Surabaya, IDN Times - Bu Elfira membagikan kisah inspiratifnya sebagai perempuan driver Grabcar ketika ditemui pada Senin (25/11). Ibu satu anak yang berusia 49 tahun ini mulai menjadi driver transportasi daring sejak Mei 2019 di daerah sekitar Surabaya.
Ia menggantikan posisi suaminya yang tidak bisa bekerja lagi karena sakit. Ini sedikit cerita dari Bu Elfira yang membuatnya jadi sosok tak kenal lelah dan tangguh dalam menjalani kehidupan.
Pekerjaan sebagai driver Grabcar ditekuni Bu Elfira selama 6 bulan ini untuk menggantikan suaminya yang tengah sakit stroke. Dulunya Bu Elfira adalah ibu rumah tangga, lalu setelah kondisi keuangan mulai tidak stabil beliau memutuskan menjadi driver transportasi daring. Padahal saat itu Bu Elfira belum memiliki pengalaman kerja sama sekali.
"Butuh uang, karena suami lagi sakit dan kena stroke jadi badannya lumpuh separuh. Lalu saya terpikir untuk gimana caranya saya bisa bekerja. Saya kan juga ada tanggungan selain karena suami, yaitu seorang anak SMA kelas 1 dan ibu saya. Jadi ada 3 nyawa ada di pundak saya," ujar Bu Elfira.
Wilayah Surabaya menjadi cakupan lahan mata pencaharian Bu Elfira saat bertugas. Namun pernah suatu ketika beliau mendapat customer yang ingin long trip. Saat itu sampai menuju ke arah Malang di daerah Pandaan, Taman Dayu, yang masih naik lagi hingga melewati gunung.
Ketika ditanya tentang kendala dengan customer, beliau menjelaskan "Fine fine aja mbak, bagaimana pun customer, kita tetep harus baik karena hasil kita didapat dari customer. Jadi harus tetap senyum dan ramah tanpa emosi," tambahnya. Bu Elfira juga pernah ke arah Gresik di waktu malam setelah maghrib, kemudian juga pernah sampai jam 8 malam ke daerah Citraland. Kebetulan karena rumahnya dekat daerah situ sehingga lebih dekat kalau pulang.
Di tengah pelayanan untuk customer, Bu Elfira selalu menyempatkan pulang ke rumah untuk merawat suami sekaligus istrinya. "Saya mulai online mulai pagi hari habis salat subuh jam 5. Biasanya dapat customer mulai jam 6 pagi terus ambil sampai jam 6 sore. Kalau pas jam makan siang, saya balik ke rumah untuk rawat suami dan ibu saya yang usianya sudah 70 tahun. Saya nyiapin makan siang sama obatnya. Jadi saya usahakan untuk pulang ke rumah," tambah Bu Elfira.
Setelah memutuskan menjadi driver, awalnya keluarga cukup berat. Namun Bu Elfira memberikan pengertian, mulai dari suami dan anak. Kemudian lama-lama keluarga besar semua mendukung. Selama ini gak ada pandangan negatif dari orang lain, beliau punya support system yang bagus.
Namun pengalaman suami sakit untuk pertama kali ini memang membuat cukup terkejut bagi semua anggota keluarga, karena selama ini hanya suami beliau yang bekerja. "Gak ada yang lebih terpuruk dari saat saya tahu ketika suami saya sakit. Karena gak ada yang pengin belahan jiwanya sakit ya mbak. Saya biasanya kalau cerita atau konsul sama suami tapi sekarang sudah gak bisa. Suami saya dulu marketing perusahaan swasta terus sudah pensiun kemudian sakit, jadi saya ga siap sebenarnya. Tapi saya jalani saja sekarang dengan tegar dan semangat", ujar Bu Elfira.
Ketangguhan Bu Elfira menjadi tulang punggung keluarga patut diacungi jempol. Beliau berpesan buat para generasi sekarang untuk jangan pernah putus asa, mau terus belajar, dan harus punya keteguhan maka akan sukses. Hal yang paling penting adalah kemauan. Saat ditanya perihal pengalaman yang gak terlupakan beliau berujar banyak.
Namun kebanyakan adalah saat mereka dapat driver perempuan mereka justru senang. "Mereka itu kayak surprise kalau dapat driver cewek, kayak baru pertama lihat gitu karena jarang. Banyak kok yang senang katanya wangi dan bersih mobilnya. Penumpang saya juga hampir 80 persen cewek," tambah Bu Elfira.
Bu Elfira sejak dahulu memang sudah bisa mengendarai mobil, bahkan menyetir adalah hobinya. Walau usianya 49 tahun namun "kerja itu butuh sesuai sama passion", tambahnya.
Selama menjalani profesinya sebagai driver, satu dua kali Bu Elfira pernah bertemu dengan penumpang yang berusaha menggoda dengan ucapan. Namun beliau punya cara-cara tertentu agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan berbahaya.
"Macem-macem sih kalau karakter penumpang. Tapi selama bisa profesional dan menjalankan kode etik maka tetep bisa terhindar dari hal negatif. Kalau yang godain ada ya tapi gak apa-apa, asal gak terjadi pelecehan. Jangan diberi celah, alihkan saja pembicaraannya. Saya terbiasa memberi komunikasi dengan baik, itu yang saya lakukan. Mau melayani dengan hati juga. Kalau tetap percaya diri dan mengalihkan ke pembicaraan yang positif, ya mereka tetap sopan," tambah Bu Elfira.
Semangat dan dedikasi Bu Elfira untuk keluarga bisa jadi panutan. Semoga kisah tadi bisa menjadikanmu lebih ikhlas menjalani profesi apa pun yang tengah kamu emban.