- Helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk produksi Amerika Serikat (24 unit)
1 Tahun Prabowo-Gibran: Deretan Alutsista Baru yang Diborong TNI

- Prabowo Subianto membeli alutsista baru untuk TNI
- Alutsista dibeli dari berbagai negara untuk matra TNI AD, AL, dan AU
- Pembelian alutsista dari berbagai negara menyulitkan perawatan dan interoperabilitas
Jakarta, IDN Times - Prajurit TNI tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dalam menghadapi potensi ancaman yang terus berubah. Mereka juga membutuhkan alat utama sistem senjata (alutsista). Maka, sejak menduduki kursi Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto bertekad memodernisasi alutsista. Apalagi, Prabowo menyadari mayoritas alutsista yang dimiliki sudah usang.
Ketua Umum Partai Gerindra itu kemudian mulai membeli sejumlah alutsista, mulai dari pesawat tempur, rudal, ranpur, hingga kapal selam untuk memperkuat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"TNI harus kuat baik Angkatan Darat, Angkatan Laut maupun Angkatan Udara. TNI harus kuat, untuk itu kami bersama Wamenhan ingin memperkuat jajaran operasional kekuatan tempur riil TNI, kami akan memperkuat TNI," ujar Prabowo ketika berkunjung ke Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada 30 Oktober 2019 lalu.
Berikut deretan alutsista yang sudah dan akan dibeli oleh Prabowo.
1. Deretan alutsista yang dibeli untuk matra TNI Angkatan Darat

Berikut daftar alutsista yang dibeli oleh Prabowo untuk keperluan matra TNI AD:
Pada 2023 lalu, Prabowo menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama (letter of agreement) antara PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dengan Lockheed Martin.
"Kerja sama ini akan dapat menambah kekuatan TNI sekaligus memperkuat industri pertahanan," ujar Prabowo pada 2023 lalu.
PT DI ikut dilibatkan lantaran bisa menawarkan fasilitas pemeliharaan, perbaikan dan overhaul (MRO) pada Helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk. Selain itu, PT DI juga bisa melakukan pemeliharaan terhadap sistem dan mesinnya.
- Rudal Balistik KHAN produksi Turki
Salah satu yang menjadi sorotan jelang HUT ke-80 TNI, yakni kemunculan rudal balistik buatan Turki, KHAN. Keberadaan rudal itu kemudian dilaporkan oleh media Singapura, Channel News Asia.
Asisten Logistik (Aslog) KSAD, Mayjen TNI Adisura Firdaus Tarigan, mengatakan sistem rudal balistik jarak pendek (SRBM) itu kini digunakan di Yonarmed 18 TNI Angkatan Darat (AD).
"Jadi, yang sedang berproses (pembelian alutsista) sebenarnya ada dan sudah dikirim ke Kalimantan Timur yakni roket KHAN ITBM-600. Itu ada di Kalimantan Timur, baru tiba juga satu baterai," ujar Adisura pada 20 September 2025 lalu.
Sementara, Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Wahyu Yudhayana mengatakan, rudal KHAN batch pertama itu belum diserahterimakan kepada TNI AD. Rencananya, batch kedua rudal KHAN akan dikirim pada 2026.
"Saat pengiriman batch yang kedua, itu nanti akan ada penyerahan kepada TNI AD," ujar Wahyu di Monas.
Rantis Maung buatan PT Pindad
Pada Juli 2020, Prabowo memesan 500 unit kendaraan taktis atau rantis 4x4 produksi PT Pindad. Pemesanan 500 rantis Maung itu berlangsung tak lama setelah Presiden Joko Widodo meminta Prabowo membeli alutsista buatan dalam negeri.
Prabowo pun menyerahkan 40 unit Maung kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) yang saat itu masih dijabat Jenderal TNI Andika Perkasa. Penyerahan mobil taktis ini diberikan Prabowo di sela-sela penyelenggaraan Rapat Pimpinan (Rapim) Kementerian Pertahanan yang digelar di Kemenhan, Jakarta, pada 11-13 Januari 2021.
2. Deretan alutsista yang dibeli untuk matra TNI Angkatan Laut

Berikut daftar alutsista yang dibeli oleh Prabowo untuk keperluan matra TNI AL:
- Kapal fregat Fincanteri PPA
Pada September lalu, kapal perang jenis Frigate Pattugliatore Polivalente d'Altura (PPA) atau kapal perang multi fungsi terbesar di Asia Tenggara, KRI Brawijaya-320 tiba di Indonesia setelah berlayar dari galangan kapal Fincantieri, Muggiano, Italia
Kapal tersebut bertugas menjaga perairan Indonesia bagian tengah yang menjadi wilayah Koarmada II. Sementara satu kapal lagi, yakni KRI Prabu Siliwangi 231 akan datang ke Indonesia di awal 2026 mendatang. Pembelian dua kapal itu diumumkan Kemhan pada 17 April 2024.
- Kapal selam Scorpene
Kementerian Pertahanan menyatakan kontrak pengadaan dua kapal selam Scorpene dari Naval Group sudah efektif.
"Kontrak sudah aktif per 23 Juli 2025," ujar Kepala Biro Informasi Pertahanan Kementerian Pertahanan Brigjen Frega Wenas pada Juli lalu.
Momentum itu merupakan kelanjutan dari penandatanganan kontrak pada tahun 2024 antara Kementerian Pertahanan RI dengan Naval Group dan PT PAL Indonesia. Kapal selam kelas 1800-2800 ton dilengkapi dengan sistem Advanced and Improved Propulsion(AIP). Rencananya akan dibangun sepenuhnya di dalam negeri oleh engineer Indonesia.
- Kapal induk Giuseppe Garibaldi
Rencana pembelian kapal induk Giuseppe Garibaldi disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali pada September 2025 lalu. Hingga saat ini, kontrak pembelian belum aktif. Bappenas baru menyetujui rencana pembiayaan melalui pinjaman luar negeri dengan batasan maksimal mencapai 450 juta dolar AS.
3. Deretan alutsista yang dibeli untuk matra TNI Angkatan Udara

Berikut daftar alutsista yang dibeli oleh Prabowo untuk keperluan matra TNI AU:
- Pesawat Airbus A400M
Prabowo juga menandatangani kontrak pemesanan dua pesawat Airbus A400M produksi Perancis yang memiliki konfigurasi multi-peran tanker dan angkut. Penandatanganan itu dilakukan di sela-sela acara Dubai Airshow 2021, pada 18 November 2021.
Selain itu, Kemenhan berkomitmen membeli empat unit A400M sebagai tambahan. Airbus A400M mampu diandalkan untuk pengangkutan taktis serta pengiriman personel dan barang untuk pendaratan di berbagai medan.
- Pesawat tempur Rafale
Saat Prabowo menjabat sebagai Menhan, Indonesia meneken kontrak pengadaan 42 pesawat tempur Rafale dari Prancis. Termin pertama telah diteken Kemenhan dengan Dassault pada 2022 untuk enam unit pesawat.
Selanjutnya, kontrak untuk pengadaan tahap kedua diteken pada Agustus 2023 untuk 18 unit. Kemudian tahap ketiga pada 8 Januari 2023 untuk 18 pesawat.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Mohamad Tonny Harjono mengatakan, tiga pesawat tempur Rafale dari Prancis, dijadwalkan diterima Indonesia pada awal 2026 mendatang.
- Pesawat tempur KAAN
Indonesia menandatangani kontrak pengadaan 48 jet tempur generasi 5.0 buatan Turkish Aerospace Industries, KAAN pada Agustus lalu. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyaksikan langsung penandatanganan kontrak implementasi antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Turki dalam rangkaian pameran pertahanan internasional (IDEF) 2025 di Istanbul, Turki pada Juli 2025 lalu.
"Penandatanganan ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan Government-to-Government (G2G) yang telah ditandatangani sebelumnya pada 11 Juni 2025," ujar Kepala Biro Informasi Pertahanan Kemhan Brigjen TNI Frega Wenas di dalam keterangan tertulis.
- Super Hercules C-130 J-30
Indonesia membeli lima unit Super Hercules C-130 J J-30. Ketibaan unit kelima pesawat tersebut dilakukan pada Mei 2024 lalu.
Pembelian lima unit Super Hercules C-130 dilakukan ketika Prabowo masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Indonesia menjadi negara pertama di kawasan Asia Tenggara yang memiliki teknologi pesawat angkut itu.
TNI Angkatan Udara (AU) menyebut lima pesawat Super Hercules itu akan ditempatkan di Skadron 31, Lanud Halim Perdanakusuma.
- Drone Anka-S buatan Turki
Pembelian pesawat nirawak ini diumumkan pembeliannya oleh Kemhan pada 2023 lalu. Total ada 12 unit yang dibeli dengan nilai kontrak pengadaan mencapai 300 juta dolar AS atau Rp4,5 triliun.
Belakangan diketahui satu unit drone Anka-S sudah tiba di Tanah Air. Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal M. Tonny Harjono membenarkan ketibaan drone Anka-S tersebut. Drone buatan Turki itu, kata Tonny sedang dalam proses tes terbang. Ia menambahkan ketibaan drone jenis Anka-S itu tiba di Tanah Air sesuai jadwal pengadaan.
- Jet tempur T-50i
Indonesia membeli enam unit pesawat tempur T-50i pada 2021 lalu dengan nilai kontrak USD240 juta atau setara Rp3,4 triliun.
Pesawat tempur ini merupakan digunakan sebagai jet latih supersonik untuk TNI Angkatan Udara (AU). Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama I Nyoman Suadnyana mengatakan ketibaan jet tempur latih T-50i di Indonesia dilakukan secara bertahap. Dua pesawat pertama direncanakan tiba pada November 2025, sedangkan pesawat lainnya akan dikirim belakangan.
- Jet tempur J-10 Chengdu buatan China
Kabar pembelian jet tempur J-10 Chengdu buatan China santer bersamaan dengan pembelian jet tempur Rafale produksi Prancis. Saat dikonfirmasi, Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin tidak membantah maupun membenarkan rencana pembelian itu. Sjafrie hanya bilang pesawat itu dalam beberapa waktu ke depan akan terbang di langit Jakarta.
"Sebentar lagi terbang di Jakarta," ujar Sjafrie di Kantor Kemhan, Jakarta Pusat pada 15 Oktober 2025 lalu.
Kepala Biro Informasi Pertahanan Kemhan, Brigjen TNI Frega Wenas pada September 2025 lalu mengatakan pesawat tempur J-10 Chengdu buatan China yang hendak dibeli Kemhan masih dikaji oleh TNI AU.
4. Pembelian alutsista dari berbagai negara menyulitkan perawatan

Sementara, di era kepemimpinan Prabowo, tak lagi mengandalkan pembelian alutsista hanya kepada blok negara tertentu. Prabowo kerap menyebut Indonesia adalah negara yang mengangut politik bebas aktif sehingga terbuka untuk membeli alutsista dari negara manapun.
Tetapi, dalam catatan akademisi Curie Maharani dari Universitas Bina Nusantara, pembelian alutsista ala gado-gado itu justru bakal mempersulit perawatan dan interoperabilitas.
"Akhirnya justru meningkatkan biaya daur hidup (life cycle) alutsista," ujar Curie dalam tulisan bersama Retta Andriani dan Wendy A. Prajuli di jurnal Prisma, dikutip Minggu (19/10/2025).
Kebijakan diversifikasi pembelian alutsista itu, katanya, juga melemahkan posisi tawar Indonesia dalam negosiasi nilai tambah khususnya skema offset. Hal lain yang juga disorot oleh ketiga akademisi itu, yakni proses perumusa kebutuhan dan akuisisi selalu dilakukan secara tertutup. Dalihnya, informasi tersebut bersifat rahasia.
"Minimnya transparansi itu itu kerap dikritik karena dianggap rawan penyimpangan dan korupsi," kata Curie.