Mabes AD Telusuri Dugaan Catcalling Prajurit TNI di Condet

Jakarta, IDN Times - Mabes TNI Angkatan Darat (AD) menyatakan tengah menelusuri dugaan pelecehan seksual dalam bentuk catcalling, yang dilakukan prajurit TNI AD. Peristiwa itu menimpa dua perempuan di Condet, Jakarta Timur pada 15 Juni 2022 hingga viral di Twitter.
"Menanggapi cuitan dari salah satu akun Twitter @txtdariorangberseragam yang viral di dunia maya tentang dugaan tindakan catcalling yang dilakukan oleh oknum TNI AD terhadap seorang wanita berinisial RFD, maka kami jelaskan bahwa TNI AD sedang mempelajari kasus itu," ungkap Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigjen TNI Tatang Subarna, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (18/6/2022).
Tatang mengatakan TNI AD sedang melihat seperti apa duduk permasalahannya. Ia berjanji akan memproses hukum bila ada ketentuan yang dilanggar prajurit TNI AD.
"Bila bersinggungan dengan hukum dan aturan yang berlaku, tentu akan kami proses lebih lanjut," tutur dia.
Bagaimana kronologi kejadian catcalling tersebut berdasarkan keterangaan korban?
1. Beberapa anggota TNI menggoda perempuan dan beri kode minta nomor telepon

IDN Times sempat meminta keterangan kepada korban berinisial R soal kronologi peristiwa pelecehan tersebut. R mengatakan tindakan pelecehan itu terjadi ketika ia dan teman perempuan lainnya sedang berada di warung tegal (warteg) di daerah Condet, Jakarta Timur.
"Saya lihat di depan warteg ada mobil Sigra warna silver, dan ada anggota berseragam TNI sedang merekam saya. Mereka juga godain-godain sambil manggil-manggil saya dan teman saya dari dalam mobil," ujar R pada Kamis, 16 Juni 2022.
Ia menduga pelaku merupakan prajurit TNI karena mereka berseragam TNI. Bahkan, satu di antaranya terlihat jelas mengenakan baret merah Kopassus.
R mengatakan prajurit TNI di dalam mobil kemudian sempat meminta nomor teleponnya dan seorang temannya, dengan menggunakan kode tangan. Sejumlah prajurit TNI itu sempat menertawakan R dan temannya.
Hal itu terlihat jelas karena sebagian jendela mobil dibiarkan terbuka. Tindakan ini seringkali disebut sebagai catcalling.
"Di situ kami berdua panik dan pura pura tidak melihat. Dari kami pesan minum sampai minumnya jadi, mereka tetap di depan warteg sambil tidak berhenti senyum-senyum, dan memasang kode tangan untuk minta nomor telepon kami,” katanya.
Bahkan, R menyebut personel TNI itu sempat merekamnya. Akhirnya mereka memberanikan diri ke luar dari warteg dan pergi ke minimarket.
"Saat ke luar itu, mereka semua menggoda, memanggil-manggil, dan merekam saya serta teman saya jalan. Di situ saya langsung rekam mereka seperti yang ada di video Insta Story saya berdurasi lima detik," kata dia.
Sayangnya, menurut R, pelat mobil yang ditumpangi sejumlah prajurit TNI itu tidak terekam.
2. Korban sempat laporkan peristiwa catcalling ke Markas Kopassus, tapi tak ada tindak lanjut

Peristiwa dugaan pelecehan seksual itu tidak berhenti usai R dan temannya ke luar dari minimarket. Ketika melewati lagi mobil yang ditumpangi sejumlah personel TNI itu, keduanya masih digoda dan dipanggil-panggil mereka.
Tak terima, R akhirnya berteriak dan marah. Sejumlah prajurit TNI itu pun diminta segera turun dari mobil.
"Maksud Anda apa ya! Eh, kalian semua pakai seragam lho!" ujar R kepada orang-orang tersebut dengan nada tinggi.
Namun, prajurit TNI itu langsung menutup kaca mobil dan pergi. R mengklaim, sudah melaporkan peristiwa tersebut ke Rindam Jaya. Namun pihak Rindam mengarahkannya agar membuat laporan ke Kopassus.
Sayangnya, R belum mendapat kabar tentang orang-orang yang dianggap telah merugikannya itu. "Saya disuruh langsung ke Kopassus karena mereka bukan bagian dari Rindam," tutur dia.
3. Korban menuntut permintaan maaf dari terduga pelaku

R dan temannya berharap ada tindak lanjut dari TNI, terhadap dugaan tindakan pelecehan seksual yang dialami keduanya. Ia mengaku trauma atas kejadian tersebut.
"Saya berharap bisa bertemu dengan semua pelaku. Pelaku harus meminta maaf kepada saya dan teman saya, Y secepatnya," ujar R.