Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Etanol 3,5% di BBM Ternyata Masih Rendah Dibanding Negara Lain

shutterstock_2631109481.jpg
Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja, Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI) sekaligus inisiator Program Studi Teknik Bioenergi dan Kemurgi ITB menyampaikan campuran etanol 3,5 persen dalam BBM Pertamina dipastikan masih aman dan sesuai standar internasional. (Dok. Kementerian ESDM)
Intinya sih...
  • Etanol 3,5% dalam BBM Pertamina masih aman dan sesuai standar internasional menurut Ketua Umum IKABI.
  • Kandungan etanol di Indonesia tergolong rendah dibandingkan praktik global, namun merupakan langkah awal yang positif.
  • Pencampuran bioetanol dalam BBM membuka peluang baru bagi sektor pertanian dan energi terbarukan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Campuran etanol 3,5 persen dalam BBM Pertamina dipastikan masih aman dan sesuai standar internasional. Penegasan ini disampaikan Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja, Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI) sekaligus inisiator Program Studi Teknik Bioenergi dan Kemurgi ITB. 

“World-wide Fuel Charter menyatakan bensin boleh mengandung oksigen maksimal 2,7 persen berat. Kalau etanol biasanya hanya bisa dicampurkan hingga sekitar 5 persen volume agar tetap memenuhi syarat. Jadi kandungan 3,5 persen volume di Pertamina masih aman dan sesuai standar,” jelas Tatang di Jakarta, Jumat (3/10/2025).

1. Kandungan etanol di Indonesia tergolong rendah dibandingkan praktik global

IMG_9664.jpeg
Pegawai Pertamina menunjukkan warna ungu pada bahan bakar bioetanol (Pertamax Green 95). (IDN Times/Larasati Rey)

Menurut Tatang, kandungan tersebut justru tergolong rendah bila dibandingkan praktik global.

“Di Brasil, bensin dicampur dengan bioetanol hingga kadar minimal 20 persen volume. Di sana ada mobil berbahan bakar fleksibel, kadar bioetanolnya bisa dari 20 hingga 95 persen volume. Kendaraan dilengkapi instrumen pendeteksi kadar bioetanol di dalam tangki dan otomatis menyesuaikan perbandingan udara dan uap bahan bakar yang tepat,” terangnya.

Tatang juga menegaskan bahwa bahan bakar beroksigen seperti bioetanol dan MTBE terbukti meningkatkan angka oktan dan membuat emisi gas buang lebih bersih.

“Di negara-negara yang polusi udaranya sudah berat, pencampuran etanol bahkan diwajibkan oleh peraturan negara untuk menurunkan emisi kendaraan bermotor,” kata Tatang.

2. Pemanfaatan bioetanol di sektor transportasi dinilai jadi langkah strategis

IMG-20251002-WA0041.jpg
Ilustrasi mobil tangki pengangkut BBM. (dok. Pertamina)

Ia menilai langkah Indonesia mencampur etanol 3,5 persen pada BBM sebagai titik awal yang positif.

“Masih tergolong sangat rendah dibandingkan tren global, tapi ini awal yang baik. Pemerintah bisa mulai dengan 5 persen volume lalu meningkatkannya, sambil mempersiapkan kehadiran flexible-fuel vehicle agar transisi lebih mulus,” ujarnya.

Menurutnya, pemanfaatan bioetanol di sektor transportasi merupakan langkah strategis mendukung target Net Zero Emission 2060.

“Bioetanol berkontribusi positif pada pencapaian net-zero emission tersebut. Mendukung pemanfaatan bioetanol di sektor transportasi itu ‘fardu-ain’, artinya wajib kita lakukan bersama pemerintah, industri, dan masyarakat,” tegasnya.

3. Bioetanol dalam BBM membuka peluang baru

Truk BBM Pertamina. (dok. Pertamina)
Truk BBM Pertamina. (dok. Pertamina)

Kehadiran bioetanol dalam BBM dinilai bukan hanya menambah angka oktan, tetapi juga membuka peluang baru bagi sektor pertanian dan energi terbarukan.

Jika diatur dan diawasi dengan baik, ini akan mengurangi ketergantungan impor minyak mentah, meningkatkan nilai tambah sumber daya domestik, dan mendukung agenda transisi energi nasional. (WEB)

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jihan Azizah
EditorJihan Azizah
Follow Us

Latest in News

See More

Lima Siswa Keracunan MBG di Bekasi Dipulangkan dari RS

03 Okt 2025, 20:52 WIBNews