Agaknya, tak heran mengapa orang-orang berasumsi bahwa hubungan jarak jauh itu rentan kandas. Pasalnya, sumbangsih jarak memang krusial dalam upaya mempertahankan relasi tersebut.
Beragam polemik nyatanya memang terlahir dari bentangan kilometer itu. Misalnya saja hal-hal berikut yang kerap memicu hubungan jadi berantakan, bahkan sarat drama.
Saling cakap di ujung telepon ataupun video call memang tak akan bisa mengalahkan betapa dalamnya momen saat bertatap muka langsung. Lalu muncul lah kebosanan lantaran topik yang dibahas cenderung monoton. Bahkan, kalian kadang malah kehabisan bahan obrolan. Perlahan, hubungan pun mulai hambar, lalu semakin renggang karena hilang antusias.
Nah, pastikan untuk tetap menjaga komunikasi walau hanya sekadar celotehan receh. Jangan dianggap sepele, ya.
Intensitas komunikasi yang tak dijaga apik akan berpengaruh pada respon diri terhadap pasangan. Lebih lanjut, antusiasme yang semakin menurun menyebabkan sikap yang mulai acuh pada hidup pasangan.
Akhirnya, kalian saling merasa asing satu sama lain sebab terlalu lalai melewatkan momen-momen epik dalam hidup masing-masing di seberang sana. Pantas saja, cinta itu malah luntur perlahan.
Namun, jangan cepat menyerah. Ketika merasa hubungan mulai layu, maka pupuklah kembali supaya subur lagi. Perbaharui cinta lama, bukannya mencari cinta yang baru.
Pada dasarnya, hubungan jarak jauh itu menuntut komitmen yang teguh. Menjaga hati itu bukan perkara remeh, apalagi jika ternyata muncul pula sosok yang sekiranya malah membuat hati gamang. Di sanalah letak kesetiaan diuji, itulah mengapa pejuang jarak itu adalah mereka yang tangguh.
Secara alamiah, merasa bergetar dengan sikap sosok baru tersebut masih dapat ditoleransi. Tapi, jangan sampai keterusan. Jangan mudah baper, kendalikan egomu dengan bijak.
Beragam hal terjadi selama menjalani hubungan jarak jauh, termasuk dilema-dilema yang menyurutkan niat untuk tetap bertahan. Akan ada saja pikiran-pikiran negatif yang berdampak dekstruktif terhadap hubungan.
Contoh, meragukan kelanjutan hubungan, merasa tak lagi cinta dengan pasangan, menaruh curiga berlebihan terhadap kedekatan pasangan dengan lawan jenis di sana, dan lain sebagainya.
Nah, jangan biarkan dirimu larut dalam racun tersebut. Tangkislah dengan berani. Pejuang jarak itu memang harus berhati tegar dan berpikiran yang tetap segar, lho.
Selain faktor internal di atas, lingkungan sekitar rupanya juga turut andil dalam perjalanan LDR. Pasalnya, celotehan orang-orang di sekitarmu pasti sempat meragukan hubungan kalian. Mulai dari dicomblangkan dengan orang lain, diisukan si dia tengah selingkuh, hingga mungkin aktivitas seru bersama mereka malah membuatmu lupa kalau pasanganmu di sana sedang menanti kabarmu.
Tuh, kontrol dirimu dengan baik. Jangan mudah goyah, ini ceritamu, bukan ranah mereka. Jangan biarkan mereka masuk terlalu lancang ke dalam privasimu, guys.
Nah, cobalah untuk lebih tenang dalam menyikapi ragam polemik ala LDR, ya. Jangan lekas terbawa perasaan, logikanlah juga. Hargai juga pasanganmu di sana yang bertahan mati-matian, jangan bertindak sesukamu sendiri. Ingatlah, hubungan itu soal kita, bukan aku-kamu. Semoga LDR kalian langgeng, deh!