Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fasilitas Hotel Mewah Jadi Tantangan Jemaah Haji di Arab Saudi

(Media Center Haji/Rochmanudin)
(Media Center Haji/Rochmanudin)
Intinya sih...
  • Jemaah calon haji Indonesia mengeluhkan akomodasi di hotel mewah Madinah sebagai tantangan tersendiri.
  • Keluhan lain termasuk sistem layanan jemaah syarikah, akses fasilitas hotel, dan trauma terhadap lift.
  • Pelayanan konsumsi di hotel sudah baik, namun ada antisipasi masalah distribusi makanan untuk jemaah lansia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Madinah, IDN Times - Jemaah calon haji Indonesia menilai pelayanan haji di Arab Saudi sudah berjalan baik, mulai dari layanan akomodasi, konsumsi, transportasi, hingga Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2025. Namun ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi jemaah di tanah suci.

Kepala Sektor 1 Madinah, Djumadi Wali, mengatakan ada beberapa keluhan yang disampaikan dari jemaah di Sektor 1 Madinah. Seperti akomodasi di tempat mereka menginap di hotel mewah. 

"Terkait dengan balai jemaah di Sektor 1 Daerah Kerja Medinah. Memang ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh jemaah. Tapi kita juga berusaha memberikan informasi, baik dari keluar hotel, keluar pembinaan ibadah, terkait dengan layanan, baik fasilitas yang ada di hospital, terkait dengan layanan ibadah di masjid," kata dia saat ditemui di tempat kerjanya di kawasan Masjid Nabawi, Madinah, Selasa (13/5/2025).

1. Hotel mewah jadi tantangan bagi jemaah

Kepala Sektor 1 Madinah, Djumadi Wali (Media Center Haji)
Kepala Sektor 1 Madinah, Djumadi Wali (Media Center Haji)

Djumadi mengatakan hotel mewah yang menjadi penginapan jemaah di Madinah, justru menjadi tantangan tersendiri bagi jemaah calon haji. Karena itu, pihaknya berupaya memberikan bimbingan dan pemahaman tentang fasilitas hotel kepada jemaah.

"Keluar-keluar itu berupa pembinaan fasilitas hotel juga yang terkadang bagi jemaah yang baru pernah merasakan tinggal di hotel mewah. Mereka menganggap bahwa ini adalah tantangan bagi mereka, karena belum pernah mereka melihat dan merasakan kelayanan tersebut di hotel," ujar dia.

Sementara, Ketua Akomodasi Sektor 1 Madinah Suwardi menyebutkan, banyak jemaah tidak bisa menggunakan fasilitas hotel mewah. Seperti akses masuk, memakai kran, hingga lift atau elefator. Bahkan, kata dia, ada jemaah yang trauma tidak mau naik lift karena sempat terjepit.

"Karena itu, ini perlu jadi bahan evaluasi untuk layanan haji nanti, selain perlu manasik haji, perlu juga manasik teknis haji saat di hotel atau penginapan," kata dia.

Suwardi menceritakan, ada jemaah lansia yang lama tidak masuk ke kamar, karena menunggu kunci grendel. Padahal, kunci kamar sudah memakai kartu secara digital. Ada juga jemaah yang masuk lift melepas sendal dan ketuk-ketuk pintu lift.

"Ada juga jemaah yang salah buka kran air panas, langsung loncat dia keluar kamar. Terus ada jemaah pakai bathtub bocor karena gak ditutup bagian bawahnya. Akhirnya bathtub dibuat bak mandi pakai gayung," kata pria yang akrab disapa Pak Kumis itu.  

2. Keluhan paling banyak soal kartu nusuk

Jemaah haji Indonesia saat di pemondokan Madinah. (Media Center Haji/Rochmanudin)
Jemaah haji Indonesia saat di pemondokan Madinah. (Media Center Haji/Rochmanudin)

Djumadi mengatakan keluhan paling banyak adalah terkait sistem layanan jemaah syarikah ketika mereka akan menuju Makkah, persisnya terkait kepemilikan kartu nusuk sebagai persyaratan jemaah menuju Makkah dan Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna).

"Untuk itu kami berusaha mendistribusikan itu secepatnya, baik ketika jemaah berada di hotel, maupun setelah jemaah diperangkatkan menuju Makkah dan Armuzna," ujar dia.

Kemudian terkait pelayanan konsumsi, Djumadi mengaku sudah bagus. Distribusi satu jam, bahkan dua jam sebelum jemaah punya waktu makan, ketering sudah datang ke hotel untuk memberikan pelayanan kepada jemaah.

3. Pelayanan konsumsi memuaskan

Menu makanan jemaah haji (Media Center Haji/Syahdan)
Menu makanan jemaah haji (Media Center Haji/Syahdan)

Sementara, Koordinator Layanan Konsumsi untuk Sektor 1 Madinah, Djubaidah, mengatakan jumlah tim di sektornya berjumlah delapan orang untuk menangani jemaah di 18 hotel yang ada di Sektor 1.

"Setiap harinya, mulai 2 (Mei), kami melayani jemaah dari menu selamat datang, kemudian pendistribusian kami lakukan selama tiga tahap, ada makan pagi, makan siang, dan makan malam," kata dia.

"Untuk makan pagi, dimulai dari pukul 5 sampai pukul 8 pagi. Untuk makan siang, kami lakukan distribusi pada pukul 12 sampai pukul 14.00. Kemudian untuk makan malamnya, kami distribusikan kepada jemaah pada pukul 17 sampai pukul 19," sambungnya.

Selama bertugas di sektor, Djubaidah mengaku tidak mendapat komplain dari jemaah. Terkait skema distribusi makanan, akan didistribusikan oleh kepala rombongan (Karom) dan diteruskan kepada kelapa ruangan (Karu) yang kemudian diberikan kepada setiap jemaah.

"Alhamdulillah jamaahnya tidak ada masalah, tidak ada komplain. Teknis distribusi kami secara umum dari semua hotel ini, kami memberikan makanan setiap pendistribusiannya itu kepada Karom atau ketua rombongan masing-masing. Dan kemudian Karom itu mendistribusikannya kepada Karu (kepala ruangan) untuk diberikan ke semua jemaah di setiap rombongannya," jelas dia.

Terkait menu makanan, Djubaidah mengklaim, sejauh ini tidak pernah mendapatkan komplain dari jemaah dan penyedia kateringnya pun datang tepat waktu.

"Yang kami lakukan sebelum kami mendistribusikan adalah kami melakukan fast food. Kami buka dulu makanannya, kami uji-cobakan, kalau misalkan makanan itu sudah kami rasakan memang tidak ada masalah, misalkan tidak basi, kemudian dari segi nasinya sudah matang, lauknya sesuai dengan menu yang diberikan secara standarisasinya, itu langsung kami berikan kepada Karomnya," kata dia.

Sebagai antisipasi masalah distribusi, Djubaidah menjelaskan, ada beberapa langkah yang dilakukan. Pertama dari segi pendistribusian, ia berusaha berkomunikasi baik dengan penyedia katering, melalui petugas yang diberikan tanggung jawab di masing-masing katering.

"Kami minta kepada mereka untuk datang 30 menit sebelum jadwal pendistribusian. Dari situ kami langsung minta satu sampel untuk kami uji-coba, kami coba icip-icip, jadi seluruh petugas kami setiap makanan yang akan didistribusikan kepada jemaah, selalu kami coba untuk kami makan. Ketika memang dalam nasinya memang matang, kemudian lauknya sesuai dan tidak berbau, kami anggap itu sudah standar," ujar dia.

Terkait batas waktu makan dan sebagainya sudah tertera semua di kemasan makanan. Selain itu, untuk jemaah lansia memang tidak seperti tahun lalu, yang disediakan makanan khusus seperti bubur. Alasan tidak disediakan, banyak lansia tidak suka bubur. Namun, tahun ini makanan khusus lansia dipesan sesuai kebutuhan.

"Evaluasi dari tahun lalu, informasinya yang kami dapatkan, ada lansia yang memang tidak menghendaki menu lansia, misalkan bubur. Untuk yang sekarang kami by request, jadi setiap kali kami bertemu dengan Ketua kloter kami sampaikan bahwa jika ada lansia yang membutuhkan menu khusus, misalkan nasi bubur atau menunya yang tidak keras, itu kami minta mereka melaporkan ke kami untuk kami sampaikan ke pihak katering," kata dia.

"Dan alhamdulillah apa yang sudah kami lakukan itu terdistribusi dengan baik. Jadi pihak kateringnya pun sangat cepat untuk mengakomodir dari permintaan-permintaan lansia," imbuh Djubaidah.

4. Masukan dari jemaah calon haji

Sukomo asal Jakarta Timur, dari Embarkasi Jakarta (JKG) saat tadabur Alquran di Masjid Nabawi, Arab Saudi. (Media Center Haji)
Sukomo asal Jakarta Timur, dari Embarkasi Jakarta (JKG) saat tadabur Alquran di Masjid Nabawi, Arab Saudi. (Media Center Haji)

Sementara, jemaah calon haji bernama Heri Lukman, jemaah haji asal Kendal, Jawa Tengah, Embarkasi Solo (SOC), menyebut pelayanan petugas haji di Arab Saudi baik. Dia mencontohkan ada jemaah lupa jalan pulang dari Masjid Nabawi, petugas sigap membantunya. 

"Untuk pelayanan, petugas sudah baik ya. Kayak ada yang kesesat kemarin juga, ada petugas yang langsung menolong," ujar Heri saat ditemui di Masjid Nabawi, Selasa (13/5/2025).

Jemaah lainnya bernama Sukomo asal Jakarta Timur, dari Embarkasi Jakarta, mengaku berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pada Minggu, 10 Mei siangdan sampai Madinah sekitar pukul 21.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

"Selama di perjalanan dan di Masjid Nabawi untuk petugas dari Indonesia sangat memuaskan sekali, karena selalu menanyakan kepada para jemaah. Apa yang perlu dibantu. Kira-kira butuh bantuan apa, dan para petugas sangat antusias untuk membantunya," kata dia saat hendak tadabur Alquran di Masjid Nabawi, Selasa.

Karena itu, kata Sukomo, agar pemerintah mempertahankan pelayanan baik ini, atau mungkin agar lebih ditingkatkan lagi pada tahun mendatang.

"Untuk itu, saya mengimbu kepada pemerintah bahwa untuk petugas haji di Makkah ini agar selalu diperhatikan dan ditingkatkan, agar minimal seperti sekarang ini. Dan untuk yang akan datang supaya kalau bisa lebih baik lagi," kata dia.

"Untuk itu, saya mengimbu kepada teman-teman semua yang selama ini belum menunaikan ibadah haji, insyaallah saya doakan, semoga untuk tahun-tahun yang akan datang bisa menunaikan panggilan Allah untuk rukun Islam yang kelima," ujar Sukomo.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us