Jatuh Bangun Seorang Dokter Dirikan Usaha Bandeng Juwana Elrina

Awal jualan cuma laku tiga ekor bandeng, kini bisa ribuan

Semarang, IDN TIMES - Tidak lengkap rasanya jika berkunjung di Semarang tanpa mampir ke Pusat Oleh- Oleh di Pandanaran. Sentra oleh-oleh di Jawa Tengah seolah menjadi surganya para wisatawan untuk mencari beragam oleh-oleh.

Dari puluhan toko yang berjejer terdapat satu toko yang seolah menjadi legenda pusat oleh-oleh di Semarang, Jawa Tengah.

Pusat oleh-oleh Bandeng Juwana Elrina, setiap hari tidak pernah sepi dari pembeli, terlebih saat libur Lebaran tiba, ratusan bahkan ribuan pembeli dalam dan luar kota menyerbu toko yang berada di Jalan Pandanaran 57 untuk mencari buah tangan.

Namun, siapa sangka, awalnya sang pendiri Toko Bandeng Juwana Elrina, Dokter Daniel Nugroho Setiabudhi hanya mampu menjual tiga ekor bandeng saja

Berikut ini kisah Dokter Daniel Nugroho Setiabudhi berjibaku membangun Bandeng Juwana Group dari nol.

1. Gaji dokter tidak menjamin masa depan

Jatuh Bangun Seorang Dokter Dirikan Usaha Bandeng Juwana ElrinaIDN Times/Dini Suciatiningrum

Di tahun 1980-an, Daniel bersama almarhum Ida Nursanty mulai memikirkan masa depan tiga putrinya yang beranjak dewasa.

Daniel mengakui biaya pendidikan semakin mahal sedangkan penghasilan dokter saat itu masih pas-pasan, terlebih dokter umum.

"Gaji dokter saat itu tidak seperti sekarang, mobil saja tidak punya, jadi saya dan istri berpikir untuk mencari usaha sampingan," ungkapnya pada IDN Times beberapa waktu lalu.

2. Makan bandeng selama tiga bulan

Jatuh Bangun Seorang Dokter Dirikan Usaha Bandeng Juwana ElrinaIDN Times/Dini Suciatiningrum

Berbekal keahlian sang Istri, Daniel sebenarnya berniat ingin membuka usaha toko kue, namun sayang terkendala modal.

Daniel mencari mencari usaha yang peluangnya besar dengan modal sedikit. Ide menjual bandeng muncul saat dia mengamati sekeliling rumah yang saat ini menjadi tokonya.

"Saat melihat di sekitar rumah saya ada tujuh toko yang menjual bandeng dan cukup  ramai pembeli, jadi saya punya ide membuat bandeng duri lunak," terangnya.

Bermodal Rp400 ribu, Daniel dan istri melakukan percobaan membuat bandeng duri lunak. Dia membutuhkan waktu selama tiga bulan untuk menemukan rasa bandeng duri lunak yang pas.

"Saya memasak 1 sampai 5 kilogram ikan bandeng setiap hari, namun tidak jual tetapi diberikan ke teman-teman agar mendapat masukan atau kritikan. Bahkan, menu makananan saya dan keluarga tiap hari ikan bandeng selama tiga bulan," ceritanya.

3. Awal usaha laku tiga ekor bandeng saja

Jatuh Bangun Seorang Dokter Dirikan Usaha Bandeng Juwana ElrinaIDN Times/Dini Suciatiningrum

Setelah menemukan resep yang pas, Daniel membuka warung di teras tepat di depan ruang praktik dokter pada 3 Januari 198.

"Hari pertama berjualan bandeng hanya laku tiga ekor, apalagi banyak bandeng yang terbuang karena busuk. Saat itu, tidak sedikit yang meragukan usaha saya, tetapi saya dan istri yakin bandeng buatan kami akan diterima masyarakat," ujarnya.

Perlahan tapi pasti, pelanggan mulai berdatangan tidak hanya dari masyarakat namun juga para pasien. Semakin hari, usaha Daniel semakin ramai sampai memanfaatkan ruang tamu untuk untuk lapak.

"Saking ramainya, ruang tunggu pasien juga terdesak sama barang dagangan, jadi terpaksa saya pindah di belakang. Kemudian, bermodal dana pinjaman teman saat itu, saya bangun toko kecil dengan luas enam meter," ungkapnya.

Baca Juga: 5 Kedai Soto Legendaris di Semarang, Lezatnya Bikin Nagih

4. Mulai kembangkan toko roti Dyriana

Jatuh Bangun Seorang Dokter Dirikan Usaha Bandeng Juwana ElrinaIDN Times/Dini Suciatiningrum

Di sela-sela mengembangkan usaha Bandeng Duri Lunak, Daniel dan istri berusaha mewujudkan kembali niatnya membuka toko kue. Daniel nekat mengambil pinjaman Rp50 juta dari bank untuk memulai usaha roti.

"Jujur  beberapa tahun usaha tersebut rugi terus, tetapi saya terus mencoba karena saya yakin roti Dyriana bisa maju layaknya Bandeng Juwana Elrina. Bahkan, selama 10 tahun cicilan pinjaman tersebut dibayar dari usaha Bandeng Juwana Elrina. Terbukti, saat ini usaha roti Dyriana juga menguntungkan," kata dia.

Tidak hanya roti, usaha Daniel terus berkembang pada 1992. "Saya membeli rumah di Jalan Pandanaran 83 dan menyulap menjadi restoran bernama Rumah Makan Elrina mulai 10 Desember 1994," tuturnya.

5. Kegagalan harus dilalui

Jatuh Bangun Seorang Dokter Dirikan Usaha Bandeng Juwana ElrinaIDN Times/Dini Suciatiningrum

Inovasi pun terus diterapkan sehingga saat ini ada 59 varian makanan yang berbahan dasar ikan bandeng, mulai bandeng sate boneless, bandeng teriyaki, lunpia bandeng, pepes bandeng, lemper bandeng, bubur bandeng, stik bandeng, getuk bandeng dan beragam makanan bandeng lainnya.

Perkembangan usaha tidak lepas dari kreativitas untuk menciptakan produk baru yang berkualitas.

"Kegagalan pasti ada, tetapi saya santai saja jika memikirkan kegagalan terus dan tidak jalan maka tidak maju. Saya yakin dan menjalani hidup ini mengalir saja," ucap Daniel.

Baca Juga: Sukacita Keuskupan Agung Semarang Rayakan Idulfitri

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya