Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BMKG: Waspada Banjir dan Longsor di Pasaman Usai Gempa M 6,1

Dampak Gempa Pasaman (dok. BNPB)
Dampak Gempa Pasaman (dok. BNPB)

Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan intensitas gempa di Pasaman Barat, Sumatra Barat, terus melandai setelah Jumat (25/2/2022) diguncang gempa magnitudo (M) 6,1. Kini, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat waspada terhadap datangnya bencana hidrometeorologi.

“Untuk gempa insyaAllah perkembangannya jauh melandai. Artinya, gempa-gempa susulan yang terjadi semakin melemah menuju kestabilan,” ujar Dwikorita dalam keterangannya, Senin (28/2/2022).

Peringatan potensi bencana hidrometeorologi itu diberikan untuk masyarakat yang berada di area hulu sungai lereng Gunung Talamau. Area tersebut berpotensi terjadi banjir, longsor dan banjir bandang.

“Jadi kewaspadaan masyarakat harus bergeser, tidak lagi soal gempa tapi bencana akibat musim penghujan. Berdasarkan hasil survei, teridentifikasi luapan banjir sedimen mencapai radius kurang lebih 200 meter dari tepi sungai," ucapnya.

1. Jauhi tepi sungai jika hujan deras terjadi

Instagram.com/dwikoritakarnawati
Instagram.com/dwikoritakarnawati

Dwikorita meminta masyarakat menjauh 200 meter dari tepi sungai apabila sedang hujan deras. BMKG memprediksi hujan di kawasan lereng Gunung Talamau turun hingga Maret atau April 2022.

"Maka warga yang bermukim dan beraktivitas di sepanjang aliran sungai yang mengalir dari lereng atas Gunung Talamau diimbau untuk menghindari zona dalam radius 200 meter dari tepi sungai, apabila hujan turun di lereng gunung tersebut," katanya.

2. Lumpur bergerak pascagempa Pasaman akibat longsor di hulu

BNPB memastikan aliran lumpur di Kabupaten Pasaman pascagempabumi bukanlah likuifaksi. (dok. BNPB)
BNPB memastikan aliran lumpur di Kabupaten Pasaman pascagempabumi bukanlah likuifaksi. (dok. BNPB)

Sebelumnya, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, memastikan kejadian lumpur bergerak usai gempabumi di Kabupaten Pasaman yang diabadikan dalam sebuah video bukan likuefaksi.

Dalam hal ini, Abdul menanggapi video lumpur bergerak yang diasosiasikan seperti kejadian likuefaksi pascagempabumi di Palu pada 2018 silam.

Berdasarkan kajian dan pemetaan melalui udara oleh tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Limapuluh Kota, didapatkan dokumentasi visual dari pesawat nirawak atau drone yang secara jelas memperlihatkan ada titik-titik longsoran di hulu Talamau, yang kemudian masuk ke sungai dan terbawa aliran sungai ke hilir dan menghantam beberapa rumah penduduk.

"Dari temuan fakta hasil kaji cepat dan pemetaan tersebut, maka fenomena yang terjadi di Pasaman dipastikan bukanlah likuifaksi, tetapi banjir lumpur akibat longsor yang terjadi di hulu," kata Abdul dikutip dari keterangan resmi BNPB, Minggu (27/2/2022).

3. Lumpur bergerak mirip banjir sedimen

Aliran lumpur di Kabupaten Pasaman. (dok. BNPB)
Aliran lumpur di Kabupaten Pasaman. (dok. BNPB)

BNPB menilai kejadian lumpur bergerak lebih mirip dengan banjir sedimen yang terjadi di Sigi, akibat luapan bah bercampur pasir dari Sungai Poi yang berasal dari longsoran akibat gempa 2018 di Palu.

"BNPB mengimbau kepada seluruh masyarakat agar berpartisipasi meredam kabar dan informasi yang belum diyakini kebenarannya," ujar Abdul.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Ilman Nafian
EditorMuhammad Ilman Nafian
Follow Us