Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Ciri Komunikasi Pasangan yang Sehat, Nyaman Tanpa Saling Curiga

pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/William Fortunato)
Intinya sih...
  • Tidak memenangkan satu gender, melainkan menjunjung kesetaraan
  • Kesibukan bukan pembenaran untuk macetnya komunikasi
  • Saling melembutkan suara
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Komunikasi memegang peran penting dalam hubunganmu dengan pasangan. Banyak sekali hubungan suami istri berantakan sampai berakhir karena masalah komunikasi. Hindari terlalu memercayakan masa depan kebersamaan kalian pada ikatan sah perkawinan saja.

Seakan-akan hanya karena kalian telah resmi menjadi suami istri, maka tidak akan bisa dipisahkan selain oleh maut. Janji kalian ketika menikah memang begitu. Saling setia sampai napas terakhir. Namun, komunikasi yang tidak dijaga dapat mengakhirinya lebih cepat.

Komunikasi yang dibutuhkan bukan sekadar bicara atau menyapa. Enam ciri komunikasi yang sehat antara suami istri di bawah ini wajib ada dalam rumah tanggamu. Kalau masih banyak kekurangan dalam cara komunikasi kalian, lekaslah memperbaikinya sebelum terlambat.

1. Tidak memenangkan satu gender, melainkan menjunjung kesetaraan

pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Contoh komunikasi yang tidak baik ialah hanya mementingkan salah satu jenis kelamin. Seperti ucapan suami harus selalu dipatuhi dan disetujui oleh istri. Padahal, suami sebaik apa pun tidak lebih dari manusia biasa.

Dia bisa salah, kurang bijak, bahkan sebenarnya juga bingung dengan situasi yang dihadapi. Dalam komunikasi pasutri yang sehat, istri pun memiliki hak bicara dan didengar. Sebaliknya, suami wajib menyimak serta bukan menyepelekan pendapat istri.

Istri juga demikian, tidak boleh merasa bebas mengomeli suaminya dengan alasan itu bagian dari kodrat perempuan. Suami sesabar apa pun bisa capek kalau terus diomeli karena hal-hal sepele. Sadari bahwa kalian sama-sama manusia yang setara.

2. Kesibukan bukan pembenaran untuk macetnya komunikasi

pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/Ivan Samkov)

Sibuk kerap menjadi alasan pasangan makin jarang bercakap-cakap. Bahkan ketika mereka sama-sama ada di rumah. Masing-masing merasa sudah lelah. Tidak berbicara dengan pasangan dan langsung tidur dianggap hal yang wajar.

Bahkan itu dipandang sebagai kebutuhan yang tak bisa ditunda. Bila komunikasi face to face saja makin jarang, apalagi via telepon atau chat ketika berjauhan. Beberapa orang sampai tidak tahu pasangannya sedang apa, di mana, dengan siapa, serta kapan kira-kira hendak pulang.

Model komunikasi yang kacau balau seperti di atas tidak boleh diikuti. Sesibuk apa pun kamu dan pasangan, komunikasi harus tetap nomor satu. Kalian sudah sama-sama lelah pun masih bisa mengobrol sambil rebahan di kamar kalau mau. Membalas chat dan bertelepon 1 atau 2 menit juga cukup.

3. Saling melembutkan suara

pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Saling melembutkan suara tidak bermakna suami istri dilarang bercanda sampai tertawa keras. Malah itu sangat dianjurkan untuk membentuk keluarga yang harmonis, hangat, serta penuh kebahagiaan. Maksudnya ialah kalian tidak saling membentak.

Ada pasangan suami istri yang gaya komunikasinya sehari-hari seperti orang bertengkar hebat. Kata-kata dilontarkan dengan nada tinggi seolah-olah memarahi. Kata yang dipilih juga kasar.

Cara komunikasi seperti di atas tentu menimbulkan luka di batin masing-masing. Satu pihak merasa tertekan dan pihak lain merasa makin dominan. Lembutkan suaramu maupun pasangan. Lebih dari sekadar pesan tersampaikan dengan baik, nada suara yang rendah juga menunjukkan kasih sayang.

4. Jujur serta terbuka tanpa perlu diminta

pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/Suriyo Munkaew)

Nasib rumah tanggamu bisa di ujung tanduk kalau salah satu atau justru kalian berdua mulai suka menyembunyikan berbagai hal. Kejujuran tidak lagi ada. Sikap jujur malah digantikan dengan dalih.

Seperti jika pasangan tidak bertanya, artinya kamu tak perlu membicarakannya. Begitu juga dengan pasanganmu. Sekadar diam dinilai gak sama dengan sengaja membohongi. Bahkan ada prinsip tidak apa-apa berbohong daripada kalian ribut.

Komunikasi pasangan yang sehat tak seperti di atas. Kejujuran dan keterbukaan tetap dijunjung tinggi walaupun gak semuanya menyenangkan buat didengar. Kalian lebih fokus sama-sama mengantisipasi akibat buruk dari bermain kucing-kucingan.

5. Saling percaya dengan apa yang dikatakan pasangan

pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/Blue Bird)

Rasa saling percaya amat erat kaitannya dengan poin sebelumnya. Kalau kamu dan pasangan abai akan kejujuran dan keterbukaan tentu bukannya saling percaya, kalian malah saling curiga. Bangun dulu kebiasaan transparan pada pasangan sendiri.

Otomatis rasa percaya bakal tumbuh. Setelah kalian saling percaya juga harus terus merawatnya. Sekali saja terjadi kebohongan pasti pihak yang dibohongi menjadi lebih waspada di masa depan.

Selama pasangan tidak ada indikasi berbuat gak jujur, kamu jangan mencari-cari alasan buat mencurigainya. Seperti dengan sedikit-sedikit dirimu meminta konfirmasi dari teman-temannya. Itu bikin pasanganmu malu. Begitu juga dia wajib memercayai kamu. Bukan malah orang lain lebih dipercaya.

6. Langsung tanpa perantara

pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/Vlada Karpovich)

Contoh komunikasi dengan perantara, kalian memakai jasa ART. Pasangan sudah berangkat duluan ke kantor. Kamu berpesan pada ART untuk menyampaikan pesan buat pasanganmu bila nanti dia pulang.

Ini mungkin terdengar wajar karena asisten rumah tangga gak ke mana-mana. Namun, justru ini bentuk dari komunikasi yang mulai tidak sehat. Dirimu kan, punya nomor telepon pasangan. Kenapa kamu tidak menelepon atau berkirim pesan saja?

Pesan akan diterima pasangan dengan lebih jelas. Kalau kebiasaan titip bilangin ke pasangan terus berlanjut, kalian bakal tambah jarang bicara satu sama lain. Pun orang yang menjadi perantara tahu banyak mengenai urusan kalian.

Seandainya hingga hari ini komunikasi antara kamu dengan pasangan kurang baik, jangan sedih. Kalian masih bisa menyelamatkan hubungan dengan memperbaiki gaya komunikasi. Ajak pasanganmu membaca artikel ini dan bareng-bareng berkomitmen menciptakan komunikasi yang lebih sehat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

8 Ide Hairstyle ala Hana Malasan, Bisa buat Daily sampai Formal Look

10 Nov 2025, 20:03 WIBLife