5 Fakta Dapur Katering untuk Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi

- PPIH Arab Saudi 2025 sediakan 55 dapur katering untuk jemaah haji Indonesia di tanah suci.
- Makanan disajikan dalam bentuk masakan khas Nusantara, dengan standar gizi dan kesehatan yang tinggi.
- Setiap dapur memiliki kapasitas produksi antara 3.500 hingga 5.000 porsi, dengan waktu produksi sekitar 2-3 jam.
Madinah, IDN Times - Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2025 menyediakan 55 dapur, untuk menyediakan makanan kepada jemaah haji Indonesia di tanah suci. Makanan disajikan dalam bentuk masakan khas Nusantara, agar diterima lidah jemaah haji.
Bahan-bahan makanan didatangkan dari Indonesia dan disamakan untuk semua dapur. Makanan disajikan dalam dua jenis, yaitu siap saji atau prasmanan. Setiap dapur memliki tingkat higienitas tinggi, standar gizi dan standar kesehatan sesuai ketentuan tim Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Sebagaimana diketahui, Ketua PPIH Arab Saudi 2025, Muchlis Muhammad Hanafi, sebelumnya mentakan, untuk pelayanan konsumsi, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Arab Saudi, yakni melalui sistem syarikah atau perusahaan.
1. Ada 55 dapur katering untuk makanan jemaah

Tim Media Center Haji (MCH) mengunjungi salah satu dapur penyedia katering, yaitu Ragheeb, yang berada di Shauqiah, Makkah, Selasa, 13 Mei 2025. Dapur ini memliki tingkat higienitas tinggi, standar gizi dan kesehatan sesuai ketentuan tim KKHI.
Konsultan Tenaga Ahli Konsumsi PPIH Arab Saudi, Agung Ilham, mengatakan PPIH menyediakan 55 dapur katering untuk konsumsi jemaah. Setiap 11 dapur memiliki satu tenaga ahli, sehingga ada lima tenaga ahli untuk dapur di Makkah. Sedangkan di Madinah ada dua tenaga ahli.
2. Ada standar kualitas dan gizi

Bahan-bahan makanan didatangkan dari Indonesia, dan disamakan untuk semua dapur. Makanan disajikan dalam dua jenis, yaitu siap saji atau prasmanan.
Guna memastikan standar kualitas dan gizi, setiap dapur wajib mengirimkan dua sampel makanan ke Daker dan dua sampel ke KKHI.
"Sampel itu akan dicek gramasi, rasa dan kualitas makanan tersebut," kata Agung.
3. Dapur memiliki kapasitas produksi antara 3.500 hingga 5.000 porsi

Setiap dapur memiliki kapasitas produksi antara 3.500 hingga 5.000 porsi. "Untuk saat ini kita baru produksi sekitar 500 porsi sehari, dan akan terus bertambah hingga puncak haji nanti," kata Agung.
Sedangkan, proses produksi memakan waktu sekitar 2-3 jam. Untuk makan malam misalnya, bahan-bahan diracik dan diolah mulai pukul 12.00 WAS. Setelah di-packing dan disimpan di hotbox, pukul 16.00 siap diantarkan ke hotel jemaah.
"Jam 18.00 WAS sudah sampai di hotel dan siap dikonsumsi jemaah," kata Agung.
4. Batas akhir katering siap saji tiga jam setelah makanan sampai ke hotel

Agung menyebut, batas akhir katering siap saji adalah tiga jam setelah makanan sampai ke hotel. Ada batas waktu makanan tidak boleh lagi dikonsumsi.
"Untuk makan malam misalnya, jam 21.00 sudah tidak disarankan untuk dikonsumsi," kata dia.
5. Setiap dapur diwajibkan memiliki dua juru masak berpengalaman

Juru masak pun didatangkan dari Indonesia. Untuk dapur Raghaeb ini setidaknya ada enam juru masak dari Indonesia. Agung mengatakan, setiap dapur diwajibkan memiliki dua juru masak yang sudah berpengalaman dan berkompetensi.
Pengecekan kesiapan makanan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pukul 00.10 WAS untuk makan pagi, pukul 07.00 untuk makan siang, dan pukul 13.00 untuk makan malam.