Cerita Ritchie Putri Pulih dari Penyakit Pencernaan Lewat Yoga

Ketika ditanya bagaimana awal menekuni olahraga yoga, perempuan yang dahulu berprofesi sebagai Senior Art Director ini mengatakan jika yoga yang ia jalani bermula dari sakit GERD pada Februari 2017. Kala itu dalam lima bulan pertama sakit, ia bahkan bisa bolak balik UGD hingga berganti dokter. Sampai akhirnya, ada salah satu dokter yang menyarankannya buat mencoba olahraga yoga.

"Saat itu aku juga jaga pola makan, aku mengubah isi dapur, aku yoga rutin. Nah itu yang bikin aku akhirnya recovery dari GERD. Cuma dalam waktu 2 bulan aku yoga, itu GERD sudah lebih baik banget, deh. GERD gak pernah muncul lagi," jelasnya.

Dalam proses pemulihan dari GERD dan keputusannya belajar yoga hingga sekarang berprofesi sebagai guru yoga, semua itu gak terlepas dari peran keluarga terutama suami. Ia menyadari bahwa dukungan dari orang terdekat sepenting itu dan sangat berpengaruh dalam proses pemulihan.

Perempuan yang juga ibu dari dua buah hati ini gak pernah mematok pada satu komunitas yoga yang sama ketika berlatih. Menurutnya, semakin banyak dirinya bergabung ke macam-macam komunitas, dari studio satu ke studio lain atau dari kelompok satu ke kelompok lain, maka makin banyak pula kesempatan belajar dan mengenal lebih banyak orang. 

"Jadi semakin banyak kita ketemu sama orang, kita makin tambah ilmu dan lebih bagus begitu. Yang diajarkan bervariasi karena yoga ada macam-macam. Ada ashtanga yoga, ada hatha, ada vinyasa, itu sudah beda lagi komunitasnya. Cuma sejauh ini, selama yoga aku lebih banyak di vinyasa karena aku Yoga Teacher Training lulusannya di vinyasa dan hatha," jelasnya. 

Saat ditanya perihal kesulitan mengajar selama online, ia mengatakan bila tantangannya justru ketika harus memberikan petunjuk verbal yang bisa dimengerti murid. Hal itu ia siasati dengan mengajar pelan-pelan pada waktu mendemonstrasikan gerakan.

"Tapi menurut aku dengan online membuat aku lebih mengerti murid, terus murid jadi jauh lebih bisa dapatkan body awareness mereka tanpa disentuh sama guru," ungkapnya.

Harus melewati penyakit GERD adalah titik terendahnya dalam menjalani hidup. Bahkan, ia sempat berpikir gak selamat lantaran mengalami berbagai gejala seperti pusing, jantung berdebar, susah berbicara dan tidur, sesak napas, halusinasi, hingga kecemasan.

"Si GERD ini separah itu mempengaruhi hormon kebahagiaan. Nah itu aku merasa titik terendah dalam hidup, terus aku menganggap habis ini gak bakalan bisa sembuh. Pencerahannya adalah pada saat aku yoga, gak tahu kenapa aku menemukan di yoga. Sampai saat ini, secinta itu sih sama yoga karena merasa itu yang menyelamatkan hidup aku," jelasnya.

Adanya GERD yang ia alami waktu itu justru mengajarkannya buat mengendalikan pola pikir. Menurutnya, apa pun yang ia lakukan dan yang terjadi pada keluarga maka harus dijalani terlebih dulu. Ia juga mengatakan buat gak perlu terlalu banyak ekspektasi berlebih terhadap suatu hal.

"Bermimpi boleh tapi usahakan kalau mimpi itu gak terpenuhi jangan terus jatuh. Kita punya mimpi-mimpi lain yang masih bisa kita buka, jadi jangan terpatok hanya dengan satu mimpi. Banyak pintu lain yang terbuka kalau misalnya kita gagal di satu pintu," terangnya lebih lanjut.

Selain ingin membagikan ilmu yoga, motivasi dalam mengajarnya selama ini adalah agar orang-orang terdekat yang ia kenal makin sehat dan sadar akan pentingnya kesehatan. Sebab, salah satu hal paling membahagiakan dalam hidupnya adalah justru saat dirinya bisa berbagi energi baik, terutama pada orang dengan GERD.

"Ini lho aku bisa sehat, aku bisa sembuh dari GERD karena yoga. Terlebih karena yoga menenangkan, melatih pernapasan, dan bisa memfokuskan pikiran. Selain itu, ada gerakan-gerakan yoga yang bisa membantu mengoptimalkan fungsi saluran cerna," tambahnya.

Saat ditanya pandangannya terhadap tantangan yang harus dihadapi perempuan, ia teringat awal berlatih mengajar yang harus menghadapi banyak orang di hadapan calon guru lain, memberi petunjuk, dan menjelaskan gerakan setiap bagian tubuh yang dirasa berat sekali. Ia bahkan sempat ragu ketika harus mengajar yoga karena pribadinya yang tertutup dan introvert. Namun menurutnya, perempuan harus berani menghadapi tantangan dan menantang dirinya buat jangan kalah dengan tantangan seperti ini.

"Justru semakin kita gak bisa, kita bisa memacu diri kita buat berani menghadapi tantangan itu", terang perempuan yang juga hobi berenang ini. 

Semenjak pulih dari GERD, ia belajar manajemen stres mulai dari mengatur waktu tidur, olahraga rutin setiap hari selama 30 menit, sampai menjaga pola makan. Walaupun sekarang sama-sama dihadapkan pada kegiatan yang lebih banyak dilakukan di rumah, menurutnya itu gak lantas membuat orang terus berdiam diri. 

"Kita bisa olahraga, betulkan pola makan, dan bisa masak. Jangan kerjanya pesan makanan terus yang junkfood, terus kan ada catering masakan sehat kalau gak sempat masak," terangnya saat ditanya tips sehat jiwa dan raga selama pandemik.

Dalam menghadapi tantangan ke depan, perempuan memiliki arena masing-masing untuk bisa survive dan mencapai tujuan. Ia menutup perbincangan dengan pesan untuk generasi muda sekarang yang kurang lebih bunyinya sebagai berikut:

"Dalam mengejar mimpi atau tujuan-tujuan.. - Just Go with the Flow- selama kita berusaha, konsisten, dan ikhlas pasti akan terbentuk 'pola' menuju ke sana," tutupnya.