Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Aceh Dapat Pertolongan Malaysia, Menhan: Itu Bukan Bantuan Negara Asing

Sjafrie Sjamsoeddin, Banjir Sumatra
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ketika memimin rapat koordinasi penanganan bencana di Pidie, Aceh. (www.instagram.com/@kemhanri)
Intinya sih...
  • Bantuan dari Malaysia dan China disebut bukan bantuan asing, tetapi bersifat personal
    karena ditujukan kepada Gubernur Aceh Muzakir Manaf.
  • Pemerintah diklaim masih mampu mengatasi banjir di tiga provinsi di Sumatra tanpa bantuan negara lain
  • Hingga Senin kemarin, listrik di Aceh belum sepenuhnya menyala, serta masih ada 1.234 desa yang padam, sekitar 79 persen wilayah terdampak telah kembali teraliri listrik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan bantuan dari Malaysia dan China yang diterima Pemprov Aceh bukan termasuk bantuan dari negara asing. Bantuan tersebut, kata Sjafrie, bersifat personal dan ditujukan kepada Gubernur Aceh Muzakir Manaf alias Mualem.

"Sebenarnya yang dimaksud itu adalah (bantuan) personal. Termasuk bantuan personal dari China kepada Mualem yang ingin mencari jasad-jasad dari para korban bencana," ujar Sjafrie ketika dikutip dari keterangan video, Rabu (10/12/2025).

Kelima personel dari China itu tiba di Aceh pada Sabtu, 6 Desember 2025 dan bertugas mengevakuasi jenazah korban bencana. Mualem pada Minggu, 7 Desember 2025 mengatakan lima personel asal Negeri Tirai Bambu itu akan dikerahkan di titik-titik paling terdampak dari banjir dan longsor di Aceh yang mayoritas berlokasi di pesisir timur.

Di sisi lain, mantan Pangdam Jaya itu bersikeras pemerintah masih mampu mengatasi sendiri banjir di tiga provinsi di Sumatra, yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Sehingga, bantuan dari negara lain belum dibutuhkan.

Apalagi berdasarkan hasil evaluasi Presiden Prabowo, pemerintah mengklaim masih memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi banjir di Sumatra.

"Beliau (Presiden Prabowo) sudah mengambil suatu evaluasi bahwa bencana ini adalah bencana yang dapat diatasi oleh bangsa kita sendiri," tutur dia.

1. Indonesia belum mandiri ketika tsunami menghantam Aceh pada 2004

Sjafrie Sjamsoeddin, Menhan, Banjir Sumatra
Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin ketika meninjau langsung posko terpadu penanganan bencana alam di Aceh. (www.instagram.com/@sjafrie.sjamsoeddin)

Sjafrie mengatakan, bencana banjir yang menghantam Aceh, Sumatra Barat (Sumbar), dan Sumatra Utara (Sumut) berbeda dengan tsunami ketika melanda Indonesia pada 2004. Ia menyebut, ketika itu pemerintah masih kesulitan dan belum mandiri sehingga meminta bantuan negara lain.

"Jadi, ini berbeda dari saat dulu kita menghadapi tsunami (pada 2004). Kita ketika itu masih mengalami kesulitan karena kita tak memiliki kemandirian. Sekarang kan kita sudah mandiri untuk mengatasi bencana yang ada di Sumatra Utara, Aceh dan Sumatra Barat," tutur mantan Wakil Menteri Pertahanan itu.

Tetapi, banyak yang menepis klaim pemerintah itu. Jurnalis senior, Najwa Shihab yang turun langsung ke lokasi bencana di Aceh menyebut, logistik bukan lagi masalah. Tetapi, logistik dan bantuan itu sebagian besar menumpuk di posko karena tak bisa didistribusikan lewat jalur darat.

"Bantuan ada, logistik ada, makanan ada. Yang diperlukan sekarang adalah jalan agar bantuan ini diterima oleh mereka yang membutuhkan. Saat ini beberapa daerah masih terisolasi di Aceh Tengah, Gayo Lues, beberapa daerah Aceh Utara. Akses darat terputus karena longsor maupun banjir," kata Najwa, dikutip dari akun media sosialnya.

