Menkes Ungkap Kronologi Penemuan Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal/Acute Kidney Injury (AKI) yang tajam pada anak, utamanya di bawah usia 5 tahun, sejak akhir Agustus 2022.
"Biasanya kematian gagal ginjal ini sebulan satu atau dua. Namun di bulan Agustus menjadi 36. Ini kita melihat ada warning," ujar Budi dikutip YouTube FMB9, Jumat (21/9/2022).
1. Dugaan awal gagal ginjal akut berkaitan dengan patogen sisa virus bakteri

Melihat kasus gagal ginjal yang naik tajam, lanjut Budi, pihaknya melakukan penelitian sejak September.
"Kita menduga ini berkaitan dengan dengan patogen sisa virus bakteri atau parasit karena pengalaman kita seperti itu, nah ini kita gak ketemu, jujur enggak," ujar Budi
2. Peneliti WHO menemukan kasus yang sama di Gambia

Pada akhir September, peneliti World Health Organization (WHO) menemukan kasus yang sama di Gambia, yang menewaskan 66 anak di bulan tersebut.
"Peneliti-peneliti WHO menemukan kasus yang sama, ditemukan karena toksikologi dari 3 jenis zat kimia di beberapa obat-obatan," papar Budi
3. Kemenkes kembali review kasus gagal ginjal akut di Oktober

Berdasarkan kasus di Gambia, Kemenkes kemudian me-review kembali kasus gagal ginjal akut yang sebagian besar menyerang balita Indonesia.
"Di awal Oktober, kita review kembali. Kita temukan pasien-pasien meninggal ini di atas 50 persen. Ini sebagian besar balita meninggal kita sangat hati-hati," katanya.
4. Terdapat jejak zat kimia di ginjal pasien gagal ginjal akut misterius

Budi menambahkan, saat dilakukan penelitian di ginjal pada pasien yang meninggal, ternyata ditemukan jejak zat kimia.
"Kita cek ginjal anak-anak yang meninggal ini. Betul ada dampak senyawa zat kimiawi tersebut. Lalu kita datangi rumah pasien sakit ini kita temukan ada obat-obatan yang harus kita jaga," katanya.
5. Kemenkes minta apotek setop sementara jual obat sirop

Diketahui, telah dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 kasus dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak.
“Dari hasil pemeriksaan, tidak ada bukti hubungan kejadian AKI dengan Vaksin COVID-19 maupun infeksi COVID-19. Karena gangguan AKI pada umumnya menyerang anak usia kurang dari 6 tahun, sementara program vaksinasi belum menyasar anak usia 1-5 tahun,” kata juru bicara Kemenkes, Syahril.
Untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam rangka pencegahan, Kemenkes sudah meminta tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair atau sirop.
"Kemenkes juga meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk sediaan cair atau sirop kepada masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas," imbaunya