Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Prajurit TNI yang Belum Dapat Seragam Baru Bisa Pakai Loreng Lama

Seragam baru TNI
Patroli skala besar yang dilakukan oleh prajurit TNI Angkatan Darat pada 1 September 2025 atau hari ke-2 berkeliling Jakarta. (Dokumentasi TNI AD)
Intinya sih...
  • Prajurit TNI tak punya kewajiban kembalikan seragam lama ke Mabes TNI
  • Pergantian motif loreng baru menyesuaikan vegetasi di Indonesia
  • Motif loreng Malvinas dipakai di seragam TNI sejak era Pangab LB Moerdani
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Freddy Ardianzah mengakui belum semua prajurit menerima seragam loreng baru sage green. Sebab, seragam bermotif loreng baru diutamakan untuk dibagikan kepada prajurit yang tampil pada HUT ke-80 TNI di Monas, Jakarta Pusat, pada 5 Oktober 2025. Pembagian seragam baru akan dilakukan secara bertahap.

"Proses pembagian seragam ini sudah berlangsung sejak menjelang HUT ke-80 TNI, dan terus berlanjut sesuai dengan jadwal distribusi yang telah diatur masing-masing matra," ujar Freddy ketika dikonfirmasi, Sabtu (11/10/2025).

Freddy mengatakan pergantian seragam Pakaian Dinas Lapangan (PDL) itu merupakan bagian dari upaya pembaruan tampilan prajurit TNI. Selain itu, dalam rangka peningkatan efektivitas penyamaran di berbagai medan operasi.

Seragam PDL dengan motif loreng baru itu memiliki warna sage green. Loreng baru itu menggantikan motif Malvinas yang sudah dipakai militer Indonesia sejak 1982.

1. Prajurit TNI tak punya kewajiban kembalikan seragam lama ke Mabes TNI

Seragam baru TNI
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah (memegang mikrofon) tengah memberikan keterangan jumpa pers di Balai Media. (IDN Times/Santi Dewi)

Lebih lanjut, Freddy mengungkapkan, tidak ada kewajiban bagi prajurit mengembalikan seragam lama ke Mabes TNI. Seragam lama masih dapat dipakai prajurit hingga didistribusikan seragam motif baru.

"Terkait seragam lama, tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya ke Mabes TNI. Seragam tersebut masih dapat digunakan oleh satuan-satuan yang belum menerima seragam baru, sehingga masa transisi berjalan secara bertahap dan efisien," kata dia.

Menurut Freddy, penggunaan seragam lama akan dihentikan setelah seluruh prajurit TNI menerima seragam baru.

2. Pergantian motif loreng baru menyesuaikan vegetasi di Indonesia

Seragam baru TNI
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Freddy Ardianzah (dekat dengan microfon) memberikan keterangan pers. (IDN Times/Santi Dewi)

Sebelumnya, Freddy mengatakan, keputusan penggantian seragam sudah tertuang dalam Keputusan Panglima TNI. Alasan di balik penggunaan motif baru seragam TNI karena menyesuaikan dengan vegetasi di Indonesia. Pemilihan motif itu juga melalui sejumlah kajian.

"Setelah melalui pengkajian terkait, baik fungsi, maupun secara nilai performance, fungsi sisi tempur, bagaimana warna menyesuaikan dengan vegetasi Indonesia, warnanya, kemudian bagaimana tingkat kenyamanan dalam penggunaan maka dipilih lah corak ini," kata dia.

Jenderal dari satuan marinir itu juga mengakui keputusan untuk mengganti seragam TNI dilakukan sepihak oleh TNI tanpa mengajak diskusi Komisi I DPR.

"Mungkin itu nantinya akan menjadi koreksi buat kami bahwa semua pihak bisa memberikan saran dan masukan. Tapi, memang pembahasan itu (motif loreng baru) ada di tataran internal TNI terkait dengan loreng baru PDL," ujar jenderal bintang dua itu.

Freddy meyakini semua pihak ingin memberikan masukan yang terbaik bagi TNI, supaya institusi militer itu tampil prima.

3. Motif loreng Malvinas dipakai di seragam TNI sejak era Pangab LB Moerdani

Seragam baru TNI
Analis militer dari Universitas Nasional, Selamat Ginting. (www.instagram.com/@sgintingofficial)

Sementara, menurut analis militer dari Universitas Nasional, Selamat Ginting, penggunaan motif loreng Malvinas mulai diadopsi sebagai seragam militer Indonesia sejak kepemimpinan Panglima ABRI, LB Moerdani pada 1984. Saat itu ia memutuskan untuk menyatukan seragam lapangan dengan mengadopsi pola Disruptive Pattern Material (DPM) dari Inggris. Pola ini terdiri dari kombinasi hitam, cokelat, hijau terang, dan khaki, yang terbukti efektif untuk penyamaran di berbagai kondisi.

"Warna dan motif loreng Malvinas ini dominan warna hijau tua, hitam dan cokelat. Ketika peperangan malam, motif Malvinas sangat bermanfaat, karena cenderung (motif didominasi) hijau tua dan hitam. Sehingga, ketika melakukan penyamaran tersamarkan," ujar Selamat ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Jumat, 10 Oktober 2025.

"Kalau (peperangan) di hutan, iya (efektif pakai loreng Malvinas). (Pertempuran) di kota kurang," imbuh dia.

Analisa Selamat didasarkan pada pengalamannya yang dulu ikut meliput langsung sejumlah operasi militer seperti operasi Seroja di Timor Timur, Mapenduma, hingga darurat militer di Aceh. Meski begitu, penyamaran menggunakan motif loreng Malvinas kurang efektif bila area hutan terkena paparan sinar matahari.

"Seragam itu kan fungsinya untuk kamuflase. Sekarang, kelihatannya dunia militer mulai meninggalkan kamuflase klasik. Jadi, sekarang lebih pakai digital kamuflase dan menggunakan teknologi," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us

Latest in News

See More

Prajurit TNI yang Belum Dapat Seragam Baru Bisa Pakai Loreng Lama

11 Okt 2025, 23:19 WIBNews