Alat berat, kata Najwa, memang ada tetapi tantangannya adalah ketersediaan bahan bakar minyak (BBM). "Jadi, satu-satunya harapan adalah lewat udara. Lewat helikopter atau pesawat udara yang tentu saja memiliki keterbatasan karena hanya mampu mengangkut maksimal 850 kilogram bantuan," tutur dia.

Pesawat yang berukuran lebih besar mampu mengangkut bantuan hingga dua ton, tetapi jumlah armadanya terbatas.

2. Listrik belum 100 persen menyala di Aceh

Bencana Sumatra
Potret bencana banjir di Aceh Tamiang, salah satu pesantren dikepung gelondongan kayu (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sementara, hingga Senin kemarin listrik di Aceh belum sepenuhnya menyala. Padahal, pemerintah menjanjikan listrik sudah hidup 100 persen di Aceh pada awal pekan ini.

Mengutip data dari PLN, Selasa (9/12/2025) pukul 06.00 WIB, masih ada 1.234 desa yang padam. Sedangkan, total desa di Aceh mencapai 4.717. Artinya, sekitar 79 persen wilayah terdampak di 18 kabuaten kini telah kembali teraliri listrik.

Beberapa wilayah yang sudah pulih sepenuhnya antara lain Aceh Besar, Aceh Selatan, Lhokseumawe, Subulussalam, Langsa, Aceh Singkil, dan sebagian besar Aceh Barat.

Lantaran hal itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia meminta maaf karena aliran listrik belum mencapai 93 persen di Aceh. Ia beralasan banyak tantangan yang harus dihadapi dalam memperbaiki sistem kelistrikan di wilayah terdampak bencana longsor dan banjir, sehingga proses pemulihan memerlukan waktu lebih panjang.

"Saya yakin dan percaya bahwa pasti masih banyak kekurangan, pasti masih terjadi hal-hal yang tidak pernah kita perkirakan terjadi di lapangan," ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM pada Selasa kemarin.

"Karena itu, sebagai pemerintah juga ikut prihatin yang sedalam-dalamnya, dan kalau ada yang memang belum maksimal kami memberikan pelayanan, kami memohon maaf," imbuhnya.

3. Jumlah korban meninggal dunia akibat bencana Sumatra tembus 964 jiwa

Kabupaten Agam, Sumatra Barat
Kondisi di Kabupaten Agam, Sumatra Barat usai dihantam banjir dan longsor. (Dokumentasi BNPB)

Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan, berdasarkan data terbaru per Rabu (10/12/2025) sore, jumlah korban meninggal dunia akibat bencana di Sumatra Barat (Sumbar), Sumatra Utara (Sumut), dan Aceh menjadi 969 orang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengungkapkan terdapat penambahan jumlah korban meninggal dunia dibandingkan data sehari sebelumnya.

"Untuk korban meninggal dunia bertambah lima jasad yang ditemukan. Dari jumlah 964 jiwa korban meninggal dunia pada hari Selasa, 9 Desember 2025, di hari ini menjadi 969 jiwa dengan ditemukannya tambahan dua orang di Langkat, Sumatra Utara dan tiga korban di Padang Pariaman, Sumatra Barat, sehingga total 969 korban meninggal dunia," kata dia dalam jumpa pers yang ditayangkan secara daring hari ini.

Data BNPB juga menunjukkan 252 orang masih dinyatakan hilang. Namun jumlah tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan data sebelumnya.

Selain itu, Abdul memaparkan, jumlah korban yang kini mengungsi bertambah sebanyak 500 orang. Kini total ada 894.501 orang yang masih mengungsi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us

Latest in News

See More

Pemkot Bekasi Mulai Siapkan Pengamanan Jelang Libur Nataru

10 Des 2025, 23:19 WIBNews