Bandara Jeddah Padat, Jemaah Haji Diimbau Pakai Ihram dari Indonesia

Jeddah, IDN Times - Mendekati hari Arofah atau puncak haji, kedatangan jemaah haji di Bandara Internasional King Abdul Azis (KAAIA) Jeddah, Arab Saudi semakin padat. Dalam waktu yang hampir bersamaan sejumlah kelompok terbang (kloter) jemaah dari Indonesia tiba di Jeddah, berbarengan dengan jemaah dari negara lain. Sehingga kondisi di area dan ruang tunggu bandara sangat padat.
Agar bisa melaksanakan niat ihram dengan baik dan tenang di Bandara Jeddah, sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah, jemaah haji Indonesia diimbau untuk memakai kain ihram dari asrama haji embarkasi di Tanah Air.
Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker) Bandara, Khairun Naim, meminta kepada semua kepala rombongan, para ustaz dan kiai untuk mengingatkan semua jemaahnya agar sudah menggunakan kain ihram dari asrama haji embarkasi.
"Mohon kerja samanya agar jemaah kita itu diarahkan memakai pakaian ihram di asrama haji embarkasi. Kenapa demikian? Karena sekarang di Bandara Jeddah itu padat jemaah haji dari seluruh dunia. Kesempatan untuk berhenti (di ruang tunggu bandara) kemudian mandi, memakai kain ihram, niat, salat itu hampir tidak ada sama sekali," ujar Khairun Naim, Selasa (13/6/2023) malam, di Bandara Jeddah.
1. Waktu transit di Bandara Jeddah maksimal setengah jam

Berbeda dengan tahun sebelumnya, di mana Pemerintah Arab Saudi memberikan kesempatan sekitar 1 sampai 2 jam kepada jemaah haji yang baru tiba untuk istirahat di ruang tunggu sebelum melanjutkan perjalanan ke Kota Makkah, pada tahun ini waktu bagi jemaah maksimal setengah jam.
Karena waktu yang sangat singkat, tidak cukup waktu bagi jemaah untuk mandi, memakai kain ihram, niat, dan salat di Bandara Jeddah.
Karena waktu yang sangat singkat ini pula, 3 rombongan jemaah haji dari kloter 52 embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) pada Selasa kemarin, terpaksa mengganti baju ihram di dalam bus. Kondisi ini juga dialami oleh jemaah haji dari kloter 54 embarkasi Surabaya (SUB).
"Ini sangat kita sayangkan. Kita juga nggak bisa bertengkar terus dengan pihak bandara sini, dengan Wukalla (terkait penggunaan ruang tunggu), karena mereka punya aturan sendiri," ujar Khairun Naim.
2. Petugas siapkan kain ihram pengganti dan sandal bagi jemaah

Dia menegaskan, jemaah tidak perlu khawatir kain ihramnya akan kotor saat tiba di Bandara Jeddah. Sebab, petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Bandara telah menyiapkan kain ihram pengganti.
"Nanti kalau khawatir kena najis di pesawat karena sakit atau sudah tua, kami siapkan gantinya di sini, sudah disediakan oleh petugas," lanjutnya.
Sebelumnya, Kepala Daker Bandara Haryanto mengungkapkan, pihaknya menyiapkan 50 kain ihram untuk mengganti kain ihram jemaah yang kotor atau terkena najis begitu tiba di Bandara Internasional King Abdul Azis (KAAIA) Jeddah.
Selain pakaian ihram, petugas juga menyiapkan sandal. Karena banyak jemaah haji lansia yang tidak mengenakan alas kaki begitu turun dari pesawat. Rata-rata jemaah lansia menyebutkan, sandalnya hilang atau lepas di pesawat.
"Untuk jemaah haji kita menyiapkan 50 kain ihram dan 50 sandal karena kita melihat jemaah haji kita itu ketika turun dari pesawat ke proses Imigrasi dan Bea Cukai ada yang tidak pakai sandal, makanya kita siapkan sandal juga kain ihram untuk mengganti yang sudah kotor," ujar Haryanto di Bandara KAAIA Jeddah, Senin (12/6/2023) malam.
3. Syarat berniat ihram harus sudah memakai kain ihram

Dengan kondisi Bandara Jeddah yang padat saat ini, Naim mengatakan, cara yang terbaik agar jemaah haji Indonesia bisa berniat ihram dengan baik dan tenang di Bandara Jeddah adalah sudah menggunakan kain ihram dari asrama haji embarkasi.
"Khususnya bapak-bakap jemaah haji di embarkasi, untuk niat miqotnya bisa di Yalamlam (di atas pesawat), bisa di Bandara Jedah, tapi yang penting sudah siap, sudah menggunakan pakaian ihram," ucapnya.
Bila belum menggunakan kain ihram sama sekali, akan menyusahkan jemaah haji itu sendiri. Sabab, waktu yang diberikan pihak bandara maksimal hanya setengah jam untuk berada di ruang tunggu bandara. Seperti yang terjadi pada jemaah haji dari JKG 52 dan SUB 54, mereka terpaksa harus mengganti kain ihram di dalam bus.
"Oleh karena itu, kami sangat berharap sekali lagi kepada para kiai, guru-guru untuk mengarahkan jemaahnya agar memakai pakaian ihram sejak dari asrama haji embarkasi untuk kemaslahatan jemaahnya, kelancaran jemaahnya, juga kemudahan kita sebagai petugas. Itu syarat untuk berniat ihram harus sudah pakai kain ihram," ujar Khairun Naim.