Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ketua DPP PDI Perjuangan, Ronny Talapessy (kiri) (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Ketua DPP PDI Perjuangan, Ronny Talapessy (kiri) (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Intinya sih...

  • PDIP mendesak Presiden Prabowo dan Kapolri mencopot Kapolda Papua Tengah
  • Kepolisian diduga melakukan tindakan represif dalam rekapitulasi suara Pilkada Kabupaten Paniai, Papua Tengah
  • Ketua DPP PDIP menuding kepolisian setempat melakukan kriminalisasi terhadap Ketua KPUD Paniai
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mendesak Presiden Prabowo Subianto dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo untui mencopot Kapolda Papua Tengah. Desakan ini muncul setelah PDIP menilai adanya intervensi dari aparat kepolisian dalam proses rekapitulasi suara Pilkada Kabupaten Paniai, Papua Tengah.

Ketua DPP PDIP Bidang Reformasi Hukum Nasional, Ronny Talapessy, menyampaikan, tindakan represif aparat kepolisian terjadi dalam persidangan pleno rekapitulasi suara tingkat distrik yang digelar oleh KPUD dan Bawaslu Kabupaten Paniai.

"Kami melihat bahwa ini adalah upaya untuk menggagalkan pleno yang ada di Papua Tengah. Dan kami menduga dalam hal ini aparat kepolisian telah melakukan keberpihakan kepada salah satu pasangan calon gubernur yang ada di Papua Tengah, sehingga kami meminta kepada Kapolri atau kepada Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo agar mencopot Kapolda Papua Tengah Brigjen Pol Alfred Papera, dan juga Kapolres Paniai Kompol Deddy Agusthinus Puhiri, dan juga Kabagops Polres Paniai AKP Hendry Joedo Manurung," ujar Ronny dalam konferensi pers di kantor DPP PDIP, Jakarta, Jumat (13/12/2024)

1. PDIP sebut Polisi lakukan kriminalisasi terhadap Ketua KPUD Paniai

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Reformasi Sistem Hukum Nasional, Ronny Talapessy (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Ronny juga menuding kepolisian setempat telah melakukan kriminalisasi terhadap Ketua KPUD Paniai berdasarkan laporan masyarakat. Ia meminta masyarakat Papua Tengah, terutama pendukung PDIP, untuk tetap mengawal proses demokrasi.

"Kami meminta untuk masyarakat yang ada di Papua Tengah yang merupakan pendukung PDI Perjuangan agar mengawal proses ini, menjaga demokrasi, agar jangan demokrasi ini dirusak oleh kepentingan-kepentingan politik, syahwat kekuasaan yang dipertontonkan secara luas dan yang sudah tersebar di media sosial dan di media," ucap dia.

2. PDIP terima rekaman video polisi lakukan tindakan represif

Ketua DPP PDI Perjuangan, Deddy Sitorus(tengah) (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu PDIP, Deddy Sitorus, turut menyoroti rekaman video yang menunjukkan intervensi aparat kepolisian dalam proses rekapitulasi suara.

"Kami ingin membuka mata hati dan meminta perhatian dari Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto, terutama agar meminta pertanggungjawaban dari Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo atas apa yang terjadi pada perhitungan rekapitulasi suara untuk Provinsi Papua Tengah, di mana menurut kami hal ini secara telanjang menunjukkan bagaimana kebrutalan dari aparat yang mencoba merampok, membegal hasil pemilu kita," kata Deddy.

3. Kronologi kejadian versi PDIP

Ketua DPP PDI Perjuangan, Ronny Talapessy (IDN Times/Ilman Nafi'an)

PDIP menjelaskan, aksi represif aparat kepolisian terjadi pada Rabu (11/12/2024). Awalnya, rekapitulasi suara untuk Cabup-Cawabup Paniai serta Cagub-Cawagub Papua Tengah berjalan lancar mulai pukul 09.30 WIT.

"Pembacaan hasil suara lapangan dari tingkat Distrik dimulai dari Distrik Topiyai hingga pada Distrik Aweida berjalan lancar," kata Ronny.

Namun, sekitar pukul 10.30 WIT, keributan terjadi ketika giliran penghitungan suara dari Distrik Wegemuka. Saksi dari dua Cagub Papua Tengah, Natalis Tabuni dan Wilem Wandik, serta saksi dari Cabup Paniai, Oktopianus Gobai, Roby Kayeme, dan Nason Uti, mulai membuat keributan dan merusak perlengkapan pleno.

"Pada Pukul 11.00 WIT saksi dari lima kandidat Calon Bupati atau Wakil Bupati Kabupaten Paniai, mulai memberikan tanggapan atas keberatan hingga terjadi keributan sampai dengan menghancurkan perlengkapan meja persidangan," ujar Ronny.

Meski KPUD Paniai berusaha melanjutkan pleno sesuai aturan, situasi tidak kondusif. Aparat kepolisian, termasuk Kapolres Kabupaten Paniai Kompol Deddy A. Puhiri, memasuki ruang pleno dengan senjata lengkap tanpa permintaan dari penyelenggara.

Pada pukul 12.20 WIT, Kompol Deddy menginstruksikan agar pleno berjalan damai, namun kericuhan berlanjut hingga polisi kembali memasuki ruangan pada pukul 13.40 WIT. Kabagops Polres Paniai AKP Hendry Joedo Manurung diduga menekan komisioner KPUD untuk menghentikan pleno.

"Luruskan yang bermasalah yang tidak bermasalah lanjut, ternyata kalian bolak-balik," ujar Hendry, seperti ditirukan Ronny.

Akibat tekanan tersebut, pleno dihentikan hingga waktu yang belum ditentukan. PDIP menegaskan, tindakan Polisi ini adalah ancaman serius terhadap demokrasi di Indonesia dan meminta Presiden Prabowo untuk bertindak tegas demi menjaga integritas pemilu.

Editorial Team