Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Menjelaskan kepada Pasangan Alasan Belum Siap Menikah

ilustrasi pasangan yang menjalin hubungan asmara (unsplash.com/Kristina Litvjak)

Dinamika hubungan asmara di kalangan pasangan pasti berbeda satu dengan yang lain. Ada pasangan yang putus sambung, tetapi berakhir di pelaminan. Namun ada pula pasangan yang hubungannya terbilang cukup harmonis dan berpacaran lebih dari tiga tahun, tetapi belum ada tanda-tanda akan naik status ke pertunangan atau pernikahan.

Pasangan yang berada di situasi kedua barangkali mengalami fase dimana salah satu pihak ingin segera menikah, tetapi pihak yang lain belum siap. Untuk kalian yang berada di posisi belum siap untuk menikah bagaimana cara mengutarakan hal ini dengan bijaksana? Simak tipsnya di sini.

1. Memilih waktu yang tepat untuk membahas dengan pasangan

ilustrasi pasangan yang sedang membahas topik penting (unsplash.com/Yolanda Suen)

Komunikasi dua arah menjadi langkah utama untuk membahas topik pernikahan dengan pasangan. Kamu dan pasangan dapat memilih waktu yang tepat untuk membicarakan masa depan hubungan.

Perlu diingat saat membahas atau memulai percakapan, gunakanlah bahasa yang baik dan nada bicara yang netral agar pasangan tidak tersinggung. Dilansir VeryWellMind, percakapan yang jujur dan terbuka disertai dengan sikap hormat, perhatian, dan tenang sangat penting saat berdiskusi tentang topik pernikahan.

2. Menggunakan teknik "sandwich" saat menjelaskan alasan

ilustrasi pasangan yang sedang membahas topik pernikahan (pexels.com/Katerina Holmes)

Selain menggunakan bahasa yang baik dan nada bicara yang netral, kamu dapat menerapkan teknik "sandwich" yang dianjurkan oleh Dokter Jenn Mann, seorang psikoterapis di Amerika Serikat.

Melalui wawancaranya dengan WeddingWire,  Dokter Jenn Mann menjelaskan cara teknik "sandwich", yaitu dengan memulai hal yang positif, lalu membicarakan bagian terpenting dan kemudian menutupnya dengan sesuatu yang positif lagi

Ilustrasi penerapan teknik "sandwich" kurang lebih seperti ini:

"Aku benar-benar tulus mencintaimu dan menikmati segala waktu yang kita lalui bersama. Aku sangat serius dalam menjalani hubungan asmara ini. Namun, untuk saat ini aku belum siap untuk membicarakan mengenai masalah pertunangan ataupun pernikahan. Ini bukan salahmu, tetapi aku perlu menyelesaikan hal-hal pribadi. Jangan khawatir karena sekarang aku sedang mensortirnya. Aku sedang dalam proses pindah ke tempat kerja yang baru sehingga aku memerlukan konsentrasi."

Dengan metode ini, kamu secara tidak langsung menyiratkan kepada pasangan bahwa kamu sangat peduli dan masih ingin tetap bersama dirinya. Hanya saja ada hal-hal lain yang harus diselesaikan secara pribadi.

3. Jangan mengumbar janji yang kamu tidak yakin dapat menepatinya

ilustrasi seorang perempuan yang merasa kecewa terhadap pasangannya (pexels.com/RODNAE Productions)

Berkaitan dengan poin-poin sebelumnya, sebaiknya hindari pengucapan janji yang kamu sendiri tidak yakin bisa menepatinya. Contohnya, menjanjikan akan melamar di hadapan orangtua dalam waktu enam bulan dari sekarang padahal kamu tidak yakin bisa melakukannya. Mengucapkan sesuatu dan tidak bisa menepatinya akan menyebabkan pasangan kecewa.

Selain menimbulkan rasa kekecewaan, rasa percaya yang dimiliki oleh pasangan terhadapmu juga berkurang atau hilang. Dilansir Marriage, salah satu konsekuensi dari tidak menepati janji di hubungan asmara adalah rasa kepercayaan yang menurun. Ketika salah satu pihak tidak percaya lagi terhadap pasangannya maka hubungan tersebut dapat bermasalah.

4. Intropeksi diri, cari tahu apa penyebab kamu ragu untuk menikah

ilustrasi seorang laki-laki melakukan konsultasi dengan psikolog (unsplash.com/ LinkedIn Sales Solutions)

Mencari tahu penyebab takut atau ragu-ragu untuk menikah akan membantumu untuk melangkah dan mempertahankan hubungan asmara yang sudah kamu lalui beberapa waktu dengan pasangan. Langkah termudah yang dapat dilakukan adalah dengan menulis hal-hal yang membuatmu takut atau ragu untuk menikah.

Kamu juga dapat menulis hal-hal yang ingin kamu raih tapi belum terlaksana. Misalnya, meskipun sudah bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri tetapi kamu masih ingin melanjutkan studi S2. Kamu takut studi program ini akan terhambat bila kamu menikah sekarang. Setelah kamu menganalisa diri sendiri dan mencatatnya di buku/jurnal, kamu dapat membahas dengan pasangan untuk mencari jalan tengah.

Akan tetapi, bila hal-hal yang menyebabkan kamu merasa takut untuk menikah ada hubungannya dengan trauma atau kondisi kesehatan mental tertentu, sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog. Untuk hal ini sebaiknya kamu berbicara jujur terhadap pasangan untuk menghindari kesalahpahaman.

5. Mempersiapkan diri untuk skenario terburuk

ilustrasi pasangan yang berpisah karena tidak mencapai kesepakatan (pexels.com/Julia Larson)

Perpisahan dapat terjadi bila kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan atau mungkin salah satu pihak tidak bersedia untuk menunggu. Namun, hal ini jangan lantas membuat dirimu ragu-ragu untuk mengungkapkan pendapat karena pernikahan bukanlah hal yang dapat diremehkan.

Mengutip Good Therapy, lebih baik mengakhiri hubungan sekarang daripada memaksakan hubungan asmara ke arah pernikahan. Rasa sedih tentu ada tetapi setidaknya kamu sudah berusaha semaksimal mungkin. Dilansir VeryWellMind, kamu dapat memfokuskan diri ke masa depan yang lebih baik daripada terlarut di dalam kesedihan.

Komunikasi yang baik disertai dengan sikap jujur dan saling menghormati menjadi awal yang baik bagi pasangan untuk membahas kelanjutan hubungan asmara. Tidak perlu merasa malu atau takut saat mengungkapkan alasan belum siap untuk bertunangan atau menikah. Pasangan juga dapat berkonsultasi dengan psikolog atau konselor pernikahan untuk memperoleh bimbingan atau pengarahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Maria Sutrisno
EditorMaria Sutrisno
Follow Us