Menkes: Mohon Maaf Bapak Ibu DPR, Vaksin Booster Bayar Sendiri

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, menegaskan vaksinasi booster atau dosis ketiga diberikan gratis untuk penerima penerima bantuan iuran (PBI). Untuk itu, Budi meminta maaf karena tidak semua kelompok ditanggung negara
“Jadi mohon maaf bapak ibu anggota DPR yang memang penghasilannya cukup nanti kita minta bayar sendiri, itu nanti akan dibuka boleh pilih yang mana," kata Budi di rapat kerja Komisi IX DPR RI, dipantau virtual, Senin (8/11/2021).
1. Vaksinasi booster COVID-19 suatu masalah yang sensitif

Budi menerangkan pemerintah telah berkomunikasi dengan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan melihat perbandingan negara-negara lain. Sebab, belum semua negara mendapatkan vaksin.
"Vaksinasi booster COVID-19 suatu masalah yang sensitif. Sebab, di dunia masih banyak yang bilang penduduk Afrika banyak yang belum dapat vaksinasi COVID-19 sementara negara maju sudah diberikan booster. Sehingga isu ketidakadilan sangat tinggi sekali di kalangan dunia terkait dengan vaksinasi booster," paparnya.
2. Target akhir tahun capai 80 persen vaksinasi

Dengan demikian, Budi menargetkan pemberian vaksinasi booster diberikan jika vaksinasi sudah capai 50 persen penduduk sudah mendapatkan 2 dosis suntikan vaksin COVID-19.
"Hitung-hitungan kami pada akhir Desember 2021, mungkin 59 persen penduduk bisa dicapai untuk vaksin dua kali sementara 80 persen sudah dapat vaksin pertama. Jadi kondisi tersebut adalah saat yang lebih proper dan tepat untuk memberikan vaksin booster ke depannya, kalau kita terlalu cepat nanti akan dilihat sebagai negara yang tidak memperlihatkan itikad baik, karena banyak juga orang-orang rakyat juga belum mendapat vaksin," katanya.
3. vaksinasi booster diprioritaskan lansia

Budi menambahkan vaksinasi booster diprioritaskan lansia yang merupakan kelompok rentan. Pemberian booster juga dilakukan satu kali suntikan.
"Kita ketahui bersama risiko paling tinggi itu pada lansia bisa 12 persen sedangkan risiko rendah anak-anak sekitar di bawah 1 persen," katanya.