak nyaman baik terhadap diri sendiri maupun ketika berinteraksi dengan orang lain setelah putus. Bangun kepercayaan diri dengan mengatakan hal-hal yang positif mengenai diri serta masa depanmu. Nah, sekarang sudah tahu, kan, alasan kepercayaan diri perlu waktu untuk pulih? Kini, kamu tak perlu terburu-buru move on, tata hati dan pikiranmu agar masa depan bisa direncanakan lebih baik, yuk.



















