Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Homeless Media vs Media Arus Utama: Mana Lebih Dipercaya Anak Muda?

ilustrasi media sosial (Unsplash/Austin Distel)
ilustrasi media sosial (Unsplash/Austin Distel)
Intinya sih...
  • Kredibilitas masih jadi nilai utama
  • Homeless media lebih unggul di ranah hiburan
  • Mengapa media arus utama masih dipercaya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Landscape media berubah begitu cepat dalam satu dekade terakhir. Jika dulu berita didominasi oleh televisi, radio, dan surat kabar, kini informasi datang dari mana saja, terutama media sosial seperti Instagram, TikTok, dan X (Twitter). Akibatnya, banyak anak muda kini tak lagi mengandalkan media berita konvensional untuk mengikuti perkembangan dunia. Mereka lebih sering mencari atau menemukan berita dari potongan video pendek, unggahan akun populer, atau ringkasan informasi yang dikemas ringan dan menarik.

Namun, penelitian terbaru bertajuk "Credibility at the Margins: An Experimental Study of Youth Perceptions of Homeless and Mainstream News" yang dilakukan oleh Camelia C. Pasandaran, Ressi Dwiana, dan Meily Badriati dari Universitas Indonesia menunjukkan fenomena menarik, yakni meskipun anak muda lebih sering mengonsumsi berita dari media sosial dan homeless media —istilah untuk media yang tidak memiliki laman utama atau struktur redaksi resmi— mereka tetap menilai media arus utama lebih kredibel.

Penelitian ini menggunakan desain between-subject untuk menghindari efek bawaan (carryover effect), dengan melibatkan total 231 responden muda berusia 18–24 tahun dari berbagai kota dan kabupaten. Penelitian ini dilakukan secara daring pada pertengahan tahun 2025. Platform Survey Monkey digunakan sebagai media bagi peserta untuk mengisi kuesioner, yang secara acak menempatkan mereka ke dalam salah satu dari empat kombinasi dalam rancangan 2 (media jalanan vs media arus utama) x 2 (hiburan vs berita umum).

Apa saja temuan menarik dari penelitian ini? Berikut beberapa di antaranya.

1. Kredibilitas masih jadi nilai utama

ilustrasi orang mengetik cepat di laptop (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi orang mengetik cepat di laptop (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Penelitian ini menemukan bahwa kredibilitas masih menjadi pertimbangan utama bagi audiens muda ketika menilai kualitas berita. Walaupun mereka lebih sering menemukan berita di media sosial, sebagian besar responden menyadari bahwa tidak semua informasi yang beredar di sana bisa dipercaya.

Media arus utama dianggap memiliki standar jurnalistik yang jelas, seperti proses verifikasi, penelusuran sumber, dan keberimbangan berita. Sebaliknya, homeless media seperti @ussfeed atau @folkative, yang sering mengandalkan gaya penyampaian ringan dan visual menarik, dinilai kurang transparan dalam penyajian sumber informasi. Akibatnya, meski tampil menarik dan cepat, kepercayaan terhadap akurasi informasinya masih terbatas.

Para peneliti menegaskan bahwa kredibilitas bukan hanya soal siapa yang pertama kali menyebarkan berita, tapi juga bagaimana informasi tersebut diperoleh dan diverifikasi. Hal ini menjadi pembeda utama antara media arus utama dan homeless media.

2. Homeless media lebih unggul di ranah hiburan

Ilustrasi media sosial (pexels.com/Pixabay)
Ilustrasi media sosial (pexels.com/Pixabay)

Salah satu temuan menarik lainnya adalah adanya perbedaan persepsi kredibilitas berdasarkan jenis berita. Untuk berita hiburan, seperti gosip selebritas, budaya populer, atau tren anak muda, homeless media dinilai lebih menyenangkan dan relevan. Gaya bahasa yang santai, visual yang menarik, serta penyajian cepat membuat anak muda merasa lebih dekat dengan konten tersebut.

Namun, untuk berita umum, seperti isu politik, ekonomi, atau sosial, responden secara konsisten menilai media arus utama lebih kredibel dan dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan bahwa audiens muda memiliki kemampuan memilah konteks: mereka sadar bahwa tidak semua berita di media sosial dapat dijadikan sumber utama untuk memahami isu serius.

Dengan kata lain, meskipun media sosial menjadi kanal utama untuk menemukan berita, otoritas dan kepercayaan masih berpihak pada media konvensional ketika menyangkut topik yang berdampak luas.

3. Mengapa media arus utama masih dipercaya

Ilustrasi tumpukan halaman koran (unsplash.com/AbsolutVision)
Ilustrasi tumpukan halaman koran (unsplash.com/AbsolutVision)

Ada beberapa alasan mengapa media arus utama tetap memegang posisi penting dalam hal kepercayaan publik, terutama di kalangan muda yang semakin kritis terhadap informasi. Pertama, media arus utama memiliki struktur redaksi yang jelas dan mekanisme kontrol mutu internal. Setiap berita yang terbit melalui proses penyuntingan dan verifikasi berlapis, sehingga kemungkinan kesalahan lebih kecil.

Kedua, media konvensional biasanya tunduk pada kode etik jurnalistik dan regulasi yang ketat, termasuk tanggung jawab hukum jika menyebarkan berita palsu. Sebaliknya, homeless media tidak memiliki struktur yang sama, siapa pun bisa membuat akun berita di Instagram, menulis narasi, dan menyebarkan informasi tanpa proses verifikasi yang memadai.

Ketiga, kehadiran jurnalis profesional menjadi faktor kunci. Profesi ini bukan sekadar menyampaikan informasi, tapi juga menganalisis, menelusuri, dan menyeimbangkan fakta. Bagi anak muda yang terbiasa dengan informasi cepat, kualitas analisis ini justru menjadi nilai tambah yang tidak bisa diberikan oleh homeless media.

4. Krisis kepercayaan tidak sama dengan hilangnya kredibilitas

ilustrasi seseorang membaca berita melalui koran (pexels.com/Mike van Schoonderwalt)
ilustrasi seseorang membaca berita melalui koran (pexels.com/Mike van Schoonderwalt)

Menurunnya konsumsi berita dari media arus utama sering disalahartikan sebagai hilangnya kepercayaan. Padahal, menurut penelitian ini, situasinya lebih kompleks. Banyak anak muda tidak lagi membaca berita panjang dari portal konvensional bukan karena tidak percaya, tetapi karena cara konsumsi informasinya berubah.

Mereka lebih suka membaca potongan ringkas atau melihat infografis di media sosial. Namun, ketika mereka benar-benar ingin memahami isu penting, mereka tetap mencari referensi dari media arus utama. Artinya, kepercayaan terhadap media konvensional masih kuat, hanya saja saluran dan format konsumsi yang bergeser.

Peneliti menyoroti pentingnya media arus utama untuk beradaptasi dengan pola konsumsi baru ini. Bukan hanya dengan membuat akun media sosial, tapi juga menyajikan berita yang lebih visual, cepat, dan interaktif tanpa mengorbankan akurasi.

4. Kesimpulan: Kredibilitas, nilai yang tak lekang oleh waktu

ilustrasi seseorang menbaca koran (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi seseorang menbaca koran (pexels.com/MART PRODUCTION)

Era digital membawa kemudahan sekaligus tantangan dalam menyaring informasi. Banyak media baru muncul tanpa struktur formal, menawarkan berita cepat dan gaya kekinian. Namun, studi ini membuktikan bahwa kecepatan tidak selalu berarti kepercayaan.

Media arus utama masih menjadi tolok ukur kredibilitas karena fondasinya dibangun di atas etika jurnalistik, profesionalisme, dan tanggung jawab sosial. Meskipun generasi muda kini hidup dalam ekosistem media yang cair, mereka tetap tahu ke mana harus berpaling ketika membutuhkan informasi yang benar.

Dalam jangka panjang, kombinasi antara kredibilitas media arus utama dan kreativitas homeless media justru bisa menjadi formula terbaik untuk menjaga kepercayaan publik terhadap jurnalisme di era digital, sebuah keseimbangan antara keandalan dan relevansi yang akan menentukan masa depan industri media Indonesia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in News

See More

Sekjen Kemenag: Peralihan Aset ke Kemenhaj Tak Ganggu Haji 2026

25 Okt 2025, 14:33 WIBNews