11 Kapal Flotilla Tambahan Berlayar ke Gaza, Berupaya Tembus Blokade Israel

- Serangan Israel terhadap konvoi sebelumnya memicu kecaman internasional dan menyulut krisis kemanusiaan di Gaza.
- Blokade Israel atas Gaza telah memperburuk kondisi kemanusiaan, memaksa warga hidup dalam kelaparan dan penyakit.
- Lebih dari 66.200 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas akibat serangan Israel yang membuat situasi tidak layak huni.
Jakarta, IDN Times - Organisasi internasional Freedom Flotilla Coalition (FFC) mengumumkan pada Kamis (2/10/2025) bahwa 11 kapal tengah berlayar menuju Jalur Gaza untuk menantang blokade Israel yang telah berlangsung hampir 18 tahun. Dilansir Anadolu, konvoi ini melibatkan kapal berbendera Italia dan Prancis yang bergabung dengan kapal Conscience, kemudian bertemu delapan kapal lain bernama Thousand Madleens to Gaza.
“Konvoi ini adalah bukti bahwa solidaritas internasional terhadap rakyat Gaza tidak pernah padam,” ujar juru bicara FFC. Menurut koalisi, sekitar 100 orang berada di atas kapal yang kini berlayar di lepas pantai Kreta. FFC menegaskan misi mereka tidak hanya membawa bantuan, tetapi juga menyoroti krisis kemanusiaan akibat pengepungan Israel.
1. Serangan sebelumnya terhadap Armada
Konvoi terbaru ini muncul sehari setelah Israel menyerang dan menyita 42 kapal yang sebelumnya berlayar menuju Gaza. Lebih dari 450 aktivis ditahan, sementara muatan bantuan mereka dirampas. Menurut laporan, Israel berulang kali menggunakan cara serupa untuk menghalangi upaya kemanusiaan.
Tindakan ini menuai kecaman dari berbagai kelompok internasional. Aktivis menilai penyitaan kapal-kapal tersebut bertujuan untuk mengisolasi Gaza lebih jauh dan mencegah distribusi bantuan mendesak, termasuk makanan serta obat-obatan.
2. Blokade Gaza dan krisis kemanusiaan

Blokade Israel atas Gaza telah diberlakukan sejak 2007, dan diperketat sejak Maret lalu dengan penutupan semua perbatasan. Langkah ini memutus aliran kebutuhan dasar, memaksa hampir 2,4 juta warga Gaza hidup di ambang kelaparan.
PBB menyebut kondisi Gaza kian memburuk dengan meningkatnya kelaparan dan penyakit. Situasi ini mendorong FFC dan aktivis dunia melanjutkan upaya mereka meski risiko intervensi militer sangat tinggi.
3. Korban jiwa akibat serangan Israel

Sejak Oktober 2023, pengeboman Israel telah menewaskan lebih dari 66.200 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Angka ini menambah deretan panjang penderitaan rakyat Gaza di bawah blokade.
Organisasi hak asasi manusia menegaskan bahwa situasi tersebut sudah tidak layak huni. Dengan adanya konvoi baru berjumlah 11 kapal ini, dunia kembali menyoroti isu kemanusiaan yang mendesak untuk segera ditangani.