“Studi pada hewan menunjukkan bahwa mengonsumsi TPO dalam dosis tinggi menyebabkan masalah kesuburan,” ujar Shyamali Singhal, MD, selaku ahli bedah onkologi bersertifikat di California, dikutip Allure.
Uni Eropa Resmi Melarang Kuteks Gel Mengandung TPO, Ini Alasannya!

- Trimethylbenzoyl Diphenylphosphine Oxide (TPO) adalah fotoinisiator dalam kuteks gel yang membantu mengering lebih cepat dan bertahan lama.
- Uni Eropa melarang TPO karena dianggap berbahaya bagi kesehatan reproduksi berdasarkan studi pada hewan, sementara AS masih membutuhkan studi lebih lanjut.
- Setiap negara memiliki standar regulasi bahan kimia yang berbeda, dengan Uni Eropa menggunakan pendekatan bahaya dan AS menggunakan pendekatan risiko dalam penilaian keamanan produk.
Hingga kini, kuteks gel masih menjadi pilihan favorit bagi para pencinta nail art. Selain memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik, kuteks gel juga cenderung lebih cepat kering dibandingkan cat kuku biasa. Kilau alami yang dihasilkan kuteks gel mampu membuat tampilan kuku tampak lebih bersinar dan elegan.
Namun pada 1 September 2025 lalu, masyarakat seluruh dunia dikejutkan dengan kabar bahwa Uni Eropa secara resmi melarang pemakaian kuteks gel mengandung TPO. Perlu diketahui, Trimethylbenzoyl Diphenylphosphine Oxide (TPO) merupakan bahan kimia yang sering ditemukan dalam gel nail polish.
Kandungan tersebut juga membantu kuteks gel lebih cepat kering saat berada di bawah lampu UV, karena sistem kerja bahan ini membentuk polimer aklirik hingga mengubahnya menjadi lapisan tipis pada kuku. Lantas, mengapa TPO kini tidak boleh lagi digunakan maupun diedarkan di Eropa? Yuk, ketahui bersama alasannya berikut ini!
1. Pengertian Trimethylbenzoyl Diphenylphosphine Oxide (TPO)

Dikutip NBC News, seorang dokter kulit bersertifikat, Dr. Jeffrey S. Fromowitz, mengatakan bahwa Trimethylbenzoyl Diphenylphosphine Oxide (TPO) adalah fotoinisiator alias sejenis molekul yang menyerap sinar UV dan menghasilkan semacam reaksi. Dalam cat kuku berbasis gel, kandungan ini bisa mengeras dan membentuk lapisan tipis pada kuku ketika diaktifkan oleh sinar UV.
Ahli kimia kosmetik, Kelly Dobos, dalam laman Allure, menambahkan bahwa TPO sering digunakan sebagai bahan campuran proses pembuatan kuteks gel karena memungkinkan produk tersebut mengering lebih cepat. Selain efisien, kandungan ini juga membuat kutek bertahan lebih lama, tidak mudah menguning ataupun mengelupas.
2. Mengapa Uni Eropa melarang zat kimia TPO dalam kuteks gel?

Eropa memang dikenal sangat ketat terhadap regulasi produk kecantikan. Sebelum pernyataan ini dilayangkan, Uni Eropa sempat memperbolehkan penggunaan dan penjualan produk kuteks gel mengandung TPO asal sudah memenuhi dosis yang ditentukan, yaitu dengan konsentrasi maksimum 5 persen.
Namun pada 1 September 2025 lalu, pihak Uni Eropa kemudian mengubah peraturannya dengan melarang zat kimia TPO dalam produk kuteks gel karena diyakini bahan ini termasuk kategori karsinogenik, mutagenik, atau toksik bagi sistem reproduksi. Larangan ini bermula ketika pihak Uni Eropa menemukan fakta baru dalam studi pemberian pakan hewan.
Studi terkait pemberian pakan pada hewan dilakukan pada tikus, di mana tikus-tikus tersebut secara berulang menerima TPO dalam dosis tinggi, jauh melebihi jumlah yang mungkin terpapar melalui kuteks gel. Akibatnya, tikus-tikus itu mengalami masalah kesuburan dan kesehatan pada sistem reproduksi.
Dengan kata lain, Uni Eropa menganggap TPO sebagai zat berbahaya didasari penelitian terhadap hewan yang mengonsumsi bahan tersebut dalam jumlah banyak. Selain itu, Julian Sass, seorang ilmuwan kosmetik, dikutip PBS, menyebutkan bahwa paparan tersebut sungguh berbeda dari apa yang terjadi di dunia nyata ketika manusia mengoleskan kutek gel pada kuku mereka.
“Secara realistis, manusia tidak menelan bahan kimia saat memakai cat kuku, bahkan ketika tidak disengaja,” imbuh Michelle Wong, PhD, ahli kimia dan komunikator sains di Lab Muffin Beauty Science, dilansir PBS.
3. Setiap negara memiliki standar regulasi bahan kimia yang berbeda

Sass meyakini aturan mengenai larangan TPO di Eropa terjadi lantaran struktur standar yang diberlakukan oleh Uni Eropa sendiri. Menurut Sass, Uni Eropa cenderung mengambil pendekatan berbasis bahaya (Hazard-based method) dalam studi mereka.
Artinya, ketika menilai keamanan suatu produk, mereka hanya berfokus pada sifat bawaan zat, apakah berbahaya atau tidak tanpa mempertimbangkan bagaimana zat itu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Alhasil, meskipun di dunia nyata paparan bahaya TPO dalam proses manikur tergolong minim atau tidak sama sekali, zat tersebut kemungkinan besar tetap dilarang.
“Berbeda dengan metode berbasis risiko. Untuk membantu regulator memutuskan apakah suatu produk benar-benar berbahaya, mereka tidak hanya berfokus pada sifat bahan itu sendiri, melainkan juga menilai seberapa besar pengaruhnya terhadap manusia dan risiko apa saja yang akan terjadi jika digunakan. Alhasil, meskipun sama-sama bertujuan untuk melindungi kesehatan publik, pendekatan berbasis risiko masih memungkinkan bahan tersebut digunakan oleh masyarakat dalam pantauan dosis dan cara pemakaian yang tepat,” terang Dobos.
Hal itu juga yang membuat Amerika Serikat belum memberlakukan pelarangan edar atau pemakaian kuteks gel yang mengandung TPO. Sebab, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) masih membutuhkan lebih banyak studi terkait profil keamanan TPO secara menyeluruh.
4. Apakah pemakaian kuteks gel dengan kandungan TPO tetap aman?

Seperti yang sudah disebutkan, setiap negara mempunyai standar regulasi bahan kimia yang berbeda. Mona Gohara, MD, selaku dokter kulit bersertifikat yang berbasis di Connecticut, melalui laman Allure, menjelaskan bahwa standar regulasi yang berbeda bisa membuat keputusan berbeda terkait bahan yang sama.
Karena AS memegang pendekatan regulasi berbasis risiko (Risk-based method), gel nail polish yang mengandung TPO kemungkinan masih tetap tersedia di AS. Para ahli di sana juga meyakini bahwa konsentrasi TPO yang berbahaya dalam kuteks gel tidak akan masuk ke alirah darah jika digunakan dengan benar.
“Sekali lagi, meskipun mungkin berbahaya, tapi belum banyak bukti yang menunjukkan bahwa pemakaian TPO bisa menyebabkan masalah infertilitas karena belum ada penelitian tentang risiko terhadap manusia secara langsung,” kata Fromowitz.
“Maka dari itu, keputusan untuk tidak atau tetap memakai gel nail polish yang mengandung TPO sepenuhnya ada di tanganmu,” pungkasnya.
Apabila kamu ragu menggunakan kuteks gel yang mengandung TPO, ada banyak jenis kuteks lain yang bisa jadi alternatif pilihan. Walau begitu, untuk mendapatkan kuku yang indah dan sehat sejatinya dibutuhkan perawatan rutin, mulai dari membersihkan hingga merapikan kuku. Melalui perawatan yang benar, kuku akan tetap bersinar alami, bahkan tanpa sentuhan kuteks sekalipun.