Pakar: BNPB Kurang Gercep Tangani Bencana Sumatra

- Kepemimpinan dan komunikasi publik kunci penanganan bencana
- Skala bencana luas, masyarakat butuh empati dan rasa aman
- Implementasi regulasi dan pembelajaran dari pengalaman penting untuk mencegah bencana berulang
Bogor, IDN Times - Penanganan bencana yang melanda tiga provinsi di Sumatra yang berdampak luas terus menjadi perhatian. Setelah mengkritik lambatnya penetapan status bencana nasional, Deputi Direktur Program Seameo Biotrop dan dosen IPB University, Doni Yusri, kini menyoroti aspek kepemimpinan dan komunikasi publik dalam lembaga penanganan bencana seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Doni mengatakan di tengah bencana berskala luas, masyarakat membutuhkan rasa aman, gerak cepat, dan empati dari pihak terkait. Dia menanggapi pertanyaan masyarakat mengenai respons penanganan bencana saat ini dengan situasi sebelumnya, ia menilai, pemerintah mengalami penurunan dalam hal kecepatan dan ketanggapan. Masyarakat saat ini membutuhkan sosok yang dapat menjamin keamanan dan kenyamanan.
"Masalah BNPB yang dulu gercep sekarang agak kurang. Menurut saya, perlu ada orang-orang yang berani tampil di depan, namun berani mempertanggungjawabkan apa yang dia sampaikan. Agar masyarakat yang mendengar merasa aman dan nyaman dan tidak hilang kepercayaan," kata Doni, kepada IDN Times di Bogor, Rabu (10/12/2025).
1. Kepemimpinan dan komunikasi publik jadi kunci

Perbedaan karakter dan gaya komunikasi pemimpin, menurut Doni, sangat memengaruhi respons lembaga terhadap bencana. Apalagi, informasi saat ini cepat tersebar, sehingga statement dan tindakan pemangku kebijakan harus efektif.
"Mungkin beda pemimpin, karakter dan gaya komunikasi juga memengaruhi, baik terkait respons terhadap informasi maupun sistem bekerjanya lembaga. Secara struktur mungkin sama, namun gaya kepemimpinan beda-beda, ada yang sangat berhati-hati, ada yang mempercayakan semua ke juru bicara, ada juga lainnya," kata dia.
Doni menegaskan pentingnya efektivitas. "Tapi menurut saya apapun itu ya harus digunakan cara yang lebih efektif dan cepat, itulah yang dinantikan masyarakat, baik press, masyarakat umum, apalagi yang terdampak. Memang kelihatan sekarang ada yang hilang dari yang sebelumnya."
2. Skala bencana luas, masyarakat butuh empati dan rasa aman

Melihat skala bencana yang sudah meluas di tiga provinsi, masyarakat terdampak sangat membutuhkan kehadiran sosok pemimpin yang memberikan rasa aman dan menunjukkan empati. Jangan sampai pernyataan atau tindakan pemangku kebijakan malah menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat.
"Masyarakat butuh itu, rasa aman dan gerak cepat serta empati, apalagi skalanya sudah luas. Jangan sampai statement dan tindakan pemangku kebijakan membuat masyarakat makin panik," kata Doni.
3. Implementasi regulasi dan belajar dari pengalaman

Terkait solusi jangka panjang untuk mencegah bencana berulang, Doni menilai, Indonesia sudah memiliki banyak regulasi yang bagus, termasuk terkait hutan dan perkebunan sawit. Namun, implementasi dan pembelajaran dari masa lalu menjadi titik lemah.
"Regulasi hutan, sawit, sebenarnya sudah banyak. Kita harus belajar dari pengalaman, kita kurang di situ. Sebaik apapun regulasi, tapi jika tidak dijalankan dengan efektif dan tidak belajar dari masa silam, ya sama saja," kritik Doni.
"Pemimpin daerah maupun pusat harus keluarkan regulasi dan jalankan, banyak regulasi bagus, tapi jalannya harus dipastikan. Bencana ini sebagai dampak dari perbuatan hari ini, dan hari kemaren-kemaren," kata Doni.

